Risda Zuraida

Risda Zuraida, wanita berdarah Aceh asli, terlahir sebagai anak sulung dari enam bersaudara di Samalanga, pada bulan November 1975. Melewati masa kecilnya dan m...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tadinya Takut Datang Ke Aceh

Tadinya Takut Datang Ke Aceh

Subuh tadi, Mesjid TVRI kedatangan tiga orang pemuda yang sedang belajar Bahasa Indonesia di Universitas Syiah Kuala selama satu tahun ini. Mereka datang dari Senegal, Tajikistan dan Bangladesh.

Pengurus mesjid memberikan mereka kesempatan untuk memperkenalkan diri dan berbagi tentang apa yang mereka rasakan selama berada di Banda Aceh.

Dari ketiga pemuda ini, seorang yang berasal dari Senegal sudah cukup fasih berbahasa indonesia. Sementara dua yang lain ketika memperkenalkan dirinya masih bercampur dengan Bahasa Inggris. Pemuda Senegal yang kemudian membantu mereka menerjemahkan.

Yang menarik dari apa yang disampaikan oleh ketiga pemuda ini adalah, sebuah kondisi yang sama-sama mereka hadapi sebelum mereka datang ke Aceh. Padahal mereka datang dari negara yang berbeda. Yaitu tentang kekhawatiran mereka dan orang terdekat mereka ketika memutuskan akan belajar Bahasa Indonesia di Aceh. Hampir semua tidak setuju memilih Unsyiah dan Aceh sebagai tempat belajar. Kemudian disarankan agar memilih salah satu kota lain di Indonesia sebagai kota tujuan belajar.

Kekhawatiran yang sangat berlebihan itu adalah tentang syariat islam yang diterapkan di Aceh. Padahal mereka datang dari keluarga muslim. Tapi seperti punya bayangan yang kurang menyenangkan tentang syariat islam.

Dari cerita yang mereka sampaikan bahwa setelah beberapa waktu berada di Banda Aceh, semua kekhawatiran itu terbantahkan. Mereka tidak merasakan sama sekali apa yang sebelumnya dikhawatirkan. Mereka justru sangat menikmati hidup di Banda Aceh. Menurut mereka Banda Aceh adalah Kota yang sangat nyaman dengan penduduknya yang ramah.

Bahkan pemuda asal Senegal berencana untuk memperpanjang masa belajarnya di Banda Aceh hingga lima tahun ke depan.

Dari apa yang disampaikan oleh ketiga pemuda itu, beberapa jamaah membuat kesimpulan bahwa penerapan syariat islam di Aceh telah diketahui oleh saudara-saudara kita di belahan dunia yang lain. Namun mereka belum punya pemahaman tentang bagaimana penerapan syariat islam di Aceh dilaksanakan. Bahwa masyarakat Aceh sesungguhnya nyaman hidup dalam bingkai syariat islam. Walaupun penerapannya masih jauh dari sempurna.

Kondisi ini harus menjadi perhatian kita semua untuk berpartisipasi mewujudkan Aceh yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Setiap orang hendaknya berkontribusi sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariat. Hingga syariat islam tidak lagi menjadi hal yang menakutkan bagi orang-orang yang akan datang ke Aceh. Namun justru menjadi sebuah kerinduan dunia untuk melihat, menyaksikan dan mengunjungi negeri syariat.

Salam Ukhuwah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

cerita yang kritis dan membangun. Datanya luar biasa

07 Jan
Balas

Terima kasih supportnya pak leck

07 Jan



search

New Post