Nurul Faizah

Perempuan sederhana yang ingin berkarya, dengan nama pena Roel Faizah. Berharap dengan karyanya, dapat bermanfaat bagi kehidupan. Karya-karyanya yang berupa pui...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGGAMBAR DAN FACEBOOK, JEMBATAN MENUJU LITERASI
Lomba menulis buku IPP Jatim & Media Guru

MENGGAMBAR DAN FACEBOOK, JEMBATAN MENUJU LITERASI

MENGGAMBAR DAN FACEBOOK, JEMBATAN MENUJU LITERASI

Oleh: Roel Faizah

Sejak belajar di sekolah dasar dulu, ibu yang juga seorang guru sering mambawakan buku bacaan dari perpustakaan sekolah. Mulai dari Majalah Bobo hingga novel yang lumayan tebal menurut anggapanku waktu masih anak-anak. Namun, setelah mulai membaca, ternyata saya dapat larut dalam cerita yang disuguhkan oleh penulisnya.

Novel dengan judul Namaku Gerhana mampu saya selesaikan dalam waktu yang sebentar untuk ukuran anak-anak. Lalu, buku demi buku dibawakan lagi oleh perempuan yang melahirkanku itu. Herannya, semua bisa saya selesaikan dengan baik tanpa tertinggal. Terkadang dibaca sendiri, terkadang bersama teman sepermainan. Sejak saat itu saya mulai suka membaca.

Setelah berlanjut ke jenjang sekolah menengah, buku yang saya baca semakin berkembang. Tahun 2000-an, di lingkungan sekolah yang berada di ‘boarding school’ sedang ‘booming’ cerita-cerita islami dari majalah Annida, juga novel-novel karya Asma Nadia dan Helvy Tiana Rossa. Novel Olin, Aisyah Putri, dan karya mereka lainnya dengan genre remaja islami tak luput dari bacaanku.

Kemudian beberapa teman ada yang mulai membuat cerita pendek sendiri. Selain untuk keperluan majalah dinding yang tayang bulanan, juga untuk mengasah kemampuan masing-masing. Hasilnya boleh dibaca teman-teman lainnya secara bergilir.

Hal tersebut yang memicu saya untuk mulai ikut mengasah literasi dalam menulis yang saat itu masih nol besar, dan ternyata saya dapat menyelesaikan satu cerita. Namun, saat membaca ulang justru menjadi tersenyum sendiri, bahkan salah satu teman yang ikut membaca waktu itu juga tertawa lepas seraya mengatakan, “Nurul, ceritanya banyak kata ‘Teeet teeet-nya, haha.” Maksud dari kata ‘teeet’ itu untuk menandakan suara bel sekolah yang berbunyi. Ketika saya bolak-balik lembar demi lembar di buku tulis yang tidak terpakai untuk buku pelajaran, memang benar apa yang dikatakan. Tetapi saya tidak peduli, yang terpenting adalah bagaimana caranya dapat menyelesaikan sesuatu yang sudah dimulai.

Ketika berada di jenjang menengah atas, saya hampir tidak pernah menulis. Saat ada tugas mengarang pada pelajaran Bahasa Indonesia, saya menulisnya dengan huruf-huruf berukuran besar agar dapat mencapai minimal setengah halaman folio, yaitu batas minimal yang ditetapkan oleh guru. Jadi, saya hanya membaca novel dan komik dari ‘rental buku’.

Selain membaca atau menulis, saya juga suka menggambar. Hingga saat ada ‘space’ kosong di halaman buku-buku pelajaran, selalu saya corat-coret. Ketika ibu saya tahu tentang hal itu, beliau serta-merta mewanti-wanti untuk mengurangi kebiasaan itu.

Lalu saat di bangku kuliah, salah satu teman yang menjadi pimpinan redaksi buletin mahasiswa tahu kalau saya suka menggambar. Dengan bujuk rayu dan sedikit paksaan, saya disuruh ikut mendaftar rekrutmen kru bulletin dengan dalih mereka butuh karikaturis. Pasalnya, seorang introvert seperti saya paling tidak suka saat ketemu orang banyak. Namun, saya coba juga meskipun terpaksa. Akhirnya, saya lebih banyak menggambar daripada menulis.

Masih teringat saat ditugaskan untuk meliput salah satu berita bersama teman saya, dia yang lebih banyak menulis. Saya hanya menemani wawancara dan membaca hasil yang ia tulis, sudah sesuai dengan wawancaranya atau belum. Hingga saya lulus kuliah dan bertahun-tahun kemudian saya tidak pernah berinteraksi lagi dengan dunia literasi. Hanya sesekali saja membaca koleksi buku yang berhasil saya kumpulkan dengan mewajibkan diri sendiri membeli satu buku setiap bulan. Tujuannya agar kelak dapat membuat perpustakaan pribadi.

Pada akhir tahun 2018, saya tidak sengaja membaca cerita bersambung ‘Hati Suhita’ yang tengah viral saat itu di facebook. Tepatnya di grup kepenulisan Komunitas Bisa Menulis (KBM). Saya seakan-akan kembali dipertemukan dengan mantan yang masih membekas dalam ingatan, dunia literasi.

Di grup tersebut saya juga menemukan satu cerita pendek yang sangat menyentuh berjudul ‘Percaya’ karya Patrick Kellan. Langsung saja saya ikuti penulisnya. Ketika ia membuat grup sendiri dengan nama Komunitas Penulis Facebook Indonesia (KPFI). Di KPFI inilah saya belajar menulis dari nol hingga akhirnya dapat ikut berkontribusi dalam beberapa antologi cerpen dan puisi bersama penulis lain.

Wonosobo, 18 Oktober 2022

Sebagian buku yang memuat karya saya.

Sebagian koleksi buku saya.

Data Penulis:

Roel Faizah adalah nama pena dari Nurul Faizah. Perempuan kelahiran Batang-Jawa Tengah, 3 Nopember 1986 lalu ini seorang Guru di MAN 2 Wonosobo sejak 2021. Sebelumnya pernah mengabdi di MAN Kota Tegal sejak 2019 hingga 2021 dan SMP Darul Ma’arif Banyuputih-Batang sejak 2011 hingga 2019. Penulis dapat dihubungi di email [email protected] atau nomor WA 082327600776. Jika ingin tahu karyanya yang lain dapat berinteraksi di KBM App dan Facebook dengan nama Roel Faizah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post