Riswo M.Si

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

HARI PERTAMA MASUK SEKOLAH

Pagi ini Khandza sudah bangun dari tidurnya. Ia sudah tak sabar ingin berangkat ke sekolah. Maklum hari ini adalah hari pertamanya masuk Sekolah. Setelah merapihkan tempat tidur, Khandza membantu sang bunda. Menyapu halaman rumah, dan membuang sampah.

“Anak Bunda rajin sekali. Terima kasih sudah membantu Bunda,” kata sang Bunda bangga.

“Aku kan sudah besar Bunda. Sekarang aku sudah kelas 1 SD loh. Sebelum berangkat sekolah, aku akan selalu membantu Bunda,” kata Khandza melanjutkan pekerjaannya.

“Ya, ya. Bunda lupa kalau anak Bunda sekarang sudah kelas 1 SD. Berarti anak Bunda sudah semakin besar dan sekarang tambah pintar,” kata sang Bunda.

Setelah menyapu halaman rumah, Khandza menyiram bunga kesayangannya. Yaitu bunga lavender, bunga bougenville dan juga bunga teratai. Ia menyiramnya setiap pagi. Sehingga mereka telah tumbuh menjadi bunga yang sangat cantik.

“Bunga-bunga ku cantik sekali. Karena setiap hari selalu aku rawat dengan baik,” kata Khandza, tersenyum.

Setelah itu, Khandza bergegas ke kamar mandi. Menggosok gigi, membersihkan tubuhnya dengan sabun mandi.

“Tubuh ku segar sekali,” Khandza berulang kali menyiram tubuhnya dengan gayung.

Gadis kecil berumur 7 tahun ini tampak berseri-seri. Sambil mandi, ia menyanyikan lagu, Mandi Pagi.

Mandi pagi kalau biasa

Sejuk dingin tidak terasa

Sore hari kalau tak mandi

Badan lesu main tak mau

Laa la la la la la la...

Laa laa laa laa...

Setelah mandi, Khandza mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Ia bergegas menuju ke kamarnya, dan mengenakan seragam sekolahnya.

“Cucu Nenek pinter sekali. Pagi-pagi sudah rapi,” sanjung sang Nenek.

“Ya, Nek. Aku sudah tak sabar ingin berangkat sekolah,” kata Khandza.

“Sarapan dulu, Khandza. Sebelum berangkat sekolah,” kata sang Bunda.

“Betul kata Bunda. Khandza harus sarapan dulu. Agar tubuh Kandza, kuat dan tidak lemas,” timpal sang Nenek.

“Ya, Bunda. Ya, Nek. Aku sarapan dulu,” kata Khandza.

Khandza pergi ke dapur untuk mengambil sarapan pagi. Di dapur Khandza melihat beraneka ragam lauk pauk kesukaannya. Ada sayur bayam, tempe goreng dan juga makanan khas Lampung. Yaitu tempoyak. Tempoyak adalah jenis lauk pauk yang terbuat dari durian yang sudah melalui proses fermentasi.

“Semua ini yang buat Bunda ya? Terima kasih Bunda, sudah membuat sarapan kesukaan ku,” kata Khandza tersenyum bahagia.

“Bukan Bunda yang buat. Tapi Nenek,” Bunda.Lina menjelaskan.

“Nenek loh, yang menyiapkan semua. Hari ini kan hari sepesial bagi Cucu Nenek,” kata sang Nenek.

“Terima kasih Nek. Nenek baik sekali,” kata Kandza, menyanjung Neneknya.

Bunda Lina tersenyum bahagia. Melihat putri kesayangannya sekarang telah tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik, santun, dan sangat pintar.

Khandza sarapan pagi dengan lauk pauk kesukaannya. Yaitu tempoyak buatan Neneknya yang sangat lezaat dan sangat nikmat. Setelah sarapan pagi, Khandza diantar Bundanya, berangkat ke sekolah. Sampai di gerbang sekolah, ia berdiri memandang halaman sekolah. Sekolah barunya tampak tertata sangat rapih. Di sekelilingnya terlihat beraneka ragam tanaman hias, yang dibatasi oleh pagar bambu yang dicat berwarna-warni. Ada warna merah, kuning, hijau, dan juga warna putih.

Begitu juga dengan tanaman hiasnya. Ada bunga mawar, bunga melati, bunga anggrek, bunga kamboja dan lain sebagainya. Sehingga Khandza betah dan ingin berlama-lama di sekolah.

“Wah, indah sekali bunganya. Jenisnya lebih banyak dari bunga yang ada di rumah ku,” kata Khandza terkagum-kagum.

Ia memandang satu persatu tanaman bunga yang ada di halaman sekolahnya. Sepasang kupu-kupu cantik terbang, dan hinggap dari bunga yang satu ke bunga yang lainnya. Hal ini membuat Khandza ingin menangkapnya. Ia tersenyum bahagia melihat kupu-kupu cantik yang ada di taman bunga.

Bel berbunyi dua kali. Khandza bergegas menuju ke kelasnya. Diikuti oleh siswa kelas 1 lainnya. Tak lama kemudian, Bu guru masuk ke kelas, lalu menyapanya dengan ramah.

“Selamat pagi anak-anak,” kata Bu Guru.

Lalu Bu Guru memperkenalkan diri kepada siswanya.

“Anak-anak, apakah kalian sudah ada yang kenal dengan Ibu?” tanya Bu Guru.

“Belum, Bu,” semua siswa menjawab kompak.

“Nama Ibu, Bu Neni. Mulai hari ini Ibu yang akan menemani kalian belajar di kelas ini,” kata Bu Neni.

Bu Neni meminta semua siswa, secara bergantian untuk memperkenalkan diri. Dilanjutkan dengan belajar bersama. Tanpa terasa suara bel terdengar 3 kali. Menandakan pelajaran telah selesai.

Semua siswa berdo’a, lalu menyalimi Bu Guru. Satu persatu mereka keluar dan meninggalkan kelasnya. Begitu juga dengan Khandza. Khandza meninggalkan kelasnya, menujuju gerbang sekolah. Tampak Bunda Lina tersenyum menyambut kedatangan Khandza. Lalu keduanya pulang mengendarai sepeda motornya.

“Assalamu’alaikum, Nenek. Aku pulang,” Khandza bergegas menuju kamar berganti pakaian. Ia tidak sabar ingin menceritakan sesuatu kepada Neneknya. Setelah berganti pakaian Khandza menuju ke kamar Nenek. Ternyata Nenek tidak ada di kamarnya. Nenek juga tidak ada di ruang tamu. Ternyata Nenek ada di belakang rumah. Ia sedang memberi makan ayam peliharaannya.

“Khandza cari-cari ternyata Nenek ada di sini,” ujar Khandza kepada Neneknya.

“Eh Cucu Nenenk. Khandza sudah pulang?” tanya sang Nenek.

“Sudah, Nek. Nenek, aku mau cerita sesuatu kepada Nenek. Dengar ya, Nek,” kata Khandza kepada Neneknya dengan wajah berbinar-binar.

“Khandza mau cerita apa?” tanya sang Nenek, tersenyum.

“Aku mau cerita, tentang hari pertama ku masuk sekolah, Nek. Di sekolah baru ku, hari ini, ceritanya sangat seru, loh Nek,” kata Khandza.

“Seru bagaimana? Coba ceritakan kepada Nenek,” kata sang Nenek.

“Hari ini aku senang sekali. Punya banyak teman di sekolah,”kata Khandza, polos.

“Oh, ya? Siapa saja teman mu itu? Coba sebutkan,” kata Nenek, tampak bersemangat.

“Pokoknya banyak loh, Nek. Ada Syifa, ada Aulia, ada Kiki, ada Meymey, ada Melin dan juga Boru. Pokoknya masih banyak lagi loh, Nek teman baru ku di sekolah,” Khandza menjelaskan.

“Wah banyak sekali teman baru mu. Dari nama mereka, pasti mereka tidak semuanya asli Lampung.”

“Betul, Nek. Teman baru ku selain berasal dari Lampung, ada juga yang berasal dari Jawa Tengah, keturunan Cina dan Sumatra Utara. Mereka jug ada yang beragam kristen dan Budha loh, Nek.”

“Itu bagus, Cucu ku. Kita boleh berteman dengan siapa saja, dan tidak boleh membeda-bedakan suku dan agama mereka. Karena mereka adalah saudara kita,” kata sang Nenek.

“Ya, Nek. Mereka semuanya baik loh, Nek. Teman ku yang bernama Boru berasal dari Sumatra Utara. Ia ikut ayahnya pindah tugas ke Lampung. Sedangkan Meymey dan Melin, adalah warga keturunan Cina. Anaknya cantik, putih dan bersih loh, Nek. Matanya sipit. Kalau sedang tertawa, matanya jadi ilang, hehehe.”

“Ah, kamu bisa aja Cucu ku, hehehe,” Nenek tertawa lepas.

Hari ini adalah hari pertama Khandza masuk SDN 2 Way Urang. Di sekolah ini, Bu Guru mengadakan acara perkenalan untuk seluruh siswa. Khandza sangat senang mengikuti kegiatan hari ini.

“Hebat, dong Cucu Nenek,” kata Nenek sambil mengusap kepala Khandza.

“Khandza tadi berani maju ke depan untuk kenalan loh, Nek.”

“Wah, ini baru cucu, Nenek,” puji sang Nenek.

“Begini, tadi yang Aku ucapkan. Assalamualaikum teman-teman. Namaku Khandza Aqila Marisa. Aku biasa dipanggil Khandza. Umur ku 7 tahun. Aku tinggal di kalianda bersama Ayah, Bunda dan Nenek. Aku beragama Islam. Aku suka menggambar dan makan tempoyak. Itu Nek, hebatkan aku,” Khandza menjelaskan.

“Terus, Nek. Tadi ada sahabatku yang sangat penasaran dengan makanan kesukaan ku, yaitu tempoyak. Kata Kiki ia baru pertama kali mendengar nama makanan tempoyak. Maklum dia bukan asli Lampung. Ia berasal dari Jawa Tengah, Nek,” Khandza menjelaskan.

“Terus, Khandza bagi nggak tempoyaknya?” tanya sang Nenek.

“Aku bagi lah, Nek. Malah ia sangat menyukainya. Katanya tempoyaknya enak loh, Nek.”

“Ya jelas enak dong, siapa dulu yang buat? Nenek, hehehe.”

“Kiki juga membagi makanan khas daerahnya loh, Nek. Namanya, Sego Ghodog. Wah ternyata, Sego Godhognya juga enak loh, Nek.”

“Wah, sangat menyenangkan sekali sekolah mu hari ini. Sudah punya banyak teman baru, mereka baik-baik lagi. Apa lagi mau berbagi makanan. Berbagi makanan itu bagus loh. Nenek ikut senang mendengarnya. Cucu ku, besok Nenek buatkan makanan khas kita yang lain, ya,” kata Nenek.

“Apa itu, Nek?”

“Kluwok.”

“Kluwok? Kluwok itu apa sih, Nek?”

“Kluwok adalah salah satu makanan khas Lampung yang berasal dari buah kluwok atau buah kepayang. Kluwok atau kepayang adalah pohon yang tumbuh liar penghasil bumbu masak. Orang sunda dan Jawa biasa menyebutnya picung atau pucung. Sedangkan orang Toraja menyebutnya pamarrasan. Sementara orang Minangkabau menyebutnya simangguang,” Nenek menjelaskan.

“Wah, aku jadi penasaran dengan kluwok buatan Nenek. Pasti teman-teman ku akan menyukainya,”kata Khandza.

“Ya dong. Nenek kan jago masak.”

“Apakah kluwok ini bagus untuk kesehatan, Nek?” tanya Khandza.

“Ya jelas dong, Cucu ku. Karena klowok mengandung zat besi, vitamin C, vitamin B1, fosfor, kalium, kalsium dan masih banyak lagi. Zat yang terkandung pada kluwok sangat dibutuhkan bagi tubuh kita. Sehingga tubuh kita tidak akan mudah sakit,” Nenek menjelaskan.

“Wah, aku sudah nggak sabar lagi ingin mencicipi kluwok buatan Nenek,” kata Khandza.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post