Riyan Rosal Yosma Oktapyanto

Seorang manusia yang suka belajar...

Selengkapnya
Navigasi Web
 Meningkatkan Kemampuan Ecoliteracy Peserta Didik dengan Pembelajaran Berbasis Proyek Vertical Garden

Meningkatkan Kemampuan Ecoliteracy Peserta Didik dengan Pembelajaran Berbasis Proyek Vertical Garden

Meningkatkan Kemampuan Ecoliteracy Peserta Didik dengan Pembelajaran Berbasis Proyek Vertical Garden

(Best Practise Pembelajaran di Kelas V SDN Ciparay Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2016-2017)

Oleh :

Riyan Rosal Yosma Oktapyanto, M.Pd

Guru SDN Ciparay 01 Kabupaten Bandung

Pendidikan di sekolah dengan proses pembelajarannya merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan potensi dan kemampuan peserta didik. Kemampuan peserta didik manusia sangatlah beragam. Keragaman kemampuan tersebut haruslah bersumber dan mengarah pada perbaikan diri, keluarga, maupun lingkungan alam dalam lingkup local maupun global. Salah satu kemampuan peserta didik yang harus dikembangkan adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterkaitan peserta didik sebagai manusia dengan lingkungan alam sekitarnya kemampuan tersebut yaitu ecoliteracy.

Ecoliteracy secara etimologis berasal dari dua kata eco dan literacy. Eco singkatan dari ecology yang berarti cabang ilmu alam yang mengkaji habitat dan interaksi antara benda hidup dengan alam sekitar. Ekology juga tidak hanya mempelajari tentang stuktur dan fungsi alam namun mempelajari tentang analisa dan solusi tentang berbagai gejala alam. (Zulkifli, 2014) Sedangkan literacy berarti kemelekan. Sehingga ecoliteracy dapat diartikan secara umum sebagai kesadaran, kefahaman dan kemelekan tentang keilmuan lingkungan hidup.

Stone and Barlow (2005) menjelaskan bahwa ecoliteracy adalah kemampuan orang memiliki setidaknya pemahaman dasar ekologi, ekologi manusia, dan konsep keberlanjutan, serta mereka mempunyai langkah-langkah untuk memecahkan masalah. Adapun, Goleman, (2010) menjelaskan bahwa secara istilah ecoliteracy adalah suatu gerakan tentang penyadaran kembali akan pentingnya kesiambungan atau kelestarian lingkungan hidup. Peserta didik yang memiliki ecoliteracy diharapkan memiliki kefahaman yang komprehensif tentang aspek ekologis, baik Ekologi manusia, dan konsep kesinambungan (sustainable) lingkungan hidup sebagai alat untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain meningkatnya ecoliteracy diharapkan setiap peserta didik memiliki kesadaran, kepekaan (awareness) bahwa lingkungan perlu dijaga, dikelola dan dimanfaatkan bukan hanya untuk sekarang tetapi untuk generasi yang akan datang yang berhak juga untuk menikmatinya. Oleh karena itu haruslah dibiasaan sedini mungkin hal-hal yang membuat peserta didik kita untuk melek akan ekologis. Sebagai contoh diantaranya mendaur ulang sampah yang ada disekeliling kita, seperti karton bekas produk air mineral, dus mie instans, kaleng susu, botol plastik, plastic kemasan menjadi barang-barang yang dapat dipakai kembali, menanam tanaman hias, menanam apotik hidup di pot, dan atau menanam sayuran di pekarangan .

Kemampuan ecoliteracy peserta didik di sekolah tak akan terbangun tanpa bantuan guru dan sekolah sebagai ujung tombak pendidikan. Sebagai seorang guru penulis menulis essai ini dengan latar belakang keresahan penulis mengenai pendidikan di sekolah penulis yang kemampuan ecoliteracy peserta didiknya terasa kurang. Kemampuan ecoliteracy peserta didiknya yang terasa kurang tersebut bisa dikarenakan oleh lingkungan sekolah yang kurang strategis.

Penulis mengajar di SDN Ciparay 01. Secara tata letak SDN Ciparay 01 berada di Jalan Pasar Timur Kampung Hujung Desa Ciparay Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Letak tempat keberadaan SDN Ciparay 01, ada pada lingkungan yang sangat dekat pasar bahan berdampingan secara langsung, tepatnya di Pasar Ciparay. Pasar Ciparay merupakan salah satu pasar besar yang ada di Kabupaten Bandung. Seperti halnya pasar tradisional secara umum didaerah, keadaanya tidak bersih, kurang menghargai lingkungan bahkan bisa dikatakatan kumuh. Hal ini menjadikan kemampuan ecoliteracy warga sekolah khususnya peserta didik kurang karena terpengaruhi lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu perlu pembelajaran yang membiasakan untuk dapat meningkatkan kemampuan ecoliteracy peserta didik.

Penerapan kemampuan ecoliteracy kepada peserta didik ini salah satunya dapat diterapkan di sekolah formal. Lickona (2013) seorang ahli pendidikan karakter memberikan alasan bahwa sekolah adalah salah satu sarana untuk mengubah karakter dan agen pembaharu. Sekolah diharapkan menjadi agen terdepan untuk membantu permasalahan sosial maupun lingkungan. Cara sekolah kebanyakan menerapkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik, biasanya dengan berupa anjuran maupun perintah untuk menangani permasalahan secara verbal atau lisan saja. Namun hasil anjuran atau perintah verbal saja biasanya kurang terasa dampaknya. Oleh karena itu maka perlu teknik atau strategi pembelajaran yang lebih kongkrit untuk meningkatkan kemampuan ecoliteracy.

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce dan Weil, 2011). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien utntuk mencapai tujuan pendidikannya.

Salah satu model yang dapat digunakan agar peserta didikdapat mengikuti pembelajaran dengan baik, dalam penerapannya pun lebih efektif dan dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik adalah dengan menggunakan model Project Based Learning. Pada model ini peserta didikdiberi kesempatan untuk mengalami dan terlibat secara langsung yang kemudian dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari secara kontekstual Project Based Learning atau kemudian di alih bahasa menjadi pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek / kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Sehingga model pembelajaran berbasis proyek ini cocok dalam usaha untuk meningkatkan ecoliteracy siswa.

Adapun contoh skenario pembelajaran mendaur ulang sampah sederhana yang dapat digunakan pada. Pembelajaran adalah pada pembelajaran di Kelas 5 semester kedua sekolah dasar yang masih memakai kurikulum 2006 (KTSP) pada pelajaran IPA dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan. Kompetensi dasar: 2.2 Menderkripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan. Sedangkan Indikatornya adalah Menjelaskan pentingnya tumbuhan hijau bagi manusia dan hewan sebagai sumber energi yang utama, dan memprediksi yang akan terjadi bila di dunia tidak ada tumbuhan hijau. Adapun langkah-langkah Pembelajarannya sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan

1. Guru membuka pelajaran dengan menyapa peserta didik mengucapkan salam dan menanyakan kabar mereka

2. Guru meminta salah seorang peserta didik untuk memimpin doa

3. Guru melakukan apersepsi sebagai awal komunikasi guru sebelum melaksanakan pembelajaran inti, dengan memberikan motivasi kepada peserta didikagar konsentrasi peserta didiktertuju pada topik yang sedang dibahas. Misalnya, guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didikmengenai kebiasaan makan sehari-hari, seperti: ”Apa makanan pokok kalian sehari-hari?”, atau Bagaimana kalau kalian tidak makan dalam sehari?

4. Peserta didik menyimak penjelasan dari guru kegiatan yang akan dilakukan hari ini dan apa tujuan yang akan dicapai dari kegiatan tersebut dengan bahasa yang sederhana dan dapat dipahami

Kegiatan Inti

1. Guru menyajikan video/cerita tentang tumbuhan hijau

2. Guru mengajak peserta didikuntuk bertanya tentang sebab dan akibat jika tidak ada tumbuhan hijau

3. Guru meminta beberapa peserta didiksecara bergantian untuk menyebutkan contoh jenis tumbuhan yang tergolong tumbuhan hijau

4. Peserta didik(1-2 orang siswa) membaca teks yang telah disediakan oleh guru tentang rawan pangan

5. Peserta didikyang lain menyimak yang dibacakan oleh temannya

6. Guru mengajak peserta didikuntuk mengemukakan beberapa cara penanggulangan masalah rawan pangan karena kurang tumbuhan hijau

7. Peserta didikmengaitkan hubungan antara sikap dan perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitar

8. Guru mengajak peserta didikuntuk mengamati beberapa cara pengolahan barang-barang bekas di sekitar kita agar tidak menjadi limbah yang akan menimbulkan bencana yang mengakibatkan rawan pangan karena kurang tumbuhan hijau

9. Peserta didikmerancang solusi permasalahan bencana rawan pangan berupa melakukan sebuah proyek vertical garden

10. Peserta didikmempersiapkan langkah-langkah proyek (pertemuan pertama)

11. Peserta didikmengembangkan proyek dengan melakukan proses proyek vertical garden menanam tanaman sawi dengan media tanam tanah kompos dengan pot dari daur ulang sampah sederhana dengan memanfaatkan barang-barang bekas disekitar lingkungan anak-anak yaitu botol bekas air mineral (pertemuan kedua)

12. Peserta didikmengamati dan merawat tanaman dari biji sampai menjadi sawi yang siapdipanen (kurang lebih 1 bulan)

13. Peserta didikmenyimpulkan hasil proyeknya dengan mempresentasikan didepan guru dan peserta didikyang lainnya. (pertemuan terakhir)

Kegiatan Penutup

1. Peserta didik melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan

2. Guru meminta salah satu seorang peserta didik untuk memimpin doa di setiap akhir proyek pembelajaran.

Sumber Referensi:

Goleman, D (2010), Ecological Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik Produk-Produk yang Kita Beli. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Joyce, B., dkk (2011). Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurikulum 2006 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Lichona, T (2012) Educating for Character (terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara

Stone, M K., & Barlow, Z (2005) Ecologycal Literacy: Educating Our Children for a Sustainable World. San Francisco: Sierra Club Books

Teknika.

Zulkifli, A (2014). Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta: Penerbit Salemba

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap. Kreatif banget.

14 Aug
Balas

Alhandulillah.. Terimakaih pak

19 Aug

Bagus banget Pak.

14 Aug
Balas

Alhamdulillah, Terimakasih bu

19 Aug

Keren pak Riyan.. mantapp

14 Aug
Balas

alhamdulillah, terimakasih Pak Aris.

14 Aug
Balas

Hebat....

24 Oct
Balas

Alhamdulillah masih terus belajar menulis bu

25 Oct



search

New Post