Rismalasari

Penulis bernama lengkap Hj,.Rismalasari,S.Pd.MM yang dilahirkan di Bandung adalah seorang Kepala Sekolah Penggerak angkatan 1 yang saat ini bertugas di SMP Nege...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hari Literasi  Internasional (989)
Koleksi

Hari Literasi Internasional (989)

Hari Literasi Internasional

Oleh Rismalasari

Hari Literasi Internasional: Sejarah dan Perjalanan Panjang Literasi Dunia

Setiap tanggal 8 September, dunia memperingati Hari Literasi Internasional, sebuah momen penting untuk merayakan pencapaian dalam hal literasi sekaligus meningkatkan kesadaran akan tantangan yang masih dihadapi oleh banyak negara. Literasi, kemampuan membaca dan menulis, adalah pondasi dasar bagi kehidupan manusia. Namun, meskipun perkembangan zaman semakin canggih, literasi belum sepenuhnya terjangkau oleh seluruh penduduk dunia.

Sejarah Hari Literasi Internasional

Hari Literasi Internasional pertama kali diproklamasikan oleh UNESCO pada tahun 1966. Peringatan ini dilatarbelakangi oleh konferensi pendidikan dunia yang diselenggarakan di Teheran, Iran, pada tahun 1965. Pada konferensi tersebut, literasi diakui sebagai hak dasar manusia dan kunci untuk pemberdayaan individu, pengentasan kemiskinan, dan penciptaan masyarakat yang lebih adil.

UNESCO menetapkan Hari Literasi Internasional dengan tujuan mengingatkan masyarakat global bahwa literasi adalah alat penting dalam memberantas kemiskinan, mencapai perdamaian, dan meningkatkan kesejahteraan. Setiap tahunnya, peringatan ini mengusung tema tertentu yang relevan dengan situasi global literasi, seperti literasi digital, pemberdayaan perempuan melalui pendidikan, atau akses terhadap pendidikan dasar di wilayah konflik.

Perjalanan Panjang Literasi Dunia

Perjalanan literasi dunia mengalami perkembangan yang panjang dan berliku. Pada zaman kuno, kemampuan membaca dan menulis hanya dikuasai oleh kalangan tertentu, seperti kaum bangsawan, pendeta, dan birokrat. Peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia, Yunani, dan Romawi merupakan contoh peradaban yang memiliki sistem tulisan maju, tetapi hanya sebagian kecil dari populasinya yang melek huruf.

Pada abad pertengahan, di Eropa, literasi tetap menjadi hak eksklusif bagi kaum elite. Namun, dengan ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15, literasi mulai tersebar lebih luas. Buku menjadi lebih mudah diakses, dan pendidikan pun mulai diperuntukkan bagi kalangan yang lebih luas, meski tidak merata.

Zaman Pencerahan di Eropa pada abad ke-18 memainkan peran penting dalam perkembangan literasi. Gerakan intelektual ini mendorong pentingnya pendidikan bagi semua orang, tidak hanya kaum elite. Di saat yang sama, kolonialisme memperkenalkan sistem pendidikan Barat ke berbagai belahan dunia, meski seringkali literasi dalam bahasa lokal diabaikan.

Memasuki abad ke-20, literasi menjadi salah satu agenda utama banyak negara yang baru merdeka. Pemerintah mulai menyadari bahwa tanpa kemampuan literasi, masyarakat sulit berpartisipasi secara penuh dalam pembangunan bangsa. Program-program literasi nasional dan kampanye pengentasan buta huruf diluncurkan di berbagai negara, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Meski demikian, tantangan literasi tetap ada. Menurut data UNESCO, hingga tahun 2020, masih ada sekitar 773 juta orang dewasa di seluruh dunia yang buta huruf, sebagian besar berada di negara-negara berkembang. Ketidakadilan akses pendidikan, kemiskinan, serta ketidaksetaraan gender menjadi hambatan utama bagi peningkatan literasi.

Literasi di Era Digital

Perkembangan teknologi digital dalam beberapa dekade terakhir telah membawa tantangan baru sekaligus peluang bagi dunia literasi. Literasi tidak lagi hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga pemahaman akan informasi yang tersedia dalam bentuk digital. Literasi digital menjadi semakin penting di era ini, di mana internet dan media sosial mendominasi kehidupan sehari-hari.

Meskipun akses internet telah meningkatkan peluang pendidikan, masih banyak wilayah di dunia yang belum memiliki akses terhadap teknologi digital. Hal ini menciptakan kesenjangan baru dalam literasi, di mana mereka yang tidak terhubung dengan dunia digital tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan pekerjaan.

Tantangan dan Harapan

Hari Literasi Internasional adalah pengingat bahwa pekerjaan literasi global masih jauh dari selesai. Tantangan yang ada tidak hanya terbatas pada angka buta huruf, tetapi juga kualitas literasi itu sendiri. Banyak anak-anak yang, meskipun bisa membaca, tidak mampu memahami atau menganalisis informasi yang mereka baca dengan baik.

Di tengah tantangan ini, harapan tetap ada. Dengan komitmen global yang kuat dan inovasi pendidikan, kita dapat membayangkan dunia di mana literasi bukan hanya hak istimewa, tetapi hak dasar yang dimiliki oleh semua orang, tanpa kecuali.

Hari Literasi Internasional adalah momen untuk merenung dan bertindak. Mari kita jadikan literasi sebagai pintu gerbang menuju masa depan yang lebih cerah, adil, dan inklusif bagi seluruh umat manusia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih admin

14 Sep
Balas

Luar biasa Bunda

14 Sep
Balas

Terima kasih

14 Sep

Salam Literasi bunda

14 Sep
Balas

Terima kasih

14 Sep

Ulasan yang sangat informatif.

14 Sep
Balas

Terima kasih

15 Sep



search

New Post