Berkembangnya teknologi dan masuknya era digital hampir disemua lini kehidupan membuat banyak generasi Indonesia perlahan mulai meninggalkan karakter bangsanya.

Generasi muda saat ini, sangat bergantung pada trend yang beredar digital melalui media sosial.

Permasalahannya adalah, semakin maju teknologi memang membuat generasi muda menjadi cerdas dalam kognitif namun lemah secara afektif.

Hal ini tampak pada keseharian mereka, dimana membully, menghina dengan terang-terangan di media sosial, perilaku kekerasan hingga karakter seksual menyimpang tak lagi menjadi hal tabu atau bahkan malu untuk diperlihatkan.

Pendidikan yang berkarakter kebangsaan dan dengan dibentengi keyakinan pada nilai-nilai norma ke Tuhanan serta sosial haruslah menjadi pondasi yang harus ditanamkan sejak dini.

Pondasi ini mampu menjadikan salah satu solusi yang tepat agar para orang tua lebih bijaksana dan cerdas mempersiapkan putra putri nya dalam menghadapi era digitalisasi saat ini.Anak yg shalih sejatinya adalah amal shalih bagi kedua orang tuanya, yang bermafaat baik dikala hidupnya maupun setelah wafatnya.

Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Ra:

"Apabila wafat anak Adam maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal, diantaranya adalah anak yang shalih yang mendoakan orang tuanya.

Karena itulah para Nabi dan orang-orang shalih menaruh perhatian ekstra di dalam mendidik anak. Karena merekalah yang menjadi penyebab berlimpahnya kebaikan.

Ironinya banyak orang tua di zaman sekarang yang mengabaikan perkara ini, apalagi dengan maraknya sarana hiburan, padatnya kesibukan, dan merebaknya berbagai fitnah. Belum lagi dengan banyaknya orang tua yang belum tau petunjuk kenabian di dalam mendukung pendidikan anak.

Padahal pendidikan anak merupakan perkara penting yang wajib diperhatikan dan diimplementasikan oleh setiap muslim, apalagi hal ini mengandung upaya di dalam merealisasikan bimbingan Nabi saw di dalam mendidik anak.

Zaman tidak akan kembali ke masa lalu bahkan tidak akan sama seperti zaman di masa orang tuanya. Karena perkembangan zaman akan tergantikan dengan kemajuan cara berpikir manusia itu sendiri. Tuntutan zaman mengajak kita untuk menjadi pelaku-pelaku hedonisme, yang semata-mata hanya mengejar kemewahan dunia tanpa berpikir ada apa setelah mati?... Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Orang-orang seperti ini memiliki pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup.

Kegagalan orang tua mensikapi perkembangan zaman seakan sudah menanti di depan mata. Anak-anak yang mereka harapkan dapat menjadi tumpuan hidup, kebanggaan, penyejuk hati, dan segudang harapan lainnya untuk ayah bunda hanyalah menjadi sebuah harapan kosong bahkan harapan semu dari realitas kehidupan yang didambakan.

Kondisi diera sekarang ini harus diwujudkan dengan sikap tegas para orang tua jika tidak ingin gagal mendidik anak-anaknya. Para orang tua harus menjadi controling yang handal, Pemberi contoh keteladanan yang baik, pemberi rasa aman, dan mampu menghadirkan figur pemimpin yang berwibawa dan disegani.