Riyan Rosal Yosma Oktapyanto

Seorang manusia yang suka belajar...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKELUMIT TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER  DI SEKOLAH DASAR SAAT INI

SEKELUMIT TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR SAAT INI

SEKELUMIT TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER

DI SEKOLAH DASAR SAAT INI

Kebijakan nasional pengembangan pendidikan karakter di sekolah dasar mengikuti kebijakan pendidikan karakter pendidikan secara formal, informal maupun non-formal yang digagas Depdiknas atau sekarang Kemdikbud. Kebijakan nasional pendidikan karakter merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa yang diamanatkan oleh Presiden RI pada acara puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional, 11 Mei 2010. Kebijakan nasional pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada fase pertama, khususnya di SD pendidikan karakter difokuskan pada pembentukan, pembinaan, dan pengembangan nilai jujur, cerdas, tangguh, dan peduli. Dapat juga ditambahkan nilai-nilai lain yang relevan dan kontekstual sesuai dengan keperluan.

Pada fase kedua, pada fase ini dapat dikembangkan berbagai nilai antara lain bertanggung jawab, kreatif, disiplin, suka menolong.

Pendidikan karakter bagi anak usia SD meliputi dan berlangsung pada:

1). Pendidikan Formal

Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan SD/MI, melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

2).Pendidikan Nonformal

Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

3). Pendidikan Informal

Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak atau anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggung jawabnya. (http://pendikar.dikti.go.id/wp-content/uploads/RAN-PENDIKAR-KEMENDIKNAS.pdf)

LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN GURU SEBELUM MEMILIH METODE DALAM MEMBINA KARAKTER TERTENTU DI SEKOLAH DASAR

Langkah-langkah yang harus dilakukan guru sebelum memilih metode dalam membina karakter tertentu di sekolah dasar yaitu menyiapkan hal-hal sebagai berikut:

1) Keteladanan

Menyiapkan diri sebagai guru yang dapat diteladani oleh peserta didik. Keteladanan merupakan hal yang paling penting dalam melakukan pendidikan karakter. Keteladanan menjadi salah satu hal klasik bagi keberhasilan sebuah tujuan pendidikan karakter. Tumpuan pendidikan karakter ada pada pundak guru. Konsisten dalam mengajarkan pendidikan karakter tidak sekadar melalui sesuatu yang dikatakan melaluipembelajaran di kelas, melainkan nilai itu juga tampil dalam diri sang guru, dlam kehidupannya yang nyata diluar kelas. Asmani (2013: 68)

2) Mengembangkan sejumlah nilai yang menjadi target pengajaran

Langkah dalam mengembangkan sejumlah nilai yang menjadi target pengajaran sekolah, misalnya dengan memulai pengajaran nilai dengan target awal tentang pengajaran tentang rasa hormat dan tanggung jawab, dengan pemahaman akan nilai-nilai tersebut. (Lickona, 2013: 76)

3) Administrasi Perencanaan Pembelajaran yang terpadu

Membuat perencanaan pembelajaran (Rencana Tahunan, Rencana Semester,Silabus, RPP dan lain-lain) yang terpadu antara mata pelajaran dengan aspek-aspek pendidikan karakter (untuk kelas IV-VI SD) atau memasukan aspek-aspek pendidikan karakter kepada setiap tema pembelajaran (untuk kelas I-III SD) (Kemdiknas, 2010)

4) Menyiapkan lingkungan social.

Kolhberg, (1981,1984) dalam Nucci &Narvaez, (2008:60) menjelaskan bahwa The right thing to do is to be a good citizen, uphold the social order, and maintain the society. Maksud dari Kolhberg, bahwa hal yang benar untuk dilakukan agar menjadi warga negara yang baik, adalah dengan menjunjung tinggi tatanan sosial, dan menjaga social kemasyarakatan. Oleh karena itu untuk menyiapkan pendidikan karakter di sekolah dasar adalah mengkondisikan keadaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk pendidikan karakter.

5) Menyiapkan sarana pendukung penyaluran model

Menyiapkan sarana pendukung penyaluran model pendidikan karakter misalnya melalui penyiapan kegiatan pengembangan diri berupa program kegiatan ekstrakulikuler atau kegiatan pembiasaan di kelas.

PROSES TERJADINYA INTERNALISASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN SEHINGGA NILAI TERSEBUT MENJADI JATI DIRI SISWA

Menurut istilah makna Internalisasi adalah suatu proses yang bermula dari diterimanya suatu informasi yang kemudian menjadi suatu yang diyakini dalam kehidupannya berhasil menjadi suatu kebiasaan yang baik yang mengendap menjadi suatu nilai kemuadian berubah suatu karakter yang berwujud suatu kepribadian yang akhirnya menjadi jati diri seseorang. Hakam (2015)

Sedangkan Reber (1988) dalam Mulyana (2011) menjelaskan bahwa Internalisasi adalah menyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa Psikologi merupakan penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik, dan aturan baku pada diri seseorang.

Sejalan dengan Hakam (2015) dan Reber (1988) dalam Mulyana (2011), Maftuh (2009) mendefinisikan. internalisasi sebagai suatu perkembangan,perubahan dari perilaku yang dikontrol oleh pihak luar (eksternal) ke perilaku yang dikontrol oleh diri sendiri (internal), yakni standard dan prinsip yang ditentukan sendiri.

Maka dalam proses terjadinya internalisasi nilai dalam pembelajaran sehingga nilai tersebut menjadi jati diri siswa Menurut Hakam (2015) dijelaskan bahwa internalisasi merupakan suatu proses yang bermula dari diterimanya suatu informasi yang kemudian menjadi suatu yang diyakini dalam kehidupannya berhasil menjadi suatu kebiasaan yang baik yang mengendap menjadi suatu nilai kemuadian berubah suatu karakter yang berwujud suatu kepribadian yang akhirnya menjadi jati diri seseorang. Proses internalisasi nilai dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Penjelasan bagan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh sekolah/guru dalam melakukan proses internalisasi nilai diatas adalah ketika sekolah tidak merencanakan pendidikan nilai dengan baik dan tidak melaksanakan dan merefleksikannya secara aktif, maka prendidikan nilai menjadi bagian dari hidden curriculum. Hal itu di serahkan kepada kebijaksanaan seorang guru, tanpa mendiskusikan nilai-nilai mana dan bagaimana nilai-nilai itu diajarkan. (Hakam,2015)

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh sekolah/guru dalam melakukan proses internalisasi nilai diantaranya menanamkan bagian-bagian dari penanaman karakter:

1) Pengetahuan Moral,( Moral Knowing)

Ø Kesadaran moral. pertama menggunakan intelejensi untuk menyadari bahwa satu keadaan menuntut penilaian moral, kemudian berfikir dengan seksama tindakan apa yang benar.kedua adalah mengambil pelajaran dari setiap persoalan.

Ø Mengetahui nilai-nilai moral warisan dari generasi-generasi sebelumnya. Mengetahui sebuah nilai berarti juga mengerti bagaimana menerapkannya dalam berbagai macam situasi.

Ø Melihat melalui berbagai macam sudut pandang adalah kemampuan untuk melihat melalui sudut pandang orang lain, melihat satu keadaan seperti yang mereka lihat, membayangkan apa yang mungkin mereka pikirkan, lakukan dan rasakan.

Ø Alasan moral melibatkan pemahaman tentang moral dan alasan mengapa kita harus bermoral

Ø Membuat keputusan Mampu memikirkan jalan keluar masalah moral, yakni keterampilan untuk merefleksikan pengambilan keputusan

Ø Pengetahuan diri sendiri. Menjadi seseorang yang bermoral menuntut kemampuan untuk merekam ulang prilaku kita sendiri dan mengevaluasinya dengan kritis

2) Kepekaan Moral, (Moral Feeling)

Ø Kesadaran. Kesadaran mempunyai 2 sisi: sisi kognitif (mengetahui mana yang benar) dan sisi emosional (merasa berkewajiban untuk melakukan hal yang benar). Banyak orang mengetahui mana yang benar tetapi sedikit yang merasa berkewajiban untuk melakukannya.

Ø Menghargai diri sendiri. Jika kita memiliki acuan standar dalam menghargai diri sendiri, maka kita menilai diri sendiri. Jika kita menilai diri sendiri, kita akan menghormati diri sendiri. Sehingga kita tidak suka menyakiti diri sendiri secara lahiriah maupun batiniah dan tidak membiarkan orang lain menyakiti kita.Jika kita menghargai diri sendiri, kita tidak akan terlalu tergantung pada keputusan orang lain. Jika kita menilai positif diri kita, maka kita akan cenderung berlaku positif terhadap orang lain. Jika kita menilai rendah atau bahkan sama sekali tidak menghormati diri sendiri, maka mustahil kita dapat menghormati orang lain

Ø Empati. Empati berarti turut merasakan pengalaman atau keadaan orang lain, empati memungkinkan kita untuk menjadi orang lain. Empati merupakan sisi emosional dari kemampuan untuk melihat dari berbagai macam sudut pandang.

Ø Mencintai kebaikan. Kirk Kilpatrick menulis: dalam mengajarkan kebaikan, hati dilatih seperti halnya pikiran. Orang yang baik tidak hanya belajar untuk membedakan kebaikan dan kejahatan tetapi juga untuk mencintai yang satu dan membenci yang lainnya.

Ø Pengendalian diri sendiri Emosi dapat mengalahkan akal sehat, penting untuk mengendalikan sikap memuaskan diri

Ø Kerendahan hati. Kerendahan hati merupakan sisi afektif dari pengetahuan pribadi. Kedua-duanya benar-benar terbuka terhadap kebenaran dan kesediaan untuk memperbaiki kegagalan kita. Kerendahan hati juga membantu kita untuk mengatasi kesombongan

3) Tindakan Moral. (Moral action)

Menurut penelitian jika orang-orang memiliki kualitas intelektual dan emosi moral, maka mereka cenderung melakukan apa yang mereka ketahui dan rasakan sebagai perbuatan yang benar

Ø Kecakapan, kecakapan moral adalah kemampuan untuk mengubah penilaian dan perasaan moral kedalam tindakan moral yang efektif.

Ø Tekad Bertindak baik selalu menuntut tindakan nyata, pergerakan energi moral untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Tekad adalah inti dari keberanian moral.

Ø Kebiasaan. Seringkali seseorang tidak sadar akan pilihan yang benar. Mereka melakukan tindakan yang benar karena dorongan kebiasaan.

Karakter yang baik terdiri atas tahu apa yang baik, menginginkan sesuatu yang baik dan melakukan hal yang baik. Kebiasaan dalam berfikir, kebiasaan nurani, kebiasaan dalam bertindak, ketiga-tiganya berperan penting dalam menuntun kehidupan yang bermoral; ketiganya mendukung kematangan moral. (Hakam, 2015)

PENGEMBANGAN NILAI TERMINAL, DAN NILAI INSTRUMENTAL DAN CARA MENCAPAINYA DALAM NILAI PRAKSIS DI SEKOLAH

Contoh pengembangan nilai terminal, dan nilai instrumental dan cara mencapainya dalam nilai praksis di sekolah adalah sebagai berikut:

a. Nilai terminalnya adalah lingkungan sehat maka nilai instrumentalnya adalah 1) bersih 2) teratur

Ø Untuk mengajarkan Nilai instrumental bersih maka dilatihkan, dibiasakan dan dimodelkan nilai praksis sebagai berikut: a) membuat jadwal piket kebersihan kelas, b) berpakaian dengan pakaian yang tidak kotor dan rapi, c) memakai sepatu yang tidak ada tanah/lumpur ke kelas, c) tidak membuang sampah sembarangan, d) mencuci tangan saat sebelum makan, e) cebok setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), f) menyiram WC setelah BAK dan BAB, g) mencukur rambut jika telah tidak rapi, h) memotong kuku saat telah panjang, i) memeriksa kebersihan kelas sebelum belajar, j) memberikan hadiah kepada kelompokyang rajin dan kompak membersihkan kelas, dst.

Ø Untuk mengajarkan Nilai instrumental teratur maka dilatihkan, dibiasakan dan dimodelkan nilai praksis sebagai berikut: a) menjalankan kerja piket kebersihan dengan baik, b) membuang sampah sesuai pada tempatnya, c) makan dan minum yang bergizi, d) makan dan minum tidak sambil berdiri melainsan sambil duduk, e) memakai pakaian seragam yang rapi, f) memasang hiasan dan media pembelajaran di kelas dengan rapi, g) membawa air minun dan makanan dari rumah, h) tidak memakai aksesoris yang berlebihan ke sekolah, i) membiasakan menggunakan sepeda atau jalan kaki jika jarak dari rumah kesekolah yang dekat, dst

b. Nilai terminalnya adalah kebijaksanaan maka nilai instrumentalnya adalah 1) bisa mengendalikan diri, 2) disiplin dan 3) tenang.

Ø Untuk mengajarkan Nilai instrumental bisa mengendalikan diri maka dilatihkan, dibiasakan dan dimodelkan nilai praksis sebagai berikut: a) bangun tidur sebelum waktu adzan shubuh, b) tidak berkata kotor c) jika berkata kotor dihukum d) tidak suka usil terhadap teman e) dijelaskan dan didiskusikan tentang keuntungan mengendalikan diri f) tidak mencurat-coret bangku dan dinding sekolah g) diberikan program penyakuran bakat melalui ektrakulikuler. h) guru berkata dan bertindak sopan dan santun, i) guru tidak merokok di sekolah j) guru makan dan minum sambil duduk tidak sambil berdiri, dst.

Ø Untuk mengajarkan Nilai instrumental disiplin maka dilatihkan, dibiasakan dan dimodelkan nilai praksis sebagai berikut: a) bangun tidur sebelum waktu adzan shubuh, b) Datang kesekolah pukul 6,45 pagi c) Dihukum bagi yang telat d) Diumumkan di upacara anak yang tidak pernah telat e) Guru datang tepat waktu f) pakai baju seragam g) diperiksa kerapihan dan seragam tiap hari h) dijelaskan dan didiskusikan mengapa perlu disiplin i) diajarkan mengenai kebaikan orang yang berdisiplin, dst.

Ø Untuk mengajarkan Nilai instrumental tenang maka dilatihkan, dibiasakan dan dimodelkan nilai praksis sebagai berikut: a) bertindak tidak terburu-buru, b) berbicara dengan tertib, c) beraktivitas dengan terencana, d) tidak suka memotong pembicaraan orang lain, d) masuk dan pulang sekolah tepat waktu, e) masuk dan keluar kelas dengan tertib tidak sembrono. f) mengerjakan tugas dengan tertib dan teliti, dst.

DAFTAR RUJUKAN

Asmani, Jamal M (2013) Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press

Hakam, Kama Abdul (2015). Materi-Materi Perkuliahan Pendidikan Karakter. Bandung: SPs UPI.Tidak diterbitkan

Lickona, Thomas (2013) Mendidik Untuk Membentuk Karakter; Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab (Terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara.

Maftuh, Bunyamin (2009) Bunga Rampai Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung: Prodi Pendidikan Umum/Nilai SPs UPI

Mulyana, Rohmat (2004) Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Nucci, Larry P & Narvaez, Darcia (2008) Handbook of Moral and Character Education. Newyork&London: Routledge

Sumber online:

http://pendikar.dikti.go.id/wp-content/uploads/Kebijakan-Nasional-Pendikar.pdf

http://pendikar.dikti.go.id/wp-content/uploads/RAN-PENDIKAR-KEMENDIKNAS.pdf

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

29 Aug
Balas

terima kasih kunjungannya

09 Dec



search

New Post