Awalnya dipaksa, Akhirnya Biasa
#tantangangurusiana-124
Untuk menjadi baik terkadang harus dipaksa. Filosofi ini terkesam keras dan tidak manusiawi, tapi realitanya demikian. Dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu yang tidak biasa kita lakukan, bahkan mungkin di luar kemampuan kita akan terasa berat. Pada umumnya orang tidak mau keluar dari zona nyaman, padahal dengan dipaksa kadang kita dapat mengerahkan segenap potensi yang ada dalam diri kita., dan hasilnya baru bisa dirasakan kemudian. Hal ini terjadi di sekolah kami ketika program gerakan literasi sekolah pertama dicanangkan.
Sebagai wakil kepala sekolah bidang Kurikulum saya dan tim membuat program gerakan literasi sekolah. Yaitu sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat (Long life education). Gerakan ini bukan tanpa hambatan, karena peserta didik di sekolah kami rata-rata berasal dari masyarakat menengah ke bawah, yang motivasi belajar dan minat baca rendah.
Untuk menyukseskan pelaksanaan gerakan literasi sekolah ini, kami tim kurikulum berkoordinasi dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Gerakan Literasi Sekolah ini melibatkan semua guru dan peserta didik. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca yang dilakukan dengan kegiatan 15 menit sebelum KBM jam pertama dimulai. Kegiatan ini dilakukan serentak setiap hari dimana guru dan peserta didik membaca buku dalam hati. Selebihnya peserta didik dapat membaca buku di sela-sela waktu istirahat. Target minimal satu buku dalam satu minggu. Pada umumnya setelah membaca buku kita hanya mengingat isi tulisan itu secara global saja karena kemampuan daya ingat manusia terbatas.
Sebagai bukti keseriusan dalam gerakan literasi yang telah dilakukan oleh peserta didik, maka pihak sekolah mewajibkan peserta didik untuk menulis resensi dari buku yang telah dibaca sebagai laporan. Penulisan resensi bertujuan agar siswa bukan sekedar membaca tapi juga memahami, menganalisis, mengevaluasi, dan mengungkapkan keunggulan dan kelemahan sebuah buku sebagai informasi untuk orang lain. Dengan demikian maka peserta didik dituntut serius dalam membaca buku. Tanpa membaca dengan serius, mustahil baginya mampu menulis sebuah resensi.
Hasil resensi dari peserta didik selanjutnya akan dinilai oleh guru Bahasa Indonesia. Dengan demikian guru Bahasa dapat memberikan dua penilaian sekaligus terhadap peserta didik. Pertama penilaian sikap, yang menyangkut kepatuhan peserta didik dalam melaksanakan tugas. Kedua nilai ketrampilan dalam bentuk tulisan/karya yang dihasilkan. Di sini guru dapat membedakan hasil karya antara peserta didik yang satu dengan lainnya.
Dengan menulis resensi, kita dapat membuat ulasan atau kesan dan pesan terhadap suatu buku sehingga ingatan kita terhadap buku yang pernah dibaca lebih kuat. Selain itu, menulis resensi bagi peserta didik juga memiliki manfaat yang lebih luas ayitu:
Membuat Kenang-Kenangan
Biasanya jarang kemungkinan seseorang membuka dan membaca buku tersebut untuk kedua kalinya secara keseluruhan. Maka dari itu untuk menjaga ingatan kita terhadap isi buku yang dibaca, akan lebih baik jika seusai membaca buku, segera tulis dalam bentuk resensi dan arsipkan.
Mengasah intelektualitas dan kepekaan
Dalam memberikan ulasan terhadap sebuah buku, pastinya kita akan menuliskan bagaimana pendapat kita secara keseluruhan mengenai buku tersebut. Secara otomatis penilaian-penilaian tersebut bisa membuat kita semakin peka, kritis dan objektif. Dengan adanya penilaian-penilaian pribadi itu juga, kita bisa belajar dari kekurangan dan kelebihan buku, sehingga jika suatu saat kita ingin menulis juga, kita bisa menerapkan apa yang menjadi kelebihan dan meminimalisir hal-hal yang kita rasa kurang.
Melahirkan kemampuan menulis
Menulis resensi adalah salah satu modal awal untuk mengasah kemampuan menulis. Banyak orang berpendapat bahwa menulis resensi adalah kegiatan menulis yang paling mudah. Sebab kita tinnggal menulis apa yang sudah kita baca. Jadi kita tidak perlu repot-report bergulat dengan pemikiran dan gagasan terlebih dulu sebelum menulis.
Untuk menunjang pelaksanaan gerakan literasi tersebut, pihak sekolah menyiapkan sarana pendukung, diantaranya:
1. Menambah koleksi buku bacaan, baik jumlah maupun jenis buku bacaan. Dengan demikian peserta didik dapat memilih buku bacaan sesuai dengan minat dan kesenangannya.
2. Penempatan buku bacaan tidak hanya terpusat di perpustakaan, tapi juga di tempat strategis agar mudah di akses oleh siswa. Beberapa rak buku kami siapkan di beberapa tempat strategis, seperti ruang kosong dekat tangga, di slasar teras sekolah, dan tempat lain.
3. Mendisain taman sekolah sebagai taman bacaan dengan gazebo dilengkapi rak buku bacaan.
4. Mengadakan lomba pojok pustaka berisi koleksi buku yang dikelola oleh siswa dibawah bimbingan wali kelas. Penilaian pojok pustaka kami lakukan setia akhir bulan. Penilaian meliputi kelengkapan koleksi dan penataan buku.
5. Lomba menulis dan baca puisi , lomba menulis dan baca cerpen dalam momen tertentu seperti bulan Bahasa.
Berkat program gerakan literasi sekolah, beberapa peserta didik kami sudah berhasil menerbitkan karya sastra kumpulan puisi dan cerita. Dari yang awalnya dipaksa, sekarang mereka sudah terbiasa membaca dan menulis berbagai laporan penelitian dan karya sastra.
Seperti halnya yang saya alami, awalnya menulis adalah sebuah keterpaksaan. Apalagi harus menulis setiap hari tanpa ada jeda. Namun setelah membaca karya/artikel orang lain di Media Guru Indonesia, mulai muncul motivasi untuk menulis. Setelah berhasil melalui tahapan 30 hari, lanjut 60 dan seterusnya, akhirnya menulis menjadi kebutuhan dan kebiasaan yang mengasyikkan. Rasanya ada sesuatu yang hilang jika dalam satu hari tidak menulis. Ternyata pemaksaan tersebut memberi arti yang luar biasa berupa pembentukan kebiasaan yang produktif. Tidak puas hanya untuk diri sendiri, saya pun mengajak teman-teman guru. Beberapa artikel saya share ke dalam grup WhatsApp guru. Mereka mulai tertarik namun masih ragu untuk mulai menulis. Dengan membaca dan menulis kita dapat mengembangkan pola pikir dan memperluas cakrawala pengetahuan, pengetahuan yang luas membuat pribadi menjadi lebih bijak serta mampu objektif dalam menerima perspektif dan opini yang beragam.
Saya akan tetap mengajak mereka untuk mulai menulis, semoga berhasil.


BIODATA PENULIS
Drs. Rochadi Arif Purnawan, M. Biomed guru SMAN 40 Jakarta, lahir di Banyumas, 15 September 1965, Menamatkan S1 di IKIP Jakarta 1991, S2 Biomedik Universitas Indonesia 2013. Sekarang sebagai guru Biologi di SMAN 40 Jakarta.
Penulis aktif dalam kegiatan Media Guru Indonesia, dan hari ini telah menyelesaikan tantanganmenulisgurusiana, hari ke-124. Penulis dapat di hubungi lewat email **(censored)** dan WA **(censored)**. No anggota, **(censored)**
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luaaar biasa Pak...sukses selalu. Aamiin
Aamiin tks bu
Mantap gerskan literasinya pak
ya...tks bu
Mantulll pak
Tks bu...
Semoga menang Pak
Aamiin... tks doanya bu
Masyaallah, menginspirasi sekali Pak. Salut..insyaallah lolos...
Aamiin. tks bu
Keren gerakan literasinya pak. Semoga sukses selalu pak. Aamiin
Aamiin... tks bu
Mantap Bapak, sukses selalu
Hebat...god job...keren pak
tks pak...
tks pak...
tks pak...
tks pak...
tks pak...
Mantap..dipakaa,,jadi bisa, dan akhirnya terbiasa..salut..yakin pasti menang ini
Aamiin...tks pak Eko
Keren pak, semoga lolos..
Luar biasa! Dengan mengajak siswa membaca 15 menit sebelum pembelajaran diharapkan bisa menumbuhkan minat baca mereka. Apalagi siswa dituntut utk menyertakan resensi sbg penilaiannya. Ini akan membuat kegiatan anak lebih positif dan makin seru. Keren betul Pak. Salam literasi.
ya tks bu berkenan mampir
Keren Pak Adi.. Semoga menang ya Pak.. Sukses buat Bapak.. Salam santun
Aamiin. tks doanya bu sukses juga untuk ibu
Mantap, Semoga sukses
Luar biasa pak guru,,semoga menang ya
Mamtap n keren perkuangannya pak, salam literasi
tks.... salam literasi
Mantap pak moga masuk nominasi aamiin
Aamiin... tks bu
Hebat psak...keren...goodluck pak. Semoga lolos jd pemenang.
Aamiin... lagi belajar bunda
Waw keren sekali pak.. moga menang.. salam sukses selalu
Aamiin,..tks bunda.
Sukses bapak
aamiin...
Semoga menang pak, sukses
Aamiin tks bu.
Keren mantap pak Hadi Arif tulisannya. Barokallah.
Tks apresiasinya bu
Benar Pak. Pemaksaan juga bisa menjadi kebiasaan contohnya minum jamu. Sudah jelas jamunya pahit dipaksa juga untuk diminum tapi apa khasiatnya luar biasa.
betul bu.... tks berkenan mampir
Mantap pak,. sukses selalu
Aamiin... tks bu
Mantap pak, salam literasi
Aamiin,..salam literasi pak
Mantap sekali!
Tks pak Rizal
Keren pak,menginpirasi programnya yg di banyak tempat sudah mulai hilang,ada pojok baca juga, sukses selau pak
Tks kunjungannya bu
Ala bisa karena dipaksa, Witing iso, jolorone soko pekso.... HeheKeren pak, mencerahkan...
Tks pak apresiasinya
Aamiin,,,hebat Pak, patut sy cth ini,,,sukses trs Pak
Aamiin... tks bu. Masih belajar bu.
Bapak luar biasa, semoga menang ya pak. Salam literasi
Aamiin... tks bu
Mantul Pak teladan yang handal
Tks apresiasinya bu
Keren pak....Senangat dan sukses ya pak...
Aamiin... tks bu
Sukses selalu pak..
Aamiin, tks pak
Hebat pak sukses sll pak
Tks bu, doanya