Sengaja kutulis bait cerita ini tepat di tanggal kelahiran ibu. Sebagai ungkapan rindu yang tak pernah usai. Sebagai ungkapan terima kasih yang tak bisa kubalas. Sebagai ungkapan cintaku untukmu disetiap desah nafasku.

Terima kasih bu....

Yang telah mengajarkanku bahwa pendidikan sangat penting. Sekolah yang utama dibanding harta. Meskipun engkau harus berjuang jiwa dan raga demi sekolah anak-anakmu. Engkau tak pernah lelah ibu...,

Cita-cita masa kecil ibu yang tak kesampaian adalah cambuk bagimu untuk mengantarkan kami ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tak jarang pula ibu dengar cemooh dan hinaan seolah ibu takkan mampu membiayai sekolah kami.

Ternyata segala jerih payah dan perjuangan ibu telah menjadikan kami anak-anakmu berpendidikan. Dorongan dan motivasi dari ibu yang telah mengantarkanku sampai ke titik ini. Ibu yang lebih bersemangat agar aku meraih gelar Magister.

Namun..., disaat perjuangan hampir selesai. Saat gelar hampir kusandang, ibu pergi meninggalkanku untuk selamanya. Belum sempat melihat toga itu kupakai.

Sempat langkah perjuangan ini hampir terhenti dan tak ingin kulanjutkan lagi setelah kepergianmu. Namun , aku sadar kalau aku tak boleh menyerah demi toga impianmu ibu...

Dan hari ini..., layaknya toga itu kupersembahkan untuk ibu. Terima kasih atas segala jerih payah perjuanganmu mendidikku. Semoga Allah menghadiahkan pahala yang tiada putusnya, amal jariyah yang selalu mengalir untukmu ibuku tersayang.

Kubang Putih, 20 Desember 2021

#kali pertama di tanggal kelahiranmu hanya dengan menatap batu nisanmu.