Risa Asnawi

Guru Kimia di SMAN 1 Wates Kediri Jawa Timur....

Selengkapnya
Navigasi Web
BERJUANG DEMI MERAYAKAN LEBARAN DI NEGERI SEBERANG (bagian 2  2)

BERJUANG DEMI MERAYAKAN LEBARAN DI NEGERI SEBERANG (bagian 2 2)

BERJUANG DEMI MERAYAKAN LEBARAN DI NEGERI SEBERANG (bagian 2 / 2)

“Nekat Mengadakan Salat”

#tantangangurusiana

#hari ke-95

Senin, 28 Juli 2014 adalah hari bahagia bagi umat muslim di seluruh dunia. Pada hari tersebut bertepatan dengan tanggal 1 Syawal 1435 H dimana umat muslim merayakan hari raya Idul Fitri.

Kami pun yang mengalami masa-masa perantauan di negeri panda, tidak ingin melewatkan momen istimewa ini berlalu begitu saja. Kami juga ingin bisa merayakannya sebagimana umat muslim lainnya. Apalagi kami sudah melewati berbagai cobaan yang lumyan menantang selama puasa Ramadhan. Mulai dari puasa yang lebih panjang setiap harinya, yakni 17 jam. Sulitnya menemukan tempat untuk sholat tarawih berjamaah. Hingga faktor musim panas yang membuat mata menjadi was-was dengan pakaian minim yang dikenakan masyarakat di semua kelas.

Namun, dari semua alasan yang ada, sebenarnya kami ingin mengobati kerinduan kumpul bersama keluarga merayakan hari raya. Meski hanya bersama teman seperjuangan di perantauan, tapi ini cukuplah untuk menutup gejolak rasa rindu yang telah menggebu.

Karena itu, jauh hari sebelum hari raya kami sudah menyiapkan suatu rencana demi bisa merayakan hari raya. Perjuangan dimulai seminggu sebelum hari raya. Kami mengajukan permohonan kepada pihak kampus untuk meliburkan kegiatan perkuliahan kami pada saat hari raya tersebut selama 1 hari penuh. Pastinya disertai dengan berbagai alasan logis untuk dapatnya terkabulkan permintaan ini. Alhamdulillah, beberapa hari berselang permintaan ini pun dikabulkan pihak kampus. Dengan demikian, pada saat hari raya kami punya waktu untuk merayakannya.

Namun, waktu saja belum cukup untuk bisa merayakan hari raya ini. Ya, kami butuh tempat untuk merayakannya. Khususnya tempat untuk sholat Id berjamaah. Berkaca pada pengalaman menyakitkan ketika susahnya kita mencari tempat untuk melaksanakan tarawih berjamaah, maka kemungkinan hal yang sama juga akan terjadi ketika kita hendak mencari tempat untuk melaksanakan sholat Id berjamaah. Apalagi ini dilaksanakan di pagi hari dan bukan hari libur.

Pada malam takbir, kami adakan rapat kecil untuk menyeting rencana pelaksanaan sholat Id besok. Setelah dipikir-pikir berulang-ulang, dipikir-pikir lagi, diulang-ulang lagi, tetap saja tidak ditemui celah untuk kita bisa mendapatkan tempat sholat berjamaah di asrama yang kami tempati selama ini. Dulu saja waktu kita menggunakan ruang makan yang tidak terpakai di dormitori ini untuk dipakai tarawih berjamaah langsung keluar peringatan dan dilanjutkan dengan penggembokan ruangan. Tandanya kita memang tidak diperbolehkan untuk mengadakan kegiatan ini disini.

Ada satu yang bisa kita lakukan untuk bisa melaksanakan sholat Id berjamaah. Ya hanya itu, “nekat”. Inilah jalan yang kami tempuh. Tepat Senin pagi, saat datangnya hari yang fitri, kami mempersiapkan lorong lantai 4 asrama sebagai tempat sholat Id kami. Di kedua ujung lorong kami beri tulisan yag berisi semacam peringatan, sehingga tidak ada orang yang bisa berlalu – lalang.

Kami semua berbondong-bondong menuju tempat yang sudah ditetapkan tersebut. Terdengar lirih suara takbir itu, yang kemudian disambut oleh para jamaah yang lain, jadilah benar-benar menggema kumandang takbir di asrama. Kami pun akhirnya bisa melaksanakan sholat Id berjamaah dengan khidmat saat itu, meski dengan segala keterbatasan yang ada. Tidak peduli lagi dengan peringatan dan hukuman yang akan menimpa, semua kita hadapi bersama.

Seusai sholat Id, kami langsung mengadakan halal bihalal dengan bersalam-salaman untuk bisa saling memaafkan atas segala kesalahan. Tidak ada kudapan yang terhidang, hanya saja kepuasan hati ini tiadalah terbilang.

Setelah membereskan lorong asrama tempat kami sholat tadi, kami pun kembali ke kamar masing-masing. Banjir air mata pun tetap tak bisa tertahan. Meski kami sudah bisa melaksanakan sholat Id berjamaah, tapi ternyata kerinduan akan hadirnya keluarga sesungguhnya di hari istimewa ini tidak bisa disembunyikan lagi. Mata-mata sembab itu menandakan kesedihan hati paling dalam yang tak mampu lagi membendung hantaman gelombang rindu. Hampir seharian setelah sholat Id itu kami laksanakan, tidak ada lagi aktifitas berarti yang kami lakukan, kecuali meratapi kesedihan.

Ketika malam menjelang, berangsur kesedihan itu pun berkurang. Kami pun bersepakat untuk pergi ke tempat keramaian untuk sekedar mengusir sisa-sisa kesedihan ini. Kami pun pergi ke Nanjing Fuzimiao untuk menikmati suasana malam dan mencari oleh-oleh untuk dibawa ketika nanti pulang. Kami pun berpuas-puas diri di sana sampai segala kegelisahan yang membebani hati ini berkurang dan akhirnya mampu mengucapkan “Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin”.

Wassalam.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

MasyaAllah. Kisah haru biru. Kita jg syukuran kecil lho waktu itu. Msh teringat goreng tahu bs berjam2 gara2 gorengnya pakai rice cooker. Pengen nyediain daging sapi tp dptnya daging kambing di Carrefour. Itupun daging kambing dg potongan kecil2. Entah bagaimana ceritanya penjual daging sapi disekitar masjid Cheng he ga dagang. Kita terlalu pede menjelang lebaran pasti mrk jualan sebagaimn yg mrk lakukan tiap hr Jumat. Semua mnjd pengalaman indah tak terlupakan.

25 May
Balas

Hehe.. sy seharian malah g punya daya utk keluar kamar. Baru menjelang malam brhasil di bujuk itok utk ikut jalan2 ke fuzimiao bersama tmn2

25 May

Haru dan penuh perjuangan banget

30 May
Balas

Mantap,..sampai ke negeri panda juga nih..rasanya sesuatu banget ya..apalagi kemungkinan 2 tahun kita gak akan bisa bepergian lagi garagara corona nih..salam

26 May
Balas

Mantap pak, selamat hari raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan bathin.

24 May
Balas

Terima kasih Bu.. Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

25 May

Semoga selalu sehat Bu. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu.

31 Aug
Balas

Terima ksih sudah berbagi pengalaman bu Risa. Semoga sehat selalu

24 Jun
Balas



search

New Post