ini hari terakhir UNBK SMA. Hatiku tidak segelisah tiga hari yang lalu, saat putra keduaku mulai Ujian UNBK. Hari ini agak lebih plong rasanya. Beda dengan kakak dan adiknya saat mengikuti ujianaku tidak setegang ini. Saat putra tertuaku mengikuti ujian aku biasa saja, berdoa dan puasa memang kewajiban kita sebagi orang tua. demikian juga halnya dengan putri ku yang saat ini juga ujian SMP aku juga biasa saja,mereka mengikuti ujian dengan enjoy.

Tapi beda dengan putraku yang kedua, menjelang ujian badannya sudah panas,aku bingung ujian akan dilaksanakan senin tapi sabtu sudah demam. aku mulai khawatir, perubahan sikapnya dari ceria menjadi pendiam dan kelihatan lesu.

" Ayo nak kita ke dokter." Ajakku membujuknya.

" Nggak Ma,aku gak apa-apa." Jawab putraku sambil membereskan semua bukunya lalu dimasukkan ke dalam kardus. Aku bingung mau dikemanakan semua buku paket dan catatan itu padahal diakan masih butuh untuk belajar. Aku berusaha memahami jalan fikiran putraku yang satu ini. Dia memang beda dengan Anak tertuaku. Beda 360 derajat, mulai dari perawakannya yang mungil,bersih,imut dan sangat manja,bahkan banyak teman-temanku yang memanggilnya Mbak. sedangkan anak tertuaku besar tinggi mirip ya mirip perawakan tentaralah.

kuperhatikan wajah anak keduaku ini dalam-dalam,lalu kutarik tangannya dan kutidurkan dipangkuanku. " Ada apa Nak?" Sambil ku elus kepalanya,dia membenamkan kepalanya di pangkuanku. seakan ada beban berat yang diapikul dan ingin dibagi dipangkuan ibunya. Inilah putraku, walaupun umurnya sudah 17 tahun tapi manjanya sama dengan adikya yang umur 10 tahun.

" Aku stress ma, gimana nanti jika aku mendapat nilai rendah." Dia berkata lirih. Aku tersentak,kini aku tau ternyata ujian ini membuat anakku stres dan sangat terbebani. Padahal selama ini aku tidak pernah menuntut nilai tinggi dari anak-anakku. aku dan suami tidak pernah menargetkan harus ini dan itu hanya satu yang kami tekankan di rumah yaitu ibadahnya, misalnya sholat harus tepat waktu. masalah nilai tak pernah kami menargetkannya.

" Ku cium anakku, lalu kubisikkan di telinganya. Baca Bismillah nak, yakinlah Allah akan menolongmu. Walaupun nanti nilaimu dibawah standar itu bukanlah masalah. Yang penting kakak telah berusaha. Aku berusaha menenangkan hatinya.

akhirnya dia bercerita tentang persyaratan masuk apapun sekarang ada kreteria nilai ujian jika nilai dibawah lima susah untuk mencari pekerjaan atau masuk universitas. Aku berusaha membesarkan hatinya dan meyakinkan bahwa nilai bukanlah segalanya.

empat hari ini adalah hari yang menegangkan bagiku, bukan karena mencemaskan nilaiaujian anakku tapi mencemaskan keadaan mentalnya. selama ini aku takpercaya kalau ujian membuat anak-anak stres ternyata kini aku mengalaminya. Memang tidak ada anak yang dilahirkan sama,semuanya unik dan punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

semoga kita menjadi orang tua yang bijak sehingga bisa menjaga titipan terindah yang diberikan oleh Allah ini. Memiliki keempat putra bagiku adalah sebuah anugerah yang terindah. Ke empatnya mempunyai karakter yang berbeda yang selalu mewarnai semua sudut ruangan waktu kita. Semoga anak-anak kita menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh dan beriman.

salam untuk semua orang tua.

Surabaya, 13 April 2017