Rini Rosaria

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MAHAR UNTUK MADUKU (36)

MAHAR UNTUK MADUKU (36)

Syalwa menerima telepon dari Siti adik iparnya, “… Kak Syalwa, Mak sudah melamar Kak Hanum, dan alahmdulilah Kak Hanum menerimanya Kak…..”, begitulah kabar yang disampaikan Siti kepada Syalwa. “Alhamdulillah, terimakasih Siti dan sampaikan juga terimakasih kakak kepada Mak dan Bapak yang sudah bersedia melamarkan Hanum untuk Uda Fahri”. Mulutnya mengucap syukur tapi butiran bening tetap jatuh membasahi pipinya yang mulus. “Kenapa aku mesti menangis? bukankah ini adalah keinginanku sendiri. Tidak mungkin aku egois karena aku tidak bisa memberikan keturunan untuk suamiku. Sebagai seorang laki-laki tentu suamiku juga ingin memiliki buah hati tempat mencurahkan kasih dan sayangnya.” Dihapusnya air mata yang berderai dengan ujung jilbabnya.

Menjelang tidur, “Uda, tadi Siti menelepon, katanya Mak dan Bapak sudah melamar Hanum dan alhamdulilah Hanum bersedia menjadi istri Uda.” Syalwa memberitahu suaminya. Fahri yang semula membaca sebuah buku tiba-tiba menghentikan bacaannya. “Apakah engkau ikhlas Syalwa?” tanya Fahri ragu. “Insyaallah ikhlas Uda, mudah-mudahan ini jalan menuju sorga untukku”, jawab Syalwa dengan mencoba menahan air mata agar tidak sampai jatuh. “Sebaiknya Uda segera mengajukan cuti agar bisa balik kampung untuk menikahi Hanum”, pinta Siti. “Bukankah engkau juga akan ikut pulang kampung dengan Uda?” tanya Fahri. “Sebaiknya Uda saja yang balik kampung untuk menghemat ongkos, apalagi Uda akan banyak membutuhkan biaya nantinya di kampung.” elak Siti, sebenarnya bukan biaya yang dikhawatirkannya tetapi dia khawatir kalau tidak mampu menyaksikan pernikahan suami dengan madunya nanti.

Tibalah hari kepulangan Fahri, Syalwa mengemasi pakaian yang akan dibawa suaminya. Tidak lupa Syalwa memasukkan mahar seperangkat alat sholat yang dipilihnya sendiri. Tampa disadari air matanya jatuh tepat pada mahar madunya itu, dengan segera dilapnya dengan ujung jilbabnya. “Uda, semua sudah Syalwa siapkan, termasuk mahar yang akan uda berikan kepada Hanum nanti”, ucap Syalwa kepada suaminya. “Terimakasih, engkau sungguh perempuan yang luar biasa, semoga Allah memberimu pahala yang berlipat ganda”, Fahri mencium kening istrinya. Tak terbayang olehnya kalau besok ia mesti meninggalkan istrinya untuk menikahi pilihan istrinya. Di satu sisi Fahri berat melakukan semua ini karena rasa kasihnya kepada Syalwa dan dia tahu betul betapa perihnya luka yang ditanggung Syalwa sekarang, namun di sisi lain Fahri juga tidak bisa menolak keinginan istrinya itu karena dia sendiri juga menginginkan keturunan, sedangkan Syalwa belum tentu bisa memberinya buah hati.

foto: https://www.google.com/search?q=foto+mahar+seperangkat+alat+sholat&safe=strict&sxsrf=ALeKk01ABS0BSDYDxjN1Tdi9tQN-qIZiQg:1614703812393&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi9mJ65iJLvAhWV73MBHXFJBu0Q_AUoAXoECBEQAw&biw=1024&bih=489#imgrc=VWl2q7cmtscjIM

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih membacanya...

03 Mar
Balas

Terimkasih sudah membacanya bun

04 Mar

Semoga syalwa di beri ketabahan oleh allah Salam literasi.

03 Mar
Balas

Salam literasi juga bun

04 Mar



search

New Post