Rochimatun

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter Anak pada Siswa Kelas IV Madras
Pola Asuh Orang Tua

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter Anak pada Siswa Kelas IV Madras

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan

Karakter Anak pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Marongsari

Rochimatun

Universitas Muhammaiyah Purworejo

Email : [email protected]

Abstract. This study aims to describe the influence of parenting styles on the formation of children's character based on the results of a literature study. In this study a descriptive method was used using a qualitative approach and data collection techniques using literature studies from national journals and other internet sources relevant to the research topic. The results of the study show that parenting style has a very important influence on the development of children's character. The type of parenting that parents do for children will form different characters in developing the child's potential. Some types of parenting styles include authoritarian parenting, democratic parenting, and permissive parenting.

Keywords: Parenting, parents, character

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak berdasarkan dari hasil studi literatur. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif engan menggunakan pendekatan kualitatif serta Teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur dari jurnal nasional dan sumber-sumber dari internet yang lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan karakter anak. Tipe pola asuh yang dilakukan orang tua pada anak akan membentuk krakter yang berbeda-beda dalam mengembangkan potensi diri anak. Beberapa tuipe pola asuh orang tua diantaranya yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif.

Kata kunci : Pola asuh, orang tua, karakter

PENDAHULUAN

Orang tua adalah orang pertama yang memiliki peran sangat besar dalam membina kehidupan anak. Orang tua merupakan lingkungan sosial awal yang dikenal anak, figur yang menentukan kualitas kehidupan seorang anak baik secara fisik maupun psikis. Oleh sebab itu orang tua harus lebih memperhatikan pola asuh yang diberikan kepada anak untuk membentuk karakter sejak dini, sehingga setelah anak tumbuh dewasa, ia akan tumbuh menjadi manusia yang berkarakter sesuai dengan yang diharapkan.

Mengenai pola asuh orang tua dalam pembentukan karakter anak dimaksudkan sebagai upaya orang tua dalam meletakkan dasar-dasar karakter pada diri anak. Pendidikan dari orang tua dalam keluarga sangat berpengaruh untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, anak yang ditanamkan karakter sejak dini oleh orang tuanya tentu akan memiliki keteraturan diri baik dari segi agama, budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Pola asuh orang tua akan menentukan tingkah laku seorang anak. Ketika orang tua menerapkan pola asuh yang benar dan tepat, maka akan menghasilkan generasi yang baik. Begitupun sebaliknya, Ketika orang tua menerapkan pola asuh yang salah dalam mendidik seorang anak, maka hasilnyapun tidak sesuai seperti yang diharapkan. Ki Hajar Dewantara yang dikutip dalam (Shochib, 1998) menyatakan bahwa “keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting, karena sejak timbulnya peradaban manusia sampai sekarang keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia”. Sebagaimana menurut Firmansyah (2019) bahwa orang tua merupakan nahkoda dalam mengarungi rumah tangga, sehingga anak-anak mereka memiliki karakter yang baik karena mendapatkan pola asuh yang tepat. Orang tua harus menjadi contoh bagi anak, anak biasanya akan menirukan apa saja yang dilakukan oleh orang tua. Orang tua seharusnya memperhatikan pendiddikan anak-anaknya karena peran orang tua sangat penting dalam proses Pendidikan mereka. Maka dari itu orang tua harus memberikan keteladanan dan kebiasaan yang baik sejak kecil.

Faktanya di desa banyak anak yang tidak tinggal Bersama kedua orang tuanya, mereka tinggal Bersama kakek dan neneknya, saudaranya, dsb. Hal tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya; kondisi ekonomi yang belum mencukupi, broken home, dsb, sehingga anak tidak mendapatkan Pendidikan atau pola asuh langsung dari orang tuanya. Solusi yang bisa dilakukan membiarkan anak belajar dan berada dilingkungan yang bagus, dan memilihkan teman-teman bergaul yang baik, serta mengikut sertakan anak untuk menghadiri kegiatan yang membentuk karakter. Kedua, orang tua dan para pendidik hendaknya memberikan keteladanan yang baik sebagai pembiasaan anak-anak.

Hingga saat ini msih terklihat bahwa perkembangan anak masih perlu ditingkatkan lagi. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap dan perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari seperti kurangnya sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, menghargai dsb, yang mana hal tersebut dapat menimbulkan perilaku yang menyimpang. Banyak sekali permasalahan yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dalam pembentukan karakter anak, mulai dari orang tua yang memiliki kesibukan, broken home dll hingga kurang memperhatikan anaknya sampai orang tua yang masih belum memahami mengenai betapa pentingnya keterlibatan orang tua dalam mengasuh serta mendidik anak sehingga pada akhirnya hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan bagi perkembangan anak.

Menurut Hasanah (dalam Latifah, 2020) karakter seseorang berkembang berdasarkan potensi yang dibawanya sejak dari lahir, akan tetapi semakin berkembangnya seorang apalagi anak usia dini, perkembangan anak juga melibatkan peran dari orang tua yang mana dibutuhkan dalam membentuk perkembangan dari karakter seorang anak, bahwa pola asuh dari orang tua dapat mempengaruhi dan membentuk pribadi dari seorang anak secara signifikan. Peran penting pola asuh orang tua terhadap perkembangan karakter anak sangat berpengaruh pada perkembangan berbagai aspek yang ada pada anak. Namun, pada kenyataannya kepedulian dan kepekaan orang tua terhadap perkembangan anak masih minim. Oleh karena itu, dalam hal ini peran penting orang tua dalam proses pembentukan karakter anak perlu diperhatikan karena pola asuh dari orang tua memiliki hubungan yang sangat erat dengan keberhasilan dalam pendidikan dan perkembangan anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak. Dalam hal ini, penulis membatasi pendidikan karakter pada lingkungan keluarga. Penulis mencoba menguraikan mengenai pola asuh orang tua dalam membentuk karakter anak

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Nurdin & Hartati (dalam Izza, dkk, 2020) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersumber dari data, dan memanfaatkan teori sebagai bahan penjelas yang nantinya akan menjadi sebuah teori. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berupa studi pustaka (studi literatur). Menurut Hermawan (dalam Fatimah & Puspaningtyas, 2020) studi literatur adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi atau data yang relevan dengan masalah atau topik dalam penelitian. Dalam mengumpulkan data atau informasi tersebut dapat berasal dari jurnal nasional dan sumber-sumber dari internet lainnya yang relevan dengan topik penelitian. Tujuan menggunakan metode ini yaitu untuk melanjutkan kajian literatur dari penelitian sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Asuh Orang Tua

Ikatan hubungan antara anak dan orang tua merupakan hal yang terpenting dalam membentuk kemampuan anak mulai dari kemampuan kognitif, kecerdasaran emosional, kemandirian dan karakter anak. Pola asuh berkaitan erat dengan berjalannya hubungan yang harmonis dan antara anak dan orang tua. Dalam hal ini, pola asuh mencangkup interaksi yang dilakukan antara anak dan orang tua selama proses tumbuh kembang anak berlangsung.

Secara tidak langsung pendidikan akan memberikan dampak pada tumbuhnya kepribadian anak. Fondasi dari perkembangan sosial anak dalam dunia yang lebih luas berawal dari keluarga yang merupakan tempat pertama bagi anak dalam belajar tentang berbagai hal termasuk norma dan nilai sosial. Namun, tentu saja banyak cara yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak terlepas dari perbedaan latar belakang, pengalaman, pendidikan dan minat orang tua (Djamarah, 2014).

Handian, Dkk (2022) mengatakan bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan dan pembentukan karakter seorang anak. Maka dari itu hubungan baik yang tercipta antara orang tua dan anak akan memberikan perasaan yang baik, aman dan perhatian dan kasih sayang dalam diri anak. Dengan suasana yang seperti itu. Akan mendorong pembentukan karakter anak dengan baik. Apabila hubungan antara anak dan orang tua terbentuk secara kurang baik maka itu tidak akan memberikan perasaan yang baik, aman, perhatian dan kasing sayang dalam diri anak. Akibatnya, proses pembentukan karakter anak kurang optimal dan efektif. Anak akan mengalami trauma batin, seperti pemurung, emsional, sensitif, tidak mudah berbaur dengan orang sekitar dan sebagainya.

Mengingat pentingnya pembentukan karakter anak, maka diperlukan perhatian yang lebih dari orang tua dalam memberikan pola asuhnya. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Anindita Kusuma Wardani, dkk (2023) dengan judul penelitian “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Karakter Religius Anak” yang menyebutkan bahwa orang tua idealnya perlu melakukan upaya bagi pendidikan anak. Peran keluarga dalam hal ini mempengaruhi pada pengembangan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan memberikan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan baik pada aspek spiritual atau sosial merupakan satu faktor yang kondusif dan efektif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi yang lebih baik.

Jenis-jenis Pola Asuh

Pola asuh orang tua memiliki pengaruh pengaruh besar terhadap proses perkembangan perilaku anak. Tipe pola asuh yang dilakukan orang tua pada anak akan membentuk karakter yang berbeda-beda. Menurut Clarke Stewart & Koch (1983) terdapat tiga kecendurungan pola asuh orang tua yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif.

1. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan penjagaan ketat yang dilakukan orang tua kepada anaknya.Anak dibatasi dalam belajar dan bermain, orang tua akan memarahi dan mencaci maki anakapabila anak melakukan suatu kesalahan. Anak akan dipaksa untuk melakukan sesuatu sesuaikehendak orang tua, tidak memberikan anak kesempatan untuk membela dirinya ketikamelakukan kesalahan. Tidak adanya musyawarah antara anak dan orang tua.

Menurut Firmansyah (2019) pola asuh otoriter ini bersifat hungkum yang menekankankata “harus” yang dilakukan kepada anaknya, sehingga tidak ada tawar menawar ataskeputusan yang telah ditentukan oleh orang tua. Orang tua akan membuat batasan dan membuat kendali yang tegas kepada anaknya. Pola asuh otoriter berhubungan dengan perilaku sosial remaja yang tidak cakap. Menurut pendapat Edwards (2006) pola asuh otoriter selalui merasa cemas akan perbandingan sosial, kemampuan kemampuan sosial yang rendah juga tidak dapat untuk memulai suatu kegiatan. Hal tersebut karena terbiasa dikekang oleh orang tua, dibatasi dan dimararahi apabila melakukan suatu kesalahan. Jadi anak akan merasa dirinya kurang percaya diri akan kemampuan dirinya. Anak yang didik dengan pola asuh otoriter ini akan sering merasa jika dirinya disepelekan dan tidak didengarkan oleh orang lain. Sehingga anak ini akan lebih sering untuk sendirian dan menutup diri.

Dengan demikian orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter ini akan menuntut keteraturan, sikap yang sesuai dengan ketentunan yang berkembang di masyarakat. Dan lebih menekankan pada kepatuhan otoritas. orang tua dengan pola asuh ini akan lebih menuntut dan sering marah kepada anaknya, dan kurang memberikan sikap yang postif dan cinta dan kasih sayang kepada anaknya.

2. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh dekmokratis ini ditandai dengan terlibatnya orang tua dalam membagi anak tanpamemaksa. Pola asuh dekmokratis adalah adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuananaknya. Anak diberi kesempatan untuk tidak terlalu tergantung dengan orang tuanya. Orang tua akan memperhatikan kebutuhan yang perlukan anaknya, sering berdiskusi dan memberi hukuman yang baik yang bersifat mendidik ketika anak melakukan suatu kesalahan.

Sari, Dkk (2020) menjelaskan bahwasanya pola asuh demokratis menggunakan pendekatan rasional dan demokratis. Orang tua akan selalu memperhatikan kebutuhan sang anak dan akan memenuhi dengan mempertimbangkan realistis. Hal tersebut mengajarkan kepada anak untuk menghargai kebutuhan yang penting untuk dirinya. Anak-anak akan diberikan kebebasan untuk beraktivitas dan bergaul dengan temannya untuk dapat bersosialisasi yang baik dengan yang lainnya. Menurut Handian, Dkk (2022) anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis akan ,menunjukka kematangan atau kemandirian jiwa yang baik emosi anak yang stabil dan memiliki rasa tanggung jawab, kooperatif serta taat pada peraturan atas kesadaran diri sendiri.

Orang tua yang mendidik anaknya dengan pola asuh demokratis,biasanya memberikan suatu hal yang positif. Menerima tingkah laku asertif anak mengenai aturan dan norma serta nilai-nilai yang dianutnya. Dengan aturan yang konsisten, anak akan belajar untuk mengetaui apa yang diharapkan orang tua kepada dirinya.

3. Pola Asuh Permisif

Menurut Sari, Dkk (2020) Pada jenis pola asuh ini orang tua memberikan kebebasan penuhkepada anak. Anak di berikan kelonggaran atau kebebasan seluas-luasnya untuk melakukanapa yang anak kehendaki. Anak biasanya akan merasa kurang kasih sayang karenakurangnya perhatian dari orang tua. Terdapat dua jenis orang tua yang menganut pola asuhpermisif menurut Santrock, 2003 yaitu.

a. Orang Tua Permisif Lunak

Anak sangat dekat dengan orang tuanya akan tetapi tidak ada pengendalian atau aturanyang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. Sehingga anak tidak cakap dalamkehidupan sosialnya. Anak akan merasa kurang percaya diri, selalu menuntut apa yangmereka inginkan dan tidak bisa diberi tanggung jawab.

b. Orang Tua yang Tidak Peduli

Hubungan anak dan orang tua sangat tidak baik dan renggang, tidak ada dukunganyangdiberikan oleh orang tua kepada anaknya. Edward (2006) menyatakan bahwa polaasuh ini yang paling berdampak negatif untuk anak, karena anak akan rentan terkenamasalah dengan emosi perilaku mereka.

Menurut penelitian Anindita, dkk (2023) memperoleh hasil penelitian bahwa orang tua yang menggunakan pola asuh demokratis lebih baik daripada orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter dalam membentuk karakter religus pada anak di Desa Pakem, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam memberikan pola asuh pada anak aka memiliki pengaruh yang sangat besar bagi membentuk karakter anak.

Sementara berdasarkan hasil penelitian Putri & Lestari (2021) yang termuat dalam Jurnal Pendidikan Tambusai diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa bentuk pola asuh orang tua untuk mengasah kemandirian anak. Pola asuh tersebut terdiri dari pola asuh otoriter, otoritative, permisif, penelantar, positif/sehat, dan negatif. Hasil penelitian membuktikan bahwa pola asuh yang dipergunakan oleh orang tua dalam mengurus, membimbing, dan merawat anak, bukan hanya satu, akan tetapi banyak sekali jenis pola asuh bahkan semua pola asuh dipergunakan. Oleh karena itu, beragamnya jenis pola asuh kemandirian pada anak mengakibatkan dampak yang berbeda pada setiap anak.

Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Ada beberapa factor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak, antara lain:

a. Jenis kelamin

Orang tua cenderung lebih keras terhadap anak wanita dibanding terhadap anak laki-laki.

b. Kebudayaan

Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola pengasuhan anak. Hal ini juga terkait dengan perbedaan peran antara wanita dan laki-laki.

c. Status sosial

Orang tua yang berlatar belakang pendidikan rendah, tingkat ekonomi kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleransi dibanding mereka dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten.

Pengertian Karakter

Karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin Charakter, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sehingga karakter dapat difahami sebagai sifat dasar, kepribadian, tingkah laku/perilaku dan kebiasaan yang berpola. Perspektif pendidikan karakter adalah peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.

Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter anak identik dengan akhlak atau budi pekerti anak. Anak yang berkarakter adalah anak yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya anak yang tidak berkarakter adalah anak yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang baik.

Pembentukan Karakter

1. Pengertian Pembentukan Karkater

Pembentukan berasal dari kata “bentuk”, yang mengandung arti proses, cara, perbuatan membentuk. Pembentukan dalam hal ini adalah bagaimana pola bimbingan orang tua terhadap pembentukan karakter anak sehingga dapat terbentuk karakter yang diharapkan oleh orang tua dan keluarga. Pembentukan karakter yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya, menggunakan cara atau metode pembiasaan dengan berbagai macam kegiatan.

Menurut Kertajaya, karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu. Suyanto mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara. Menuru Heri Gunawan (2014:3) Karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain.

Menurut Heri Gunawan (2014:38) Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut.

2. Dasar Pembentukan Karakter

a. Dasar Filososfis

Secara ontologis, objek materil pendidikan nilai-nilai atau pendidikaan karakter adalah manusia seutuhnya yang bersifat humanis, artinya aktifitas pendidikan diarahkan untuk mengembangkan segala potensi diri. Secara epistemologi, pendidikan karakter membutuhkan pendekatan fenomenalogis. Riset diarahkan untuk mencapai kearifan dan fenomena pendidikan. Secara aksiologi, pendidikan karakter bermanfaat untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai pembudayaan manusia beradab. Secara jujur harus diakui bahwa pendidikan karakter sedang tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan ilmu alam dan sosial.

b. Dasar Hukum

UU No. 4 Tahun 1950 dan UU No. 12 Tahun 1945 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, Pasal 3 merumuskan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk manusia susila yang cakap, warga negara yang demokratis, bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Regulasi lainnya tentang pendidikan karakter adalah, a) PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan, b) Permendiknas No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, c) No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan. Semua regulasi itu menjelaskan bahwa pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk karakter bangsa, meskipun disampaikan dengan deskripsi yang berbeda.

c. Dasar Agama

Pada dasarnya manusia memiliki dua potensi, yaitu baik dan buruk. Di dalam Al-Qur’an surat As-Syams ayat 8 dijelaskan dengan istilah fujur (celaka/fasik) dan taqwa (takut kepada Tuhan). Manusia mempunyai dua kemungkinan jalan, yaitu menjadi makhluk yang beriman atau ingkar kepada Tuhannya. Keberuntungan berpihak kepada orang yang senantiasa menyucikan dirinya dan kerugian berpihak pada orang-orang yang mengotori dirinya, sebagaimana firman Allah dalam QS. As-Syams yang artinya: “ Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan”. (QS. As-Syams [9]: 8).

Berdasarkan ayat di atas, setiap manusia memiliki potensi untuk menjadi hamba yang baik (positif) atau buruk (negatif), menjalankan perintah Tuhan atau melanggar laranganNya, menjadi orang yang beriman atau kafir, mukmin atau musyrik.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, akan tetapi, ia bisa menjadi hamba yang paling hina dan bahkan lebih hina dari pada binatang, sebagaimana keterangan Al-Qur’an berikut ini yang artinya: Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”. (QS. At-Tin [95]: 4-5). Manusia dapat menentukan dirinya menjadi baik atau buruk. Sifat baik manusia digerakkan oleh hati yang baik pula, jiwa yang tenang, akal sehat, dan pribadi yang sehat. Potensi menjadi buruk digerakkan oleh hati yang sakit, nafsu pemarah, lacur (mengarah pada hal-hal kejelekan), rakus, hewani, dan pikiran kotor.

Dalam teori lama yang dikembangkan oleh bangsa barat, disebutkan bahwa perkembangan seseorang dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme), lingkungan (empirisme), dan kombinasi dari bawaan dan lingkungan (kovergensi). Dalam garis besarnya, kecenderungan menjadi orang baik dan kecenderungan menjadi orang jahat. Oleh sebab itu, pendidikan karakter harus dapat memfasilitasi dan mengembangkan nilainilai positif agar secara alamiah-naturalistik dapat membangun dan membentuk seseorang menjadi pribadi-pribadi yang unggul dan berakhlak mulia.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

Karakter merupakan kualitas moral dan mental yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah atau nature) dan lingkungan (sosialisasi atau lingkungan, nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki seorang sebelum dilahirkan harus terusmenerus dikembangkan melalui sosialisasi dan pendidikan. Garbarino dan Brofenbrenner mengatakan jika suatu bangsa ingin bertahan hidup, perlu memiliki aturan-aturan yang menetapkan apa yang salah dan apa yang benar, apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang adil dan tidak adil, dan apa yang patut dan tidak patut.

Dalam tinjauan ilmu akhlak diungkapkan bahwa segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda antara satu dan lainnya pada dasarnya merupakan akibat adanya pengaruh dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang disuplai dari luar dirinya seperti milieu (lingkungan), pendidikan dan aspek keturunan.

a. Faktor Insting

Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.

b. Faktor Adat/Kebiasaan

Adat / kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, tidur, makan, dan olahraga. Abu Bakar Zikri (dalam Zubaed) berpendapat bahwa perbuatan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga menjadi mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.

c. Factor Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter atau sikap seseorang. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi manusia. Anak kadang-kadang mewarisi sebagian besar dari salah satu orang tuanya. Kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Adapun sifat yang diturunkan orang tua terhadap anaknya itu bukan sifat yang tumbuh dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat dan pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan (persediaan) sejak lahir.

d. Faktor Lingkungan

Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor milieu (lingkungan) di mana seseorang berada. Milieu artinya suatu melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah dan udara, sedangkan lingkungan manusia ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara dan masyarakat. Dengan perkataan lain, milieu adalah segala apa yang melingkupi manusia dalam arti seluas-luasnya.

- Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dalam menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Jika kondisi alamnya jelek, hal itu merupakan perintang dalam mematangkan bakat seseorang, sehingga hanya mampu berbuat menurut kondisi yang ada. Sebaliknya, jika kondisi alam itu baik kemungkinan seseorang akan dapat berbuat lebih mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya lahir dapat turut menentukan. Dengan kata lain, kondisi alam ini ikut mencetak akhlak manusia yang dipangkunya.

- Lingkungan Pergaulan

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat, dan tingkah laku. Dalam Masnur Muslich dijelaskan bahwa karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan lingkungan (sosialisasi pendidikan, nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi-potensi tersebut harus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini. Megawangi menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya karakter (kepribadian) manusia, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nature (faktor alami atau fitrah) agama mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai kecenderungan (fitrah) untuk mencintai kebaikan namun fitrah ini bersifat potensial.

2. Nurture (sosialisai dan pendidikan) atau lebih dikenal dengan faktor lingkungan, yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi adalah sangat berperan di dalam menentukan “buah” seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari seorang anak. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya manusia terlahir suci, belum terlihat noda apapun. Orang tualah sebagai agen pertama yang menanamkan karakter kepada anak tersebut. Setiap orang tua pasti akan mengarahkan anaknya kepada hal yang baik sehingga anaknya kelak memiliki karakter yang baik. Namun, kehidupan tidaklah sesederhana itu. Anak yang mulai tumbuh dewasa akan bergabung dengan lingkungan luar (teman sebaya, sekolah, tempat kerja, ataupun media massa) yang pada akhirnya menjadi penentu arah karakter seorang anak

KESIMPULAN

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan dan pembentukan karakter seorang anak. Tipe pola asuh yang dilakukan orang tua pada anak akan membentuk karakter yang berbeda-beda dalam mengembangkan potensi diri anak. Pembentukan karakter yang berbeda-beda tersebut di pengaruhi oleh perbedaan tipe pola asuh orang tua diantaranya yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif.

Saran peneliti bagi orang tua haruslah mampu memahami betapa pentingnya pola asuh orang tua dalam pembentukan karakter anak. Orang tua juga harus memberikan perhatian terhadap anak dalam usahanya untuk mengembangkan karakter yang sesuai dengan potensi diri anak.

DAFTAR PUSTAKA

Afriliana, V. A., Umaya, N. M., & Handayani, P. M. (2023). Nilai Moral dalam Novel A

Untuk Amanda Karya Annisa Ihsani Sebagai Pembentuk Karakter Bagi Peserta Didik Sma Melalui Pembelajaran Sastra. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni,dan Budaya, 3(2), 183-192

Anisah, A. S. (2017). Pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap pembentukan karakter

anak. Jurnal Pendidikan UNIGA, 5(1), 70-84.

Clarke-Stewart, A., & Koch, J. B. (1983). Children: Development through adolescence.

Wiley

Djamarah, S.B. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga: Upaya

Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Edwards, D. 2006. Ketika Anak Sulit Diatur. Bandung: PT. Mirzan Nusantara

Ellawati, E., Darihastining, S., & Sulistyowati, H. (2023). Nilai Pendidikan Karakter Dalam

Novel Ayah Karya Andrea Hirata: Nilai Religius dan Nilai Kerja Keras. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 3(2), 193-200

Fatimah, C., & Puspaningtyas, N. D. (2022). Studi Literatur: Kejenuhan Belajar Pada

Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 3(1), 42-49.

Fimansyah, (2019). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak di

era globalisasi. Primary Education Journal Silampari, 1(1), 1-6.

Hadian, V. A., Maulida, D. A., & Faiz, A. (2022). Peran lingkungan keluarga dalam

pembentukan karakter. Jurnal Education and Development, 10(1), 240-246.

Izza, A. Z., Falah, M., & Susilawati, S. (2020). Studi literatur: Problematika evaluasi

pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan di era merdeka belajar. Prosiding

Konferensi Ilmiah Pendidikan, 1, 10-15.

Kartikasari, C. A. (2021). Analisis Sosiologi Sastra Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel

Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye dan Relevansinya Dalam Pembelajaran Sastra

di SMA. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 2(2), 7-17.

Latifah, A. (2020) Peran lingkungan dan pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter

Anak usia dini. JAPRA) Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal (JAPRA), 3(2), 101-112.

Melinda, M. (2022, November). Pembelajaran Inovatif untuk Menanamkan Nilai-Nilai

Karakter pada Siswa Sekolah Dasar (SD) di Namlea Kabupaten Buru (Studi Meta-

Sintesis). In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN, BAHASA, SASTRA,

SENI, DAN BUDAYA (Vol. 1, No. 2, pp. 15-29).

Pratiwi, N. K. S. P. (2018). Pentingnya Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Anak

Usia Sekolah Dasar. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(1), 83-90.

Putri, F. S., & Lestari, T. (2021). Dampak pola asuh terhadap kemandirian anak sekolah

dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1700-1706.

Santrock. 2003. Development Psychology. Jakarta : Prenada.

Sari, A. R., Usop, L. S., Lonarto, L., Peronika, N. W., & Fauzi, R. (2022, May). Analisis

Karakter Tokoh Dalam Novel Aku Mencintainya Mama Karya Fredy S. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN, BAHASA, SASTRA, SENI, DAN BUDAYA (Vol.1, No. 1, pp. 46-59).

Sari, C. G. N. K., & Arifin, Z. (2021). Pendidikan Karakter Dalam Novel Kala Karya Stefani

Bella dan Syahid Muhammad: Pendekatan Sosiologi Sastra dan Relevansinya Sebagai

Bahan Ajar di SMA. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya,

2(2), 94-107.

Sari, E., Misnawati, M., Linarto, L., Poerwadi, P., & Ramadhan, I. Y. (2023, April). Nilai

Pendidikan Karakter Dalam Novel Si Anak Savana Karya Tere Liye Dan Implikasinya

Pada Pembelajaran Sastra di SMA. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN, BAHASA, SASTRA, SENI, DAN BUDAYA (Vol. 2, No. 1, pp. 83-

107).

Sari, P. P., Sumardi, S., & Mulyadi, S. (2020). Pola asuh orang tua terhadap perkembangan

emosional anak usia dini. Jurnal Paud Agapedia, 4(1), 157-170.

Simanullang, R., Sitorus, W. T., Octavianty, W., & Lubis, F. (2023). ANALISIS NILAI

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DONGENG KUPU-KUPU INDAH YANG

SOMBONG KARYA YOGA TRIANA. ENGGANG: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra,

Seni, dan Budaya, 3(2), 154-161.

Wardani, A. K., Oktaviani, I., & Roysa, M. (2023). Pengaruh Pola Asuh yang

Diberikan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Religius Anak. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(6), 4180-4191.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post