Rismawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
JIKA JAWA-PADANG BERTEMU DI PELAMINAN
“JIKA JAWA-PADANG BERTEMU DI PELAMINAN”

JIKA JAWA-PADANG BERTEMU DI PELAMINAN

“JIKA JAWA-PADANG BERTEMU DI PELAMINAN”

Oleh:

Rismawati, S.Pd, M.Pd

Umurku 28 Tahun, ketika pertama berkenalan dengan seorang pemuda berperawakan tinggi, kurus, berkacamata, berambut lurus dan berjidat luas serta agak hitam. Tidak cakep dan tidak pula jelek tapi lucu.

Melalui proses ta'aruf super kilat, kami resmi menikah di tanah kelahiranku di Kota Padang.

Berawal dari kejadian lucu, kami membangun kebersamaan, mencari kecocokan dan keserasian. Kelambu ungu ditemani lampu super terang, menjadi saksi bisu keromantisannya. Kaos biru yang dia kenakan malam itu dibuka untuk menutup lampu menghasilkan cahaya yang temaram. Suasana semakin seru ketika dia bisikan ditelingaku sebuah lagu

“Kau yang sangat ku sayang

Karna kau gadis pendiam

Pelukismu Agung siapa gerangan

Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan”

Acara seremonial buyar. si Dia mencoba merayu. Satu kecupan mendarat di keningku, terpaksa ditepis karena tercium aroma gosong. Aku membatin, apakah karena dia hitam?

“Bluk,bluk, bluk, beberapa gumpalan bara api jatuh di lantai,”

Kami panik, ternyata kaos penutup lampu terbakar. Api asmara semakin membara di malam pertama.

Begitulah awal kerjasama kami saling berbagi dan mehargai yang menghadirkan 4 makhluk bernyawa 3 Putri dan 1 Putra yang lucu-lucu, cerdas dan ceria.

Sebagai ibu, aku suka mengaji, namun juga suka bernyanyi tidak sekedar hoby namun lebih kepada pengenalan bahasa Ibu kepada semua anggota keluarga. Walau terkadang tak berakhir mulus gegara lelucon suami yang berinisiatif memberi musik pengiring seperti ini

Pasan Buruang

“ Ma..naa, ngih…………………

Bapisah batang nan jo ureknyo

Rantiang jo dahan indak badayo

Indak Badayo……………………

Sing…sing…show 2X (Suami)

Taragak……………………………..

Mandanga kicau si buruang murai

Lah tabang jauh mambawo untuang

Yolah sansai…………………………

Sing…sing…show 2 X (Suami)

terputus

Reff

Usah tabang sumbarang tabang…..

Jika anak menangis, kuhibur dengan lagu gembira “ Bukit Berbunga.” Anak-anak pun suka. Begini teksnya:

“Di bukit indah berbunga

Kau mengajak aku ke sana

Memandang alam sekitarnya

Karena senja telah tiba

Mentari tenggelam di bukit yang biru

Warna langit bewarna sendu

Te… re…ret, jungkir balik (suami)

Te….le…let, ungking alik (anak)”

Lagu ini membuat kuping terasa nyaman, apalagi diiringi musik “ tre..re..ret jungkir balik” yang berkesan.

Suamiku juga suka bercerita antara lain ceritanya berjudul “Betoteng,” yang kutangkap adalah begini:

“Betoteng.betoteng

Betoteng betoteng

Aku mau di potong

Aku manuk ketibong

Ketibong ketilong…tilong (diikuti suara anak balita yang masih pelo)

Beginilah cara suami mengenalkan bahasa Jawa kepada anak-anak.

Beradaptasi dengan pasangan yang berbeda suku, tidaklah mudah. Salah paham bisa saja terjadi. Suatu waktu mertuaku menginap di rumah. Kuperhatikan Cinda si Sulung memanggil Eyangnya yang sedang berada di dalam kamar

“ Eyang…

Dalem,” sahut nya

“Oh, Dalem sama dengan di dalam, dalam kamar maksudnya,” batinku. Kemudian Eyang masuk ke kamar mandi. Merasa kehilangan, Cinda panggil lagi

“E..Yang…E…yang, E..yang….

“ Dalem…,” sahut Eyang

Eh, ketika Eyang ke luar ke pekarangan, Cinda panggil lagi

“Eyang di mana?

“Dalem, Eyang di sini

La, Kok jawabnya dalem, dalem semua? Pikirku bingung dan bertanya pada suami,

“Emang dalem artinya apa Pa? Kok Ibu dipanggil, jawabnya dalem terus?

Suami menjelaskan bahwa arti dalem dalam bahasa Jawa adalah saya. Oh….???

Pernah juga aku bangun kesiangan sekitar pukul 08.00 WIB. Terdengar samar suara Bapak Mertua

“Padang, Padang pateni!

“Hah?, Kok Bapak ngomong gitu? Tanyaku pada Suami.

Belakangan baru kuketahui apa artinya Padang.

Suatu pagi di Padang, kami melihat sapi mencari rumput di pekarangan depan rumah. Anakku yang lelaki menghampiri untuk menyodorkan sepotong roti. Ibu mertua ikut mengawasi. Dari kejauhan tampak seorang pemuda membawa seutas tali dan berteriak

Ee, Jawi lapeh, Jawi kabek naiakan ka truk

Kuperhatikan reaksi Ibu Mertua yang lari terbirit-birit menyelamatkan diri. Tentu saja Aku tertawa geli. Pertarungan antar suku Jawa-Padang berlangsung seri. Justru itulah rahasia kebahagian kami. Hingga kini anak-anak sudah pada dewasa, kami hidup penuh tawa canda dan ceria. Bahagia bagi kami sederhana, kerjasama dan saling percaya.

***

Biodata Penulis

Penulis bernama Rismawati, S.Pd, M.Pd yang kelahiran Koto Tinggi, Pariaman 13 juni 1967 ini adalah Guru Biologi di SMAN 29 Jakarta. Mulai aktif sebagai anggota gurusiana setelah mengikuti pelatihan “Mengubah KTI Menjadi buku Angkatan 6” yang menelorkan buku perdananya berjudul “ Peran Model pembelajaran Example Non Example dalam Mengoptimalkan Hasil Belajar” dan termasuk 1 diantara 123 penulis buku “Warna Kasih Ibu.” Saat ini sedang menyelesaikan Novel berjudul “ Anugerah, Doa Mimpi dan Cinta,” Kumpulan Puisi dan Cerpen serta aktif memposting artikel /tulisan di mediaguru dalam rangka mengikuti tantangan menulis 365 hari. Dapat dihubungi melalui email: rismasman [email protected], WA :081908355529,

Akun gurusiana: rismawatimpd.com

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Top bu, jadi terpingkal saya bacanya..

10 Jul
Balas



search

New Post