Rini Rosaria

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BALIK KAMPUNG (26)

BALIK KAMPUNG (26)

Sudah setahun pula berlalu setelah Syalwa dirawat karena kista bersarang di rahimnya, pada saat itu dokter menyampaikan bahwa berkemungkinan dia akan kesulitan memperoleh keturunan. Namun dokter masih memberikan harapan dengan menyampaikan kepada mereka bahwa jika Tuhan berkehendak tak ada satupun yang tidak mungkin bagi-Nya. Fahri mencoba meyakinkan istrinya dengan harapan yang diberikan dokter tersebut, tak lupa mereka berdoa kepada Sang Maha Kuasa agar memberikan mukjizat kepada mereka. Namun semakin hari Syalwa semakin terpuruk dengan keadaannya apalagi tanda-tanda kehamilan belum juga dialaminya. Sungguh kasihan Fahri melihat keadaan istrinya, lalu muncul niat untuk menghibur istrinya itu. “Syalwa bagaimana kalau kita pulang ke kampung uda di Sumatera? bukankah engkau belum pernah ke sana? lagi pula engkau belum pernah bertemu dengan keluarga uda. Mereka juga pasti sangat senang dengan kedatangan kita”, Fahri menawarkan kepada Syalwa. “Betul ke uda? saya juga ingin pergi ke kampung uda apalagi bertemu dengan keluarga uda, kapan kita nak balek kampung uda?” Syalwa sangat senang dengan rencana Fahri. “Insyaallah dua minggu ke depan kita pulang ke Indonesia, tentunya setelah paspormu selesai. Uda akan mengambil cuti bekerja selama dua minggu”, Fahri menjelaskan rencananya. “Terimakasih uda”, Syalwa memeluk suaminya sebagai tanda terima kasih.

Hari yang ditunggupun tiba, setelah berpamitan dengan keluarga Syalwa dan uninya Fahri dan Syalwa berangkat dengan kapal Veri melalui pelabuhan Malaka. Berangkat pagi lalu mereka sampai di Dumai sore harinya. Dari Dumai mereka menggunkan travel hingga sampai subuh di kampung Fahri. “Sudah sampai menantu mak rupanya, silahkan masuk!” sambut mak dengan bahagianya. Fahri dan Syalwa menyalaminya ibu, bapak, dan Siti adik Fahri. Seharian itu mereka habiskan dengan bercerita ke sana kemari hingga terdengar suara azan zuhur dari masjid. Lalu Fahri pamit kepada orangtuanya untuk pergi sholat ke masjid. Sedangkan Syalwa diminta sholat di rumah saja karena tentunya Syalwa sangat lelah setelah melakukan perjalanan jauh. “Syalwa uda nak pergi sholat ke masjid, sebaiknya Syalwa sholat di rumah je setelah itu beristirahatlah!” pinta Fahri kepada istrinya itu. “Baik uda”, jawab Syalwa yang memang sudah ingin merebahkan tubuhnya. Sudah rindu Fahri dengan suasana di kampugnya itu, di perjalanan ke masjid hampir tiap orang yang bertemu dengannya disalaminya karena memang di kampungnya itu semua orang saling mengenali. Setelah selesai sholat, ketika keluar dari pintu masjid tak sengaja Fahri beriringin dengan Hanum, mata mereka bersitatap tak sengaja. “Assalamualaikum Hanum”, sapa Fahri menghilangkan rasa terkejutnya. “Wa.. wa alaikumsalam, pulang uda Fahri rupanya, apa kabar uda?” Hanum berusaha meredam degup jantungnya. “Iya, baru subuh tadi uda sampai, Hanum dan Hanim apa kabar?” Fahri melanjutkan pertanyaannya. “Hanum alhamdulilah sehat uda, kalau Hanim sudah setahun ini dia sakit-sakitan. Hanya bisa berbaring di tempat tidur saja”, Hanum menyampaikan kondisi kembaranya. Kabar Hanim ini membuat jantung Fahri semakin berlomba, muncul juga rasa kasihannya kepada Hanim yang pernah ia cintai dulu. Terbesit juga rasa khawatir di pikirannya kalau panyakit Hanim ada kaitannya dengan dirinya. “Ya Allah…., semoga ini hanya fikiran hamba saja”, batin Fahri. “Saya jalan dulu ya uda”, pamit Hanum kepada Fahri. “Silahkan, semoga Hanim cepat sembuh”, ucap Fahri. Kemudian mereka berpisah menuju rumah masing-masing dengan membawa luka lama.

Walaupun fikirannya terganggu karena pertemuannya dengan Hanum, namun Fahri tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk membawa istrinya mengunjungi objek wisata yang berada di Lima Puluh Kota dan sekitarnya. Bukankah ia mengajak istrinya pulang kampung karena bertujuan untuk menghibur istrinya agar bisa melupakan masalah mereka. Harau adalah tujuan pertama, betapa takjubnya Syalwa melihat pahatan alam Harau yang begitu sempurnya dengan dua buah air terjun di tempat yang berbeda. Setelah puas menikmati sejuknya udara di Harau, Fahri juga mengajak istrinya ke Ngalau Indah di Payakumbuh. Ketakjuban Syalwa semakin menjadi dengan menyaksikan keindahan gua yang memancarkan kilauan cahaya. Cahaya ini tercipta karena dinding gua yang basah disinari oleh cahaya beraneka warna . Pada hari yang lain Fahri juga mengajak Istrinya ke Bukittinggi, Syalwa dengan senangnya berfoto berlatar Jam Gadang. Tak lupa mereka mengunjung Ngarai Sianok dan Lubang Japang serta Kebun Bintang. Bukan hanya membahagiakan Syalwa dengan mengunjungi objek wisata, Fahri juga mengajak istrinya pergi ke sawah maknya yang sedang ditanam dan dipanen. Alangkah bahagianya Syalwa menyatu dengan alam di kampung suaminya itu. Jika ada kesempatan diajaknya istrinya itu berkeliling kampung. Jika berpapasan dengan orang kampung maka mereka bertegur sapa dan Fahri selalu memperkenalkan istrinya. Terlihat rona kebahagian di muka Syalwa saat itu. Tiba-tiba di persimpangan jalan mereka berpapasan dengan seorang perempuan cantik. “Assalamualaikum Hanum, hendak kemanakah bergegas seperti itu?” tanya Fahri. “Wa..wa alaikumsalam uda, saya hendak menemui bidan nagari untuk mengobati Hanim”, jawab Hanum gugup. Melihat Syalwa yang terpaku kemudian Fahri memperkenalkan istrinya, “Hanum, perkenalkan ini Syalwa istri uda”, lalu Syalwa dan Hanum berjabat tangan dengan saling melempar senyum. “Maaf uda, Syalwa saya harus pergi”, Hanum pamit. “Silahkan, semoga Hanim cepat pulih”, ucap Fahri. Entah apa yang dirasakan Syalwa saat menyadari bahwa perempuan yang baru saja berpapasan dengannya adalah si kembar identik yang pernah diceritakan suaminya dulu.

uda: panggilan untu laki-laki yang lebih tua

foto:https://www.google.com/search?q=harau+payakumbuh&safe=strict&sxsrf=ALeKk01zwZd8EbpC5YT1ZTEdJ-EoPRdmxw:1613918489135&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiluPbxmvvuAhWCfn0KHZKCD_IQ_AUoAnoECA8QBA&biw=1024&bih=489#imgrc=FNeaP1b8d5SugM

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post