Rita Erwiyah

Rita erwiyah saat ini bertugas sebagai kepala sekolah SDN DR> Sutomo V/237 surabaya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bu Sofi Mana... Bu Sofi Mana(Balasan Tulisan Ma...telat Ma)
pesawat-terbang-gambar-online-jpg

Bu Sofi Mana... Bu Sofi Mana(Balasan Tulisan Ma...telat Ma)

Pukul 04.35 , aku dan Bu widia bergegas turun dari taxi lalu menuju gerbang keberangkatan. Kami mengantri diantara kerumunan penumpang lain yang akan cek-in pada penerbangan hari ini, sambil berusaha menelpon bu Nur dan Bu sofi untuk mengetahui keberadaan mereka. Sulit sekali bagiku menemukan mereka diantara penumpang seramai ini, apalagi aku belum hafal wajah mereka satu persatu.

Gerbang keberangkatan pertama sudah kami lewati dengan pemeriksaan sangat ketat. Aku mulai mencari-cari dimana kira-kira temanku berada. Tak ada tanda-tanda keberadaan mereka,aku mulai bingung,telp tak lepas dari genggamanku tapi aku tak berhasil menghubungi mereka.

“ Aduh, dimana mereka ya, belum sholat subuh lagi” aku tambah panik di tengah keramaian.

“ Bu Rita ya...?” Sapa seorang wanita paruh baya. Aku mengangguk dalam eksprei kebingungan, kami langsung bersalaman. Dalam hati aku mencoba menebak-nebak ini siapa ya? Bu Sofi, Bu Nisa atau Bu Nur Hamidah?

“ Ayo Bu, kita ke Bu Nisa, tiket kita sudah di cek-inkan adiknya Bu Nisa, kita menunggu di atas ruang Blue Sky.” Bu Nur mencuba menjelaskan.

“ Lo,Bu Sofi mana?” tanyaku pada Bu Nur yang tampak bingung.

“ Loh, Bu Sofi...? ini siapa?” Bu Nur tambah bingung karena kita berangkat berempat seharusnya sudah lengkap. Akhirnya kujelaskan kalau wanita yang di sampingku adalah Bu Widia peserta tambahan. Kami tambah bingung. Dimana Bu Sofi...?

Ku coba menghubungi Bu Sofi lewat Wa tapi gagal, ku telp tetap gak diangkat,ku sms tak di jawab. Cuaca subuh ini terasa panas bagiku. Aku tak putus asa, entah berapa puluh panggilan untuk Bu sofi tapi tak pernah diangkat,demikian juga bu Nur mencoba menghubungi tapi tetap tidak diangkat. Kami pasrah,kemana bu Sofi...?

Pukul 04.55 kucoba menghubungi bu Sofi kembali, tiba-tiba terhubung tapi dari seberang sana samar-samar ku dengar suara anak laki-laki “ Ma... jam lima..Ma” suara itu terdengar cemas. Aku kaget lalu kusampaikan ke teman- teman.

“Mudah-mudahan suara itu sudah di mobil.” Suara bu Nur pasrah.padahal aku tau persis bahwa suara tadi adalah suara anak yang baru bangun tidur dengan kecemasan yang berlebih. Tapi aku tak menyampaikan ini pada teman-teman untuk mengurangi kecemasan mereka.

Akhirnya kami menunggu Bu Sofi di ruang tunggu eksklusif di Angkasa pura atas rekomendasi adik Bu Nisa.

Di ruang tunggu itu kami di suguhi pemandangan yang menarik. Di ruang ini tersedia makanan yang beraneka ragam yang di siapkan untuk penumpang. Tapi hal itu tak menarik lagi bagiku karena di kepalaku saat itu hanyalah satu pertanyaan Dimana posisi Bu Sofi saat ini. Sambil menunggu bu Sofi kami sholat shubuh di akhir waktu.

Pukul 05.15 Bu Sofi belum muncul, kursi empuk yang kududuki terasa panas. Ingin rasanya ku patahkan saja jarum jam dinding di ruangan ini agar tidak bergerak.Aku dan teman-teman bagai panggang di atas api. Berdiri duduk,berdiri lagi lalu duduk lagi. Bu Sofi... ! Jeritku dalam hati, kejengkelan menumpuk di dadaku, sia-sia pengorbananku mulai dari menguruskan surat tugas,SPPD,memesankan tiket. Ya Allah dimana Bu Sofi..?

“ Bu sarapan dulu atau minum kopi?” Suara merdu adik Bu Nisa terasa bom di telingaku. Tapi sederet sarapan pagi di ruang tunggu itu menggodaku. Akhirnya kulirik juga dengan dada masih dipenuhi kecemasan. Ku amati sederetan sarapan tiba-tiba mataku tertuju pada benda hitam di mangkuk kecil. Waw... petis, aku terkesan dengansambal petis di depanku. Ada petis di bandara, gimana raanya ya.? Mungkinkan petis bandara dengan petis pasar asem rasanya beda?

Aku mulai mencoba sambal petis dengan tahu goreng. Aku lupa sejenak dengan keberadaan bu Sofi karena tadi Bu Nisa mendapat keterangan jika Bu Sofi sudah di jalan Tol. Tapi setelah beberapa saat bu Sofi belum datang juga. Kami tambah bingung karena harus masuk ke dalam pesawat. Kami putuskan tidak akan masuk sebelum Bu Sofi datang.

“ Saya akan menunggu Bu Sofi di bawah, Ibu-ibu silahkan masuk ke pintu pemeriksaan karena sudah panggilan terakhir.”

“Hah...,panggilan terakhir ?” Aku kaget karena dari tadi di benakku hanya ada Bu Sofi hingga panggilan terakhir untuk penumpang yang terlambatpun tidak lagi ku dengar. Kami ber empat berlari ke pintu terakhir pemberangkatan. Lalu melewatinya dengan pemeriksaan yang ketat. Semua barang sudah melewati pemeriksaan tapi ada apa dengan tas bu Widia. Aku tambah cemas karena tas itu di tahan di pintu pemeriksaan.

“ Ibu, tasnya saya tahan.” Petugas bandara memegang erat tas Bu Widia. Kami bertambah cemas, ada apa dengan Tas Bu Widia. Ternyata di dalamnya ada gunting. Setelah bermusyawarah akhirnya gunting itu di tinggal di bandara. Lalu Bu Nisa mendapat teguran dan omelan karena masuk tanpa bording pas. Kami bingung karena bording pas bu Nisa terbawa adiknya yang tadi menunggu bu Sofi,omelan petugas membuat kami benar-benar kacau.

Kami masuk ke pintu keberangkatan berikutnya dan disana kulihat wanita paruh baya sedang bernegosiasi dengan petugas agar Tasnya dimasukkan ke bagasi tapi bagai sudah di tutup. Wanita paruh baya itu tampak bingung karena semua penumpang sudah masuk hanya kami yang tersisa. Lalu wanita itu menoleh ke arahku “ Bu Rita... maaf, saya Bu Sofi.” Duaaar..... seperti boom ranjau yang meledak saat terinjak lawan.

Tanpa bicara kami diminta masuk ke bandara lewat lorong pintu. Kami berlima lari menuju pesawat padahal Bu Widia hamil bulan. Tiba-tiba kami di stop petugas untuk kembali. Ternyata kami salah lorong. Kami seharusnya lewat pintu sebelah kiri yang sudah tertutup menuju tangga hingga sampai di bis bandara. Bis mengantar kami ke pesawat. Setelah duduk di pesawat Bu Sofi tak henti-hentinya meminta maaf pada kami. Yah...di maafkan apa tidak ya..?

Solo, 6 April 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Iya memang mediaguru itu keren kita terasa sangat dekat padahal wajahnya kita belum kenal jd dibandara terus terang sy bingung...smg persaudaraan di mediaguru semakin erat

05 Apr
Balas

Iya memang mediaguru itu keren kita terasa sangat dekat padahal wajahnya kita belum kenal jd dibandara terus terang sy bingung...smg persaudaraan di mediaguru semakin erat

05 Apr
Balas

Maafkan diriku bu Rita....

05 Apr
Balas

mbrebes mili membaca kisah ini. Semoga menjadi pembelajaran utk kita semua.

05 Apr
Balas

Tapi sakitnya tuh di sini lekc

05 Apr

Tapi sakitnya tuh di sini lekc

05 Apr

Duh.. ikut deg degan bacanya.. haha bu sofi mana bu sofi?? Siniiih saya jewer duyuuuu...

05 Apr
Balas

Ini bu Sofi lg senyum nih ...kewer ae kak puput

05 Apr

Saya deg2an bacanya, berasa ikut dalam suasana itu. Tegang, sebel, berkejaran dengan waktu.. Apalagi membayangkan bagaimana cara bu widia berlari mengejar yang lain dalam keadaan hamil besar begitu. Ups.

05 Apr
Balas

Maapin aja deh...Bu Rita kan baik hati Dan tidak sombong...cieeeee.. Tulisanya bagus...Aku suka, Aku duka..

05 Apr
Balas

Tulisanya bagus...Aku suka, Aku suka... Komen Saltul lagi...Salah nutul..

05 Apr
Balas

Besok jangan telat lagi yaa bu sofi

05 Apr
Balas



search

New Post