Rodiyah Diyah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

RINDU BUNDA

RINDU BUNDA

Oleh : Rodiyah, S.Pd, M.Pd

Rika Ananda terlihat ceria pada hari ini, senyumnya selalu berkembang dan menghiasi bibirnya setiap dia berkumpul dan bercanda dengan teman-temannya yang selalu datang silih berganti di depan kelasnya.

Rika ananda terkenal anak yang selalu banyak berkomentar bila sedang ada presentasi dan diskusi dikelas, bersama satu kelompoknya dia kerap kali melontarkan berbagai macam pendapat dan sanggahannya tentang materi atau topik apa yang dibahas pada saat itu.

Hari-hari yang dilaluimya begitu menyenangkan dan keceriaan anak kelas XI Pemasarannya ini membuat saya sebagai wali kelasnya turut tenang dan gembira melihat mereka yang enjoy dalam mengikuti pembelajaran baik di kelas maupun diluar kelas.

Hari itu hari selasa, saya masuk jam terakhir seperti biasa sebelum pelajaran dimulai, saya mengabsen dulu kehadiran siswa dan menanyakan kondisi siswa, apakah mereka masih nyaman belajar atau sudah merasa bosan karena seharian belajar dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 siang.

Presentasi terakhir kelompok Rika anada akan segera dimulai, namun kelompok tersebut menyatakan keberatan karena ketuanya tidak masuk dan ada informasi bahwa Rika Ananda sakit.

“ Rika Ananda, sakit ? Ada suratnya?” Tanya saya pada pemedang absensi kelas, sedkit kurang percaya karena kemarin bertemu, anak itu baik-baik saja.

“ Iya bu, tadi Rika telpon siti, katanya surat besok atau kalo sudah sembuh segera menyusul”! Jawab siti pemegang absensi kelas.

“ Ya sudah kalau begitu, kelompok Rika minggu depan aja tampilnya ya, sekarang kelompok berikutnya saja.” Kata saya kepada semua siswa yang berada di kelas, dan mereka mengangguk tanda setuju.

Hampir satu minggu Rika Ananda tidak masuk, berita yang tersiar sakit walaupun belum ada surat dari keluarganya,namun guru-guru mempercayainya karena anak tersebut baik dan sopan.

Hari ini kecerian muncul kembali karena Rika Ananda telah masuk kembali, teman-temannya sangat gembira dan mereka menanyakan sebenarnya sakit apa Rika Ananda sampai satu minggu tidak masuk.

Bel istirahat kedua telah berbunyi, 30 menit lagi saya masuk kelas XI Pemasaran, ada sedikit keraguan dan perasaan kurang enak karena penasaran sakit apa sebenarnya Rika Ananda.

“Rika Ananda!” , panggil saya sambil melirik kearah anak tersebut, “ Ya, saya hadir bu!” Jawab Rika ananda sambil mengacungkan tangan kanannya.

“Rika, kemarin sakit apa?” tanya saya masih penasaran tentang ketidak masukan Rika Ananda selama satu minggu.

“Saya sakit deman bu”! Jawab Rika lugas. “Sekarang sudah sembuhkan ?” Tanya saya pada Rika. “Iya Bu, alhamdulillah, sudah sembuh bu, tapi hati saya masih terluka” jawab Rika sambil tertawa. “HHHHHHH ...”! Semua siswa dikelas tertawa merasa geli dengan pernyataan Rika yang spontan.

“Ya, syukurlah kalo sudah sembuh, hati yang luka harus diobati dengan makan ati ayam ajah”! Jawab saya turut bercanda dengan semua siswa yang ada di dalam kelas.

Gerrrr, semua tertawa terbahak-bahak hingga kelas bergemuruh, siang itu kelas menjadi ceria kembali dan proses pembelajaran menjadi menyenangkan kembali.

Hari demi hari berlalu, minggu demi minggupun berlalu, demikian juga bulan demi bulan berlalu, kehadiran Rika Ananda semakin hari semakin banyak masalah, mulai sering kesiangan, sering pulang di jam-jam tertentu sebelum kegiatan pembelajaran selesai.

Perubahan ini tentu saja menimbulkan tanda tanya besar terhadap perubahan Rika Ananda, ada apa sebenarnya dan mengapa dia berubah seperti itu ?.

Hingga suatu saat, ternyadi sesuatu yang diluar didugaan, ketika saya mengajar dikelas XII terdengar banyak orang yang berlarian dan berteriak-teriak ke arah ruang UKS, suasa sangat ramei. Konsentrasi pembelajaran kamipun terganggu sehingga saya segera keluar ingin melihat apa yang telah terjadi di luar kelas.

“Bu, Rika Ananda tadi latihan upacara terus pingsan bu, kita sudah membawanya keruang UKS, tapi setiap sadar dia selalu berteriak-teriak memanggil bundanya bu,”! kata salah seorang siswa memberitahu saya dengan tergesa-gesa.

Sayapun bergegas menuju ruang UKS, dan nampak Rika ananda tengah menangis, sekali-kali berteriak keras seakan ingin mengeluarkan beban pikiranya yang sedang kalut.

“Bundaaa, bundaa, bundaa dimana bundaaa ?”. teriakan Rika ananda berulang-ulang memecahkan suasana yang semakin ramai.

Perlahan-lahan saya mendekatinya dan mengusap airmata dipipinya seta mengusap kepalanya, sambil sesekali saya hibur untuk berhenti berteriak agar tidak mengganggu kelas lain yang sedang belajar pada siang itu.

“Rika ananda, apa yang sedang kau rasakan nak, berceritalah pada ibu, agar ibu mengerti dan bisa membantumu”, kata saya sambil mengusap kembali airmatanya yang kian deras di pipi Rika anada.

“Rika tidak mau, bunda dan ayah berpisah bu, Rika kangen sama bunda, Rika ingin bersama bunda lagi, Rika ingin memeluk bunda ....” ]Jawab Rika Ananda dengan tersedu-sedu.

“Bundamu selama ini kemana Rika, bukannya sebulan yang lalu masih kesekolah bersama ayahmu “? Tanyaku heran dan semakin penasaran dengan jawaban Rika Ananda.

“Bunda dan ayah Rika sudah satu minggu bercerai bu, sekarang Bunda pergi dari rumah entah kemana, kata ayah Rika harus melupakannya, tapi Rika sangat rindu Bu”! Jawab Rika menangis pilu.

Saya hanya bisa menghela nafas panjang mengetahui prahara keluarga Rika Ananda, seakan tak berdaya sayapun hanya tertunduk dan membelai kepala Rika Ananda.

“Rika, Ibu sangat sedih dan turut prihatin mendengar ceritamu, tapi Ibu juga tak bisa menolong lebih jauh, berdoa saja ya, Ibu yakin suatu ketika pasti Rika akan bertemu kembali dengan bunda, sabar ya mungkin orangtuamu sekarang masih sama-sama marah, kalau sudah lama pasti akan ada keinginan kembali untuk berkumpul, dan sekali lagi doamu yang tulus akan di dengar oleh Yang Maha kuasa, percayalah nak”!

Hari kian sore, bel pulang berbunyi tiga kali, semua siswa bergegas pulang kerumahnya masing-masing, Rika Ananda mengusap airmatanya dan bergegas turun dari ranjang UKS, kemudian berpamitan sambil mencium tangan saya.

Angin sore berhembus dingin menerpa wajah dan tubuh ini yang berjalan lunglai, kutatap beberapa tanaman di vertikal garden, ada sebagian yang belum tersiram sehingga kering dan layu.

“Segersang itukah hatimu Rika Ananda, kering dan layu menahan kerinduan akan kasih sayang bundamu yang entah dimana”? pikiran saya semakin melayang betapa pedihnya anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya karena perceraian.

“Broken home” akan menjadi mimpi buruk bagi si anak, hanya kesabaran, hanya keikhalasan dan kekuatan iman serta keshalehanlah yang akan menguatkan jiwa anak-anak ini.

Sebagai sebagai seorang guru, tentunya kita perlu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka agar mereka tabah dan kuat dengan lingkungan sekolah yang penuh kasih dan sayang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

"Sebagai guru memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka agar mereka tabah dan kuat dengan lingkungan sekolah yang penuh kasih dan sayang." Kewajiban guru untuk memberi perhatian pada siswanya.

21 Jul
Balas

Ayah dan ibu "bertingkah", anak jadi korban. Oh, Rika....Rika....

21 Jul
Balas

Makasih comennya, semangat nulis lagii aah ;))

21 Jul
Balas

Sa7 pak Yudha, trims.

22 Jul
Balas

Lorong menuju Bahagia berliku. Sip..

21 Jul
Balas

Lorong menuju Bahagia berliku. Sip..

21 Jul
Balas



search

New Post