Riska Mutiara

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

CATATANKU DI HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Baru kali ini aku susah mengawali sebuah tulisan. Entah mengapa!

Padahal banyak yang ingin kusampaikan, akankah sampai?

Sebuah catatan perjalanan pada tanggal 29042017 lalu.

Jauh jarak langit dan bumi

Menarik nafas panjang membayangkan perjalanan

Dari Sabang sampai Merauke

Tak sejauh jarak dua insan yang aku temui hari itu.

Di akhir acara rapat kecil kegiatan yang aku ikuti siang itu, seorang wanita muda cantik diperkenalkan padaku oleh sang ketua kegiatan. Sebutlah namanya Bidadari. Perawakan tinggi semampai, kulit putih, berjilbab, sangat menawan dengan gaya bicara yang intelek dan sopan, karena dia adalah seorang mahasiswi. Kami terlibat obrolan yang sangat singkat di ruangan itu sambil makan siang.

Dia sangat rendah hati, meskipun sudah banyak prestasi yang ditorehkannya seperti menjadi student's exchange ( pertukaran pelajar) ke Korea dan menerbitkan beberapa buku.

Semangat mudanya dalam berprestasi begitu menggebu, begitu luar biasa dia dimataku saat itu. Sayang pertemuan itu begitu singkat karena kami berdua harus meninggalkan tempat rapat itu menuju rumah masing masing. Kami pun pamit dan berpisah disana. Dia mengendarai sendiri vespa merahnya dan aku naik bis berwarna biru bernama " MADONA" .

Bis sederhana dengan segala hiruk pikuk berada didalamnya, awalnya aku berdiri sebentar tidak kebagian tempat duduk. Kemudian ada seorang kakek yang menawariku karena dia mau pindah kursi ke depan dekat pak sopir. Alhamdulillah akupun bisa duduk dengan nyaman.

Kebetulan yang duduk disampingku adalah seorang wanita muda yang sedang menggendong bayi kecil. Tiba tiba aku kaget dengan reaksi dia yang dengan nekadnya meminta uang padaku: " Bu nyungkeun artos kanggo ongkos ka Cililin".

Aku hanya bengong dan bingung, aku tak segera menyambut permintaannya. Aku diam dan berpikir, sempat suudzhon sama wanita ini. Aku hanya membalas dengan senyumanku dan diapun mengerti.

Tanyaku begitu banyak untuk wanita ini dan kami pun membuka percakapan, aku tanya ini dan itu lalu satu persatu dia memberi jawaban polosnya.

Usianya sekitar 17 tahunan, dengan pakaian tidur pendek masih melekat dibadannya, wangi tak sedap berasal dari sang bayi yang ngompol berkali kali sepertinya celananya tak diganti.

Dia adalah seorang wanita muda yang hanya bisa mengenyam pendidikan formal sampai jenjang Madrasah Tsanawiyah di Desa karena berasal dari keluarga tidak mampu, dibesarkan oleh neneknya ketika kecil, ayah ibu berpisah dan tidak memperdulikannya.

Dia menikah muda kemudian ditinggalkan suaminya karena suaminya menikah lagi dengan wanita lain. Bayi lucu yang dia gendong baru berumur 4 bulan. Dia menjawab semua pertanyaanku dengan berkaca kaca tapi tegar dan kuat, sedangkan aku yang mendengar jawabannya begitu perih mengiris hati.

Dia harus meminta minta demi memenuhi kebutuhan hidupnya, dia melawan rasa malu demi sang buah hati supaya bisa tetap bertahan hidup. Tak ada pekerjaan bagi wanita dengan bayi masih kecil dengan kondisi dia yang hanya tamat SMP dan tanpa keahlian.

Hujan deras di luar mengiringi tangisan bayi mungil manis dalam pangkuan sang bunda yang kemudian sejenak berhenti karena pelukan dan buaian hangatnya, tak tersadar kubelai rambutnya seraya berdo'a pada sang Maha Kuasa. " Kuatkanlah bayi perempuan ini bersama ibunya ".

Kemudian dia bertanya kepadaku akan keberadaan anak-anakku, kubilang anak anakku sudah besar dan aku sudah tua. Jawabannya diluar dugaan: " Yang penting sehat bu ".

Saat sang kondektur meminta ongkos, sengaja aku tak memberinya bantuan karena ingin tau jawaban wanita itu ketika dalam keadaan terdesak, dia hanya bilang nanti saya turun di Pasir Meong dan luar biasa sang kondektur tidak marah hanya mengiyakan saja.

Akhirnya akupun harus mengakhiri obrolan dengan dia karena tempat tujuan sudah sampai, kutitipkan sedikit rezekiku untuk bekal bayi mungil dan pesan pada ibunya, diapun mengerti.

Dua wanita muda yang umurnya hampir sama dengan nasib yang berbeda adalah dua insan hebat yang Allah pertemukan denganku hari itu karena telah meng menginspirasiku untuk belajar menulis lagi sekaligus menyadarkanku pentingnya pendidikan yang harus kutanamkan pada generasi selanjutnya.

Karena pada hakikatnya pendidikan itu adalah sebuah proses merubah diri menjadi lebih baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, makasih pa yudha apresiasinya. Masih harus terus belajar. Salam santun

02 May
Balas

Saya suka kalimat terakhirnya Bu Riska. "Karena pada hakikatnya pendidikan itu adalah sebuah proses merubah diri menjadi lebih baik."

02 May
Balas



search

New Post