Perisai Malu
Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya diantara ungkapan yang dikenal manusia dari ucapan kenabian terdahulu ialah “Jika engkau tidak malu, berbuatlah semaumu,” (HR. Al-Bukhari)
Akhir-akhir ini banyak manusia yang berbuat semaunya. Tidak peduli pada penderitaan orang-orang di sekelilingnya, yang penting dia merasa senang dan meraih apa yang dia inginkan, dia akan melakukannya. Maraknya kasus-kasus kejahatan saat ini juga semakin menunjukan bahwa manusia mulai kehilangan urat malunya. Kasus perselisihan rumah tangga yang di publish, kasus pembunuhan orang tua oleh anak kandungnya, kasus pengeroyokan atau tawuran, korupsi, kasus asusila, keserakahan seorang pemimpin, ataupun hanya sekedar cuitan sinis yang sensitive mengandung unsur SARA. Pelakunya adalah orang-orang yang sudah tentu melampaui batas. Dan Allah SWT sangat tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Rasa malu atau al-Ihya merupakan cabang dari iman, yang dapat mengantarkan kita pada ketaatan dan sikap ihsan, yakni merasakan kehadiran Allah SWT di setiap gerak langkah kita. Sifat malu merupakan sifat Nabi dan Rasul. Memiliki sifat malu merupakan bagian dari akhlakul karimah. Dalam sebuah Riwayat, Rasulullah SAW bersabda bahwasanya “Rasa malu dan iman itu terikat menjadi satu. Jika yang satu hilang, maka yang lain juga akan hilang.
Seseorang yang memiliki rasa malu sudah barang tentu ia akan menjaga dirinya dari berbuat keburukan. Ia akan senantiasa melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya sebagai bentuk ketaatan dan penghambaan diri kepada-Nya dan menghadirkan sifat ihsan di dalam setiap perbuatannya.
Jika di dalam diri seseorang sudah tidak ada rasa malu, maka tidak ada sedikitpun kebaikan di dalam hatinya. Sebagaimana nasihat beberapa ulama seperti Ibnul Qoyyim menjelaskan,”Sebagian orang arif berkata: Hidupkanlah rasa malu. Hidupkanlah hati dengan kemuliaan dan rasa malu. Jka keduanya hilang dari hati, maka didalamnya tidak ada kebaikan yang tersisa.”
Selain itu, Fudhail bin Iyadh menasihatkan bahwa sedikitnya rasa malu merupakan bagian dari tanda-tanda kecelakaan bagi seseorang selain kekerasan hati, mata yang tidak menangis, cinta dunia dan panjang angan-angan.
Rasa malu hanya akan mendatangkan kebaikan. Maka teguhkanlah rasa malu dengan berusaha mengenal Allah Azza wa Jalla, mengenal keagungan penciptaan-Nya, dan semakin mendekatkan diri kepada-Nya. Yakinlah, dengan memiliki rasa malu, akan menghidupkan hati dan iman, juga mendorong seseorang untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela.
Wallahu ‘alam bi shawwab
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ulasan yang keren Bunda. Terima kasih pencerahannya
Alhamdulillah. Terima kasih Bunda. Salam sehat dan sukses selalu
Luar biasa..,keren...
Alhamdulillah. Terima kasih Bu Zami yang sangat luar biasa. Sehat selalu ya Ibu..
Keren
Alhamdulillah. Terima kasih Bunda Tri. Salam sehat dan sukses selalu
Mantap ulasannya. Semoga sehat dan bahagia selalu Bunda.
Alhamdulillah. Terima kasih Bunda. Salam sehat dan sukses selalu