Rini Rosaria

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MASIKAH ADA RASA ITU? (27)

MASIKAH ADA RASA ITU? (27)

Sesampainya di kamar, “Syalwa, apa kamu sedang marah kepada uda?” tanya Fahri kepada istrinya yang terlihat agak murung. “Kenapa Syalwa mesti marah?” Syalwa bertanya balik. “Uda fikir Syalwa marah karena kita berpapasan dengan Hanum tadi. Beberapa hari yang lalu uda bertemu dengan Hanum di masjid. Ketika uda tanya kabar Hanim, Hanum mengatakan bahwa Hanim kembaranya itu sudah setahun sakit-sakitan. Mereka memang kembar identik, wajah dan karakter mereka hampir sama, namun sejak dulu kondisi Hanim memang lebih lemah dibandingkan Hanum”, Fahri menjelaskan apa yang diketahuinya tentang Hanim. “Begitu kenal dan perhatiannya suami saya kepada Hanim” ada rasa aneh yang menjalar di relung Syalwa. “Begitu besar perhatian uda kepada Hanim, kenapa tak nak tengok dia” tanya Syalwa kepada suaminya. “Tidak pantas jika uda menengok perempuan lain walaupun dia dalam keadaan sakit”. Ada rasa cemburu yang menjalari hati Syalwa, namum di sisi lain Syalwa melihat suaminya ingin sekali untuk membesuk teman lamanya itu. Di samping itu dia juga ingin melihat Hanim yang lagi sakit, penasaran juga dirinya melihat Hanim. Apakah susah benar membedakan Hanum dan Hanim sehingga suaminya dulu juga susah membedakan perasaannya kepada kedua perempuan ini. Banyak tanya yang bersarang di benak Syalwa. “Kalau uda nak, Syalwa bisa menemani uda untuk tengok Hanim”, Syalwa menawarkan diri kepada suaminya. “Aa…apa yang engkau cakap ni?” marahkah engkau kepada uda?” Fahri heran dengan sikap istrinya itu. “Kalau uda tak nak, tak apa, bia Syalwa pergi denga Siti je besok nak tengok dia”. Syalwa memutuskan. “Yang berteman dengan Hanim kan uda, masa uda pula yang tak nak tengok”, jawab Fahri. Syalwa tersenyum mendengar jawaban suaminya.

“Assalamualaikum……”, Fahri mengucapkan salam beberapa kali di depan pintu yang masih tertutup. “Macam tak ada orang je”, ucap Syalwa. Fahri mencoba mengetuk pintu, saat Fahri akan mengetuk untuk ketiga kalinya tiba-tiba pintu terbuka. Ternyata Hanum membuka pintu dan langsung wajah mereka bersitatap dengan jarak yang begitu dekat. Mereka terpana beberapa saat hingga Syalwa berpura-pura batuk untuk menghentikan pemandangan yang tak diinginkannya. “Uu..uda Fahri dan Syalwa rupanya, silahkan masuk.” Hanum mempersilahkan pasangan suami istri ini duduk di kursi tamu rumahnya yang sederhana. Tak seperti di rumah Syalwa yang sudah memakai peralatan rumah yang modern. Syalwa mencuri-curi pandang ke seluruh isi rumah itu. Tercium aura kesedihan di rumah itu, mungkin karena memang sudah setahun keluarga ini dirundung malang sebab salah seorang penghuninya dalam keadaan sakit. Tak beberapa lama tibalah kedua orangtua Hanum dari sawah, “ada tamu dari jauh rupanya, kapan nak Fahri pulang?” tanya mak Hanum berbasi basi walaupun dia sendiri sudah tahu jawabannya dari orang-orang kampung sesama bekerja dengannya di sawah. Begitulah kehidupan di kampung, sawah dan ladang bukan hanya sekedar tempat mencari nafkah tetapi juga bisa menjadi tempat mencari informasi dan kejadian yang terjadi di kampung mereka. “Beberapa minggu yang lalu mak, perkenalkan ini istri saya Syalwa”, Fahri memperkenalkan istrinya. Kemudian kedua perempuan ini hanya saling mengangguk dan tersenyum karena mak Hanum masih dalam keadaan kotor sepulang dari sawah. “Kami ke mari hendak membesuk Hanim mak”, lanjut Fahri. “Oh iya, silahkan. Sudah setahun ini Hanim sakit-sakitan, dia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Untunglah ada Hanum yang bisa menemaninya selalu walaupun Hanum mesti mengorbankan kuliahnya demi menjaga kembarannya”, mak bercerita dengan berlinangan air mata sehingga membuat Fahri dan Syalwa terunyuh. “Begitu kuat ikatan batin kedua perempuan ini, mereka mau berkorban demi satu dengan yang lain, termasuk mengorbankan perasaan mereka kepada suami saya sehingga sayalah yang beruntung memiliki uda Fahri”, Syal berkata-kata dalam hati.

Hanum mengajak Fahri dan Syalwa melihat Hanim ke kamar. ketika pintu kamar dibuka Hanum terlihatlah seorang perempuan kurus terbaring lemah membelakangi mereka. “Hanim, ini ada uda Fahri dan istrinya menengokmu”, Hanum mecoba membangunkan Hanim. Mendengar nama Fahri, Hanim terlihat mencoba memalingkan tubuhnya kepada sumber suara dan Hanum membantunya. “Hanim terlihat mencari-cari sosok yang disebutkan oleh kembarannya tadi. Ternyata matanya masih mampu mengenali Fahri, kemudian Hanim tersenyum dan berusaha untuk bangkit. “Benarkah ini uda Fahri?” tanyanya meyakinkan diri. “Betul Hanim, sudah lupakah engkau dengan uda? baru beberapa tahun kita tidak berjumpa”, Fahri mencoba menghibur perempuan yang pernah singgah di hatinya. “Ini istri uda, Syalwa namanya”, Fahri memperkenalkan istrinya. Mata Hanim berpaling kepada Syalwa kemudian mencoba untuk tersenyum lalu Syalwa membalas senyuman itu. “Begitu beruntungnya engkau Syalwa menjadi istri uda Fahri, semoga kalian selalu bahagia”, ucap Hanim lemah, tetapi ada rasa tulus dalam kalimat itu. Kasihan sekali Syalwa memandang perempuan yang tak berdaya ini, dan dia juga melihat rasa yang sama dirasakan suaminya kepada Hanim. Melihat situasi ini pertnyaan mulai muncul di benaknya “masihkah ada rasa itu diantara mereka?”

FOTO: https://www.google.com/search?q=KARIKATUR+PEREMPUAN+YANG+SEDANG+SAKIT&safe=strict&sxsrf=ALeKk03J7exp-yxNe-2K2_XGdSxdJvUf-Q:1614010870789&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwj4u_eE8_3uAhXTcn0KHWPBAwYQ_AUoAXoECAIQAw&biw=1024&bih=489#imgrc=6_A3Dz9_eq6YLM

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah.... makin baper aja nih...

23 Feb
Balas

Bagus cerpennya, Bun. Salam sukses dan salam literasi.

22 Feb
Balas



search

New Post