Rita Purwaningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

NAMANYA ICHA

Pagi yang cerah, kuhirup udara gratis pemberian Tuhanku. Seperti biasa rutinitas ku jalani sesuai rencana, hampir saja aku lupa melihat jadwal mengajarku, untung saja ada teman yang mampir melihat jadwal yang tertempel di salah satu bagian dinding ruang guru, aku jadi ikut melihat jadwal, karena memang kebetulan aku belum hapal jadwal pertama aku harus mengajar di kelas mana.

Kelas yang ku kunjungi sudah bersih, para siswaku sudah duduk rapi menungguku “Alhamdulillah” aku bersyukur, di waktu-waktu lain kadang aku harus menertibkan dulu para siswaku untuk membersihkan kelas yang masih kotor. Ketua kelas segera menyiapkan teman-temannya untuk memberi salam dan berdoa. “Baiklah anak-anak, coba cek teman kalian, siapa yang hari ini tidak hadir?” aku mulai membuka percakapan. “Hadir semua bu” sekertaris kelas dengan segera memberi keterangan. “Alhamdulillah, sekarang siapkan buku pelajaran matematika kalian” sedikit gaduh saat mereka mengeluarkan buku-buku yang diperlukan. “Anak-anak, ada PR kan pada pertemuan sebelumnya?” kulihat tatapan mereka beragam arti, ada yang tersenyum polos, ada yang menunduk, bahkan ada yang yang bercanda dengan bilang “Ga ada bu” sambil hehe hehe. Aku tahu, tatapan mereka mengatakan bahwa mereka kesulitan mengerjakan soal PR yang kuberikan, dan aku memaklumi itu. “Anak-anak, coba kalian beri alasan, kenapa sebagian besar dari kalian tidak mengerjakan PR?” masih dengan nada datar aku tanya mereka, karena setelah ku cek satu satu siswa yang mengerjakan PR kurang dari setengah kelas. “Lupa bu” “Ga bisa bu” “Ketiduran bu” beragam alasan mereka, dan seperti biasa... aku hanya bisa menghela nafas panjang, “Apa yang sulit? Di soal sudah jelas diketahui sebuah kebun yang berbentuk persegi panjang, dengan ukuran panjang 50 meter dan lebar 20 meter, di tengah kebun ada kolam berbentuk lingkaran yang berdiameter 14 meter, kebun yang tidak dibuat kolam di tanami pohon pisang, yang ditanyakan berapa luas kebun yang ditanami pohon pisang?” nada suaraku mulai meninggi “kalian kan sudah belajar tentang luas lingkaran sebelumnya, dan di kelas 7 kalian juga sudah tahu tentang cara mencari luas persegi panjang, jadi seharusnya kalian bisa mengerjakan soal itu.” Kembali ku tatap wajah anak-anak kelas 8J satu persatu. Mereka tetap diam, menatapku, dan wajah-wajah polos itu... aku tahu mereka tak sepenuhnya salah, mereka hanya mengganggap diri mereka lupa dan tak mampu mengerjakan, titik! Hanya itu!

“Baiklah, hari ini ibu tidak akan membahas PR kalian dulu, ibu mau bercerita, tugas kalian adalah mendengarkan, dan simak!” muncul ide mendadak dipikiranku, biarlah sekian menit ke depan...mereka tidak belajar matematika dulu, harapanku tentu saja dengan cerita yang akan aku sampaikan... kesadaran mereka akan lebih meningkat untuk lebih semangat dan percaya diri mengerjakan soal-soal.

Ketegangan mereka mulai mencair, mata mereka mulai berbinar “Asyiikk... iya bu Rita cerita aja.” Beberapa mulai berkomentar, “kamu ini... giliran cerita... mulai deh semangat.” Aku tak bisa menyembunyikan rasa bahagiaku melihat semangat mereka ingin mendengarkan ceritaku.

“Karena ibu mengajar matematika... maka cerita ibu juga berkaitan dengan matematika.”

“Yaaaahhh.” Mereka serempak menimpali kalimatku.

“Dengarkan dulu atuh, simak ya...” bahasa ‘sunda’ ku mulai muncul (hehe, aku memang kebiasaan menggunakan kata “mah” “atuh” dan sejenisnya, rasanya lebih mantap kalau kalimat-kalimatku beriringan dengan kata-kata itu)

Semua mata tertuju ke arahku, seperti nya mereka memang sudah tak sabar ingin mendengarkan ceritaku.

“Namanya Icha, siapa dia? dia nama kecil keponakan ibu, nama lengkapnya Annisa Nur Azizah. tinggal di Jakarta. Ayahnya seorang dokter spesialis bedah, ibu nya seorang dokter umum.”sampai di situ kalimatku, anak-anak kelas 8J mulai berbisik bisik, entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas ada kekaguman di wajah mereka. “Ayahnya... bukan hanya dokter spesialis bedah, beliau juga dokternya presiden kita Bapak Jokowi, Ayahnya Icha seorang dokter kepresidenan.” “Wow...” anak-anak mulai tak bisa berbisik-bisik lagi menyuarakan kekaguman mereka.

“Tapi kali ini... bukan tentang ayahnya Icha yang akan ibu bahas, ibu akan bercerita tentang Icha.” Anak-anak mulai focus lagi. Mereka mulai penasaran.

“kemarin Icha beserta keluarganya berkunjung ke rumah neneknya yaitu ibunya ibu Rita. Kebetulan rumah ibunya ibu Rita letaknya di depan rumah ibu Rita. Kemarin sore Icha main ke rumah ibu, dan dia bilang “Uwa, boleh ga Icha ikut ngeprint?” kebetulan di rumah ibu ada printer. Ibu lalu tanya “ngeprint apa Cha?” Icha lalu menunjukkan dokumen di hp nya yang sengaja di bawa karena memang tugasnya harus di kirim jawabannya ke gurunya hari itu juga.” Aku mulai panjang lebar memulai ceritaku. Kulihat anak-anak masih antusias menunggu kelanjutan ceritaku.

“Kalian tahu tugas seperti apa yang Icha print? Itu tugas matematika, Icha kelas 7, dia sekolah di sekolah Islam Terpadu, yang bayaran per bulannya 2 juta.” Hampir kompak anak-anakku bereaksi “Hahh?” hehe tentu saja mereka kaget karena sekolah tempat mereka sekarang adalah sekolah negeri yang tidak ada bayaran awal maupun bayaran per bulannya. “dah tidak usah bahas dulu tentang sekolahnya Icha, kita focus pada soal yang di print Icha.” Kembali aku menertibkan anak-anak yang mulai gaduh membahas uang juta yang ku sebut tadi. “saat print sudah selesai, ibu penasaran soal seperti apa yang menjadi tugas Icha, ternyata tentang menentukan luas bangun yang merupakan paduan dari beberapa bangun datar. Misalkan seperti ini.” Aku mulai menggambar di papan tulis, soal no 1 Dan soal no 2. Pertanyaan kedua soal sama, yaitu menentukan luas daerah yang di arsir, kusebutkan bahwa semua soal Icha semuanya ada 7, “Nah anak-anak... sekarang coba simak, apakah ada kemiripian dengan soal PR yang kalian terima?” Anak-anak mulai berpikir, sebagian ada yang mulai manggut-manggut, menyadari bahwa soal nya sedikit mirip... yaitu menentukan luas dari paduan beberapa bangun datar.

“ketika ibu tanya apakah Icha bisa mengerjakan soal ini, dia langsung menjawab dengan tegas “bisa wa” dan Icha pun menyebutkan proses jawabannya, dengan lisan... tanpa kotretan... 7 soal dia paparkan proses jawabannya hanya dalam beberapa menit.”ada binar kagum di bola mata beberapa siswa ku, sebagian dari mereka berbisik...’Ko Bisa?’

“Yg lebih membuat ibu heran, di soal Icha ada soal yang persis PR kalian, paduan dari bangun persegi panjang dan lingkaran, padahal Icha baru kelas 7 SMP dan materi lingkaran dipelajari di kelas 8 SMP seperti kalian. Saat ibu tanya hal itu, jawab Icha “di sekolah Icha... siswa kelas 7 semester 2, materi yang dipelajarinya materi kelas 7 semester 2 dan materi kelas 8 semester 2.” Ekspresi di wajah para siswaku mulai menegang, mereka seolah tidak yakin hal itu bisa diberlakukan pada diri mereka, aku tersenyum... aku memaklumi itu karena di sekolahku ini memang belum banyak siswa yang semangat belajarnya tinggi,kebanyakan dari mereka bersantai-santai, belajar hanya sebatas mengerjakan PR, kadang mengerjakan PR pun di sekolah dengan menyontek pada teman yang dianggap pandai.

“Anak-anakku yang semuanya baik...” Aku mencoba mencairkan suasana.

“Aamiin...” Kontan mereka semua meng Aamiin kan do’a dan pujian ku.

“Icha bisa dengan rela dan bertanggung jawab mengerjakan tugas di sela-sela waktu liburnya... Icha bisa mengerjakan dengan cepat soal-soal, bahkan soal yang terkait dengan materi di kelas yang lebih atas darinya... Icha sanggup dalam satu semester mempelajari materi semester 2 kelas 7 dan materi semester 2 kelas 8. Icha bisa... maka kalian pun pasti bisa! Masalahnya bukan karena Icha sekolah di sekolah yang biayanya mahal, atau karena Icha anak dokter kepresidenan... alasan utamanya adalah karena Icha punya semangat tinggi, punya kesadaran yang tinggi, punya cita-cita yang mendorong dia untuk berjuang dan berusaha menguasai ilmu agar kelak cita-citanya terwujud, Icha sama sekali tak berkeluh kesah padahal materi pelajaran yang harus ia kuasai banyaknya dua kali lipat dari materi yang harus kalian kuasai.” Aku mulai panjang lebar membakar motivasi para siswaku, mereka semua diam, semua mata tajam tertuju ke arahku.

“Ayo mulai dari sekarang... jangan tunda sampai besok apa yang bisa kamu lakukan hari ini! Di jakarta ada Icha yang bersemangat tinggi, maka di sini ada Karina... ada Naufal... ada Gilang... ada Melina... ada semua nama yang tertulis di daftar nama siswa kelas 8J, semua punya semangat yang sama, semangat yang tinggi. Semua punya cita-cita... yang akan berusaha diraih dengan gemilang... dengan berusaha menguasai ilmu mulai dari sekarang!” hati ini bergemuruh, ingin rasanya memeluk mereka semua... membisikkan ke telinga mereka bahwa aku ingin mereka semua sukses, aku hanya bisa menatap mereka satu persatu... aku hanya bisa menitipkan harapanku lewat kalimat-kalimat menggebu, semoga getar jiwaku sanggup menerobos lubuk hati nan putih di hadapanku, “Berusahalah sekeras mungkin untuk menguasai ilmu nak, kelak engkau akan tahu... ilmu yang engkau miliki akan demikian berguna untuk hidupmu... untuk ayah bundamu... untuk sesamamu... untuk bangsa dan negaramu...” Hening.... tatapan mereka masih tertuju ke arahku. Semoga saja mereka memahami, dan kiranya hanya Dia jualah Pemilik Hati... yang berkuasa menggerakkan hati siapapun yang Dia kehendaki.

___ *** ___

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post