Rismawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Rindu Berkepanjangan

Rindu Berkepanjangan

"Rindu Berkepanjangan"

Oleh: Rismawati, S.Pd, M.Pd

Saat itu di pertengahan bulan Juli 2019. Peserta didik baru terlihat lucu dan lugu. Raut wajah mereka cerah dan gembira antusias megikuti rangkaian kegiatan “Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).”

Mataku tertuju pada sosok gadis manis berambut keriting yang dipotong cepak, dan kulitnya terlihat agak gelap. Namanya keren ala Barat “ Sophia Blezinky” dipanggil “Shopee.”

Shopee terlihat unik sehingga mudah dikenali. Saat aku berkesempatan mengisi materi MPLS tentang “Kesehatan Reproduksi,” tak terduga ada teriakan nyaring dari bagian tengah ruangan Aula sekolah.

“Ibu! Ibu! Aku mau tanya bolehkah?”

“Tentu saja boleh.” jawabku pelan memberikan contoh nada antagonis dari suaranya yang nyaring dan melengking. Sabar menunggu, ternyata bukan pertanyaan yang terlontar, tapi adalah permintaan no Whats-App, dengan alasan pertanyaannya cukup sensitif sehingga mau di PC saja. Responnya cepat. Dibalik intonasi bicaranya yang keras, terdapat karakter lemah lembut serta tau etika dan sopan santun. Aku sangat terkesan padanya.

Begitulah keseruan sekolah dengan tatap muka berlangsung. Contoh dan suri tauladan yang diberikan guru direspon lebih cepat melebihi ekspektasi. Pembinaan karakter menjadi lebih mudah dan terukur.

Bentuk pembinaan dan pembiasaan lainnya adalah 3 S (Salam, Sapa, Senyum). Para guru berjejer di depan gerbang menyambut siswa yang baru datang. Saat ini banyak kesempatan untuk mengamati dan memperbaiki prilaku siswa/I yang kurang baik terutama tentang kedisiplinan dan pelaksanaan tata tertib sekolah. Demikian pula ketika piket, tidak jarang kami ronda di sekeliling pagar sekolah untuk memastikan semua anak masuk ke kelas masing-masing saat jam pelajaran. Meskipun sedikit lelah mengantisipasi anak-anak istimewa yang kadang berusaha kabur dan loncat pagar, namun semua dapat dicegah dan diatasi.

Belum lagi suasana di kelas. Saat Penilaian Harian Pertama, beberapa siswa menggunakan tip-ex bergantian. Kebetulan yang bawa tip-ex cuma satu orang sebut saja namanya Stefanus Tarigan. Ia terkenal dermawan. Namun saat ia butuh tip-ex nya entah sedang di mana. Ia berbisik,

“Eh, tip-exku mana ya?” bisiknya pada teman di sebelahnya.

“Buang! Tip-ex buang!” teriak seseorang

“Eh tip-exnya jangan dibuang, dipake aja!” ujarku spontan.

“ Geeeeer….Wkwkwkw.”

Suasana kelas menjadi riuh. Mereka mengira guru biologinya ini lucu. Padahal karena belum “ngeh” kalau di kelas itu ada siswa yang bernama “Buang.” namun Shopee belum tau cara mengeja yang seharusnya “ Bu-ang.”

Di samping itu, ada yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Ketika mataku tertuju kepada salah seorang siswa bereaksi aneh. Aku tidak langsung menegurnya hingga semua selesai mengumpulkan kertas ulangan.

“Terima kasih Ananda semua yang sudah mengikuti ulangan dengan lancar. Bagi yang tidak jujur mohon segera melapor. Percuma saja berbohong, padahal ibu tahu banyak tentang kalian bahkan sampai struktur sel otak segala ibu mengetahuinya.”

Ternyata resep ini mujarab. Tiga orang siswa maju dan mengaku nomor berapa saja yang mereka contek. Alhamdulillah mereka semua sebenarnya adalah anak-anak yang jujur.

Begitulah Proses Belajar Mengajar (PBM) tatap muka berlangsung alami. Tapi sayang seribu kali sayang, kesempatan itu hanya berlangsung selama tujuh setengah bulan. Pada pertengahan bulan Maret kami terpaksa bergegas pulang ke rumah untuk melaksanakan “Social Distancing.” Pembelajaran Jarah Jauh (PJJ) yang semula direncanakan hanya14 hari, terus diperpanjang hingga kini karena wabah Pandemi Covid-19 belum juga pergi.

Kini Shopee, Bu-ang, Stefen dan teman-temannya sudah kelas XII dan berjumpa lagi di pembelajaran biologi denganku. Tapi suasananya sungguh sangatlah berbeda, Kami guru tidak lagi dapat memastikan apakah anak-anak kami masih tetap jujur seperti dulu. Apakah ketika ulangan dengan Google form mereka menyontek atau tidak. Melalui teleconference, kami tidak lagi dapat memastikan, apakah mereka menyimak isi PPT atau malah mendengarkan musik/lagu. Ketika diberi link video, mereka tonton atau malah bermain game. Sungguh batin ini meronta, menahan rindu berkepanjangan. Doaku semoga badai Pandemi Covid-19 segera berlalu, demam “Malarindu Tropikana” ku padamu wahai anak milenial segera terobati. Aamiin

Biodata Penulis

Penulis bernama Rismawati, S.Pd, M.Pd yang kelahiran Koto Tinggi, Pariaman 13 juni 1967 ini adalah Guru Biologi di SMAN 29 Jakarta. Mulai aktif sebagai anggota Gurusiana setelah mengikuti pelatihan “Mengubah KTI Menjadi buku Angkatan 6” yang menelorkan buku perdananya berjudul “ Peran Model pembelajaran Example Non Example dalam Mengoptimalkan Hasil Belajar” dan termasuk 1 diantara 123 penulis buku “Warna Kasih Ibu.” Buku yang ketiganya adalah Novel berjudul “ Anugerah dan Cinta,” Termasuk Pemenang lomba menulis artikel tentang Pelestarian Lingkungan, peserta menulis Buku No Bapper 5. Saat ini sedang menyelesaikan Kumpulan Puisi dan Cerpen serta aktif memposting artikel /tulisan di MediaGuru . Dapat dihubungi melalui email: rismasman [email protected], WA :081908355529,

Akun gurusiana: rismawatimpd.com

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga corona segera berlalu, Bunda. Tetap semangat. Salam literasi

10 Aug
Balas



search

New Post