Risyda Munawarah. K

"Bergerialah dengan buku, esok engkau akan dipandu dengan ilmu"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Wanitaku
Tantangan #4

Wanitaku

Suasana pagi ini tidak teterka oleh wanita yang hendak menuju usia senja itu. Duduk menuai butir-butir padi yang telah menjadi nasi, menonohkan suapan demi suapan ke mulut si mungil itu, bungsuku. Sembari menanti kepulangan putri sulung dari kedekatan rantau yang dijelajahi, aku.

Akankah rinai yang akan merintik di genteng, ataukah badai yang akan menghembus dedaunan yang belum tumbuh kokoh. Karena kini langit telah menampakkan kekusamannya. Entahlah, begitu sayunya suasana perasaan wanita itu.

Kini aku telah sampai di bibir jalanan. Aku memandanginya dari kejauhan suara yang tidak terdengar jelas. Aku hampiri, lalu mendekat dengan pandangan hati yang kabur. Tampak kerisauan yang hangat membara dari torehan wajahnya.

Aku mulai menyapa seraya bertanya. Namun, tak pernah kudapati keluhan demi keluhan yang terlontar dari bibirnya. Hanya deretan senyuman yang selalu meluluhkan hati dan jiwa. Ya, ini sebenarnya yang selalu ku jemput dikala pulang. Senyumannya. Semangatnya. Motivasinya.

Semua itu kudapati dikala aku mulai membuka cerita keluhan tentang ini dan itu perjalananku. Begitu kejamnya aku. Datang hanya untuk menampung semangat dan motivasi baru yang akan aku bungkus untuk kembali. Tanpa pernah peduli, tentang hati dan perasaannya yang sedang geli.

Akan tetapi, begitulah wanita itu.

Banyak hal, banyak hal yang selalu ia fikirkan, setiap harinya. Tentang lelakinya, anak-anaknya, dan orangtuanya. baik tentang hari ini, esok, lusa, dan masa depan keluarganya.

Dan begitulah, begitulah wanita perkasa itu membaca apa yang tidak tebaca oleh fikiran wanita-wanita lainnya. namun, disini aku adalah putri sulung yang memilih hidup atas pilihannya yang jauh dari wanita itu, tapi semua ini tidak lepas dari tujuan akan kebahagiaannya. Karena setiap langkahku ini adalah hasil tuaian-tuaian do'a yang selalu di panjatkannya untukku.

Wanita itu adalah wanita terhebat yang takkan pernah tergantikan. Ia patut dan wajib aku muliakan di sepenuh nafasku. Tanpanya aku tiada berdaya. Dengan semangatnya jiwaku selalu membara.

Wanita itu adalah wanitaku. Wanita pertama yang memeluk dan mengecupku. Membelai kasih dan sayang tanpa angan yang bertepikan jurang. Andai masa dapat kuputar ulang kemasa dimana aku layaknya si putri manja, aku ingin berlama-lama dimasa itu. Merasakan hangatnya pelukan kasih tulusmu, wanitaku.

Wanita itu adalah wanitaku. Ummi , begitu sapa yang selalu aku sorak lembutkan padanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga umi sll sehat..

20 Feb
Balas

aamiin ya Rabb...trimaksih bu...

20 Feb

Bravo, Adinda... Jadi kangen sama almarhumah bumda ku...

20 Feb
Balas

Ya Rabb...Maafkan daku kakanda yg telah menghadirkan rindu itu...Hehehe

20 Feb

Aamiin ya Rabb...Trimakasih Bu...

20 Feb
Balas

mantap .....semoga umminya sehat dan bahagia selalu

20 Feb
Balas



search

New Post