Risa Asnawi

Guru Kimia di SMAN 1 Wates Kediri Jawa Timur....

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Hb, O2, dan CO Cinta Segitiga Pembawa Petaka
Gambar: Struktur heme pada hemoglobin (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Hemoglobin)

Antara Hb, O2, dan CO Cinta Segitiga Pembawa Petaka

Darah merupakan cairan ekstrasel yang berperan penting dalam tubuh. Darah berfungsi mengirimkan zat-zat yang dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh yang salah satunya adalah oksigen (O2). Darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), plasma darah, dan trombosit. Di dalam sel darah merah terkandung hemoglobin (Hb) yang memberikan warna merah pada darah.

Hemoglobin adalah protein globular dalam darah yang mengikat oksigen. Pada manusia hemoglobin bertugas untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen diperlukan sel untuk mengubah glukosa menjadi energi yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti aktivitas fisik, penyerapan makanan, membangun kekebalan tubuh, pemulihan kondisi tubuh, juga penghancuran beberapa racun sisa metabolisme (Nikmawati, dkk., 2006). Oksigen adalah salah satu komponen vital dalam proses metabolisme yang berperan penting dalam semua proses tubuh manusia secara fungsional (Imelda, 2009). Kekurangan oksigen dapat menyebabkan hipoksia sehingga metabolisme tidak dapat berlangsung sempurna hingga dapat mengakibatkan kematian.

Ada dua faktor penyebab terjadinya kekurangan oksigen dalam darah, yaitu faktor penyakit dan faktor lingkungan. Beberapa penyakit yang dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah adalah anemia, asma dan penyakit jantung. Adapun faktor lingkungan yang dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah seperti berada di ketinggian di atas 2400 dpl dan menghirup gas beracun.

Salah satu gas beracun yang sangat berbahaya adalah karbon monoksida (CO). Gas karbon monoksida adalah gas yang tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mengiritasi, dan sangat beracun. Oleh karena itu, gas karbon monoksida tergolong gas yang sangat berbahaya. Panca indra kita praktis tidak dapat mendeteksi keberadaan gas karbon monoksida ini. Dengan demikian, jika kita berada di suatu tempat yang mengandung gas karbon monoksida, tanpa disadari kita akan dengan suka rela menghirup gas yang berbahaya ini.

Lalu, mengapa gas karbon monoksida sangat berbahaya? Secara normal, hemoglobin dalam darah seharusnya berikatan dengan oksigen membentuk pasangan sah yang disebut oksihemoglobin (HbO2). Oksigen yang terikat dalam hemoglobin inilah yang akan diedarkan oleh darah ke seluruh jaringan untuk proses metabolisme dalam tubuh. Namun, ketika hadir karbon monoksida di dalam darah, maka hemoglobin dalam oksihemoglobin akan melepaskan ikatannya dengan oksigen untuk melanjutkan kisah hidupnya dengan berpasangan bersama karbon monoksida membentuk karboksihemoglobin (HbCO). Hemoglobin lebih tertarik berpasangan dengan karbon monoksida daripada oksigen yang sebagai “pasangan sahnya” dalam darah. Hal ini dikarenakan afinitas (daya ikat) hemoglobin dengan karbon monoksida adalah 210 kali dibanding dengan oksigen (Hazsya, dkk., 2018). Akibatnya, asupan oksigen dalam darah akan berkurang dan digantikan dengan karbon monoksida. Berkurangnya oksigen dalam darah menyebabkan proses metabolisme dalam tubuh terganggu dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Kadar CO dalam darah yang dianggap langsung berbahaya terhadap kehidupan atau kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%) (Marpaung, 2005).

Perbedaan afinitas Hb terhadap CO dan O2 dipengaruhi oleh struktur ketiga senyawa tersebut. Hb dalam strukturnya mengandung heme yang berupa senyawa kompleks dengan ion pusat Fe2+. Senyawa CO dalam strukturnya mengandung muatan formal -1 di atom C dan +1 di atom O. Senyawa O2 dalam strukturnya, masing-masing atom O penyusunnya mempunyai muatan formal 0. Oleh karena muatan formal atom-atom penyusun O2 lebih minimal daripada muatan formal atom-atom penyusun CO, maka dapat dikatakan O2 adalah senyawa yang lebih stabil daripada CO. Akibatnya, CO menjadi lebih reaktif daripada O2. Selain itu, adanya muatan positif pada molekul Hb (yang terdapat pada ion Fe2+) menyebabkan Hb lebih tertarik mengikat molekul yang di dalamnya mengandung muatan negatif. Oleh karena itu, Hb lebih mudah terikat pada CO yang memiliki muatan formal negatif pada atom C-nya daripada O2 yang mana masing-masing atom penyusunnya memiliki muatan formal nol.

Ketika berikatan dengan Hb untuk membentuk karboksihemoglobin, molekul CO menggunakan atom C-nya dalam berikatan. Atom C dalam CO yang mempunyai muatan formal negatif akan terikat pada ion Fe dalam hemoglobin yang bermuatan positif.

Demikian pembahasan kita tentang bahaya yang ditimbulkan dari cinta segitiga antara Hb, O2, dan CO yang dapat mengakibatkan malapetaka pada manusia. Namun, bahaya yang lebih besar dapat muncul kalau terjadinya cinta segitiga itu antara aku, kau dan dia. Ea ea ea.

Wassalam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post