PERIH
Sekias bayang berjelaga di pelupuk mata, engkau selalu saja hadir tanpa kupinta. Menyeruak ke dasar hati paling dalam, mengusik tenang.
Seringkali kutepis, agar tak lagi memorakporandakan rasa dalam dada. Namun, aku selalu saja tak mampu. Bahkan saat terdiam pun, engkau menari-nari menjelma kupu-kupu. Indah.
Kalau saja aku tahu jika memang sesakit ini punya masa lalu denganmu, aku memilih untuk tak mengenalmu. Karena ini sama saja membunuhku, tapi tak mati. Sekarat.
Wsb, 24102022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pentigrafnya keren
Terima kasih, Bun ...