KONTEMPLASI

Oleh : Ruby

Sejauh mata memandang, tampaklah rimbunnya dedaunan. Rona hijaunya yang menawarkan kesejukan sungguh membuat hati terbuai tenteram. Di antara liukan lembutnya, menderaslah aliran putih membelah terjun dari ketinggian yang sangat menakjubkan.

Aku berdiri memaku, menikmati indahnya panorama alam pegunungan. Tanpa duga, seberkas pantulan mengemuka. Lalu, tersirat sekilas sketsa diri yang rapuh dan tak berdaya. Entah seberapa tebalnya, debu-debu tampak melekat di setiap lekuk batang usia.

Menuruni dan mendaki setiap tahapan yang tak terbilang, ternyata cukup letih untuk dilangsungkan. Walau hasrat begitu memuncak ketika hendak memetik hikmah, namun derap kaki telah tertahan oleh ketidaksempurnaan. Demi sebuah pencapaian memang sangat dibutuhkan tekad dan kekuatan.

Berdiam diri dengan banyak membaca nikmat-nikmat yang masih merekat di sekujur badan, lantas merendahkan hati adalah keniscayaan yang layak untuk segera memantaskan segala ketimpangan.

Tak banyak cakap bukan berarti tak punya untaian untuk mengungkapkan kebaikan diri dalam bertabiat. Namun, menyimpan lisan dari ketakaburan lebih kupilih untuk dikendalikan. Percaya bahwa sekecil apa pun kesalehan yang telah terwujudkan, Sang Maha Pencipta tentu tak akan lepas membukukannya.

Apalah daya manakala diri tak mampu menggapai sebuah ketinggian. Oleh karena itu, merundukkan kepala akan terasa berlipat nyaman untuk meredam gejolak angan. Menerima kelemahan untuk menjelmakan beragam kekuatan, tidak mustahil untuk diupayakan. Tetap menjaga semangat, kupedomani akan membawa hidup ini terasa lebih indah dari sekadar moleknya bualan.

#petuahdiri

Bilik Senyap, 19-03-2022