Sabtu, 22 Februari 2020

Senja kali ini sudah mulai gelap tampaknya. Diiringi dengan sepoian angin yang tak henti-hentinya sedari beberapa hari yang lalu. Sesekali angin ini diam, lalu mulai lagi bercengkrama dengan alam. Tersonta-sonta jantung dibuatnya akan hempasan demi hempasan material yang meronta. Aku tak tahu, apa hal yang hendak ia mau sehingga begitu marahnya pada alam akhir-akhir ini.

Aku hendak bicara pada alam, ada apa sebenarnya ? Namun, baru saja aku memandanginya sembari menikmati sepoiannya, ia langsung menghembusku seolah ia marah padaku. Pertanyaan konyol apa yang aku lontarkan ini?.

Ah sudahlah. Aku nikmati saja sepoiannya. Nanti akan ada jawaban yang terungkap darinya. Karena alam adalah Guru, dari terkembangnya ia dengan keindahannya, akan ada banyak hal pembelajaran darinya untuk manusia. Benar, ini benar adanya.

Sejenak aku berenung panjang dalam perjalanan ini. Ku terus berjalan menuju kediamanku karena senja sudah memanggil bulan untuk datang. Perlahan langkah ini ku ayunkan sembari menahan tubuh yang selalu digoyahkannya.

Akh.... aku mulai kesal. kali ini sepoiannya begitu menghantam. Aku tak bisa kemana-mana. Kemana pun aku hendak beranjak, selalu saja seperti ada yang mengusikku. Tak bisa melihatku tenang dengan kefokusanku merenung. Akh... Aku benar-benar kesal. Astaghfirullah...

Ya Rabb, ada apa ini ? Kenapa angin begitu marah pada alam ? Apa salahnya ?

Aku tersentak....

Ataukah Engkau memberi isyarat pada kami bahwa alam semestamu telah dilukai oleh tangan-tangan hamba-Mu ? dan Engkau marah akan semua itu ?

Ya Rabb, sungguh kami tak kuasa atas semua ini. Beri kami sedikit petunjuk, apa yang harus kami lakukan untuk mengobati luka yang telah kami goreskan pada alam-Mu???

Ya Rabb, luka apa itu ?