Siti Rohayati,S.Pd.SD

Siti Rohayati, S.Pd.SD. Lahir di kota Jakarta, 04-02-1967.Guru SDN Sumberjaya 04 Tambun Selatan - Bekasi. Kuliner dan menulis hoby yang melekat hingga kini. Ber...

Selengkapnya
Navigasi Web

sitirohayati

Malaikat Kecilku

Penulis Siti Rohayati (ibu Roha). Guru SDN Sumberjaya 04 Tambun - Bekasi

Buuu, perut aa sakit, begitu putraku mengeluh, sepulang sekolah. Kamu istirahat dulu, ya nak?. Ucapku menghibur. Akupun segera memberi obat sirup anti nyeri. Setelah tidur beberapa jam, ketika bangun, Alhamdulillah sudah baikkan.

Sebagai seorang ibu yang harus merawat dua putra sekaligus tanpa suami, memang memberatkan. Betapa tidak. Suamiku meninggal dunia karena sakit. Sejak itu aku harus bekerja keras demi kelangsungan hidup kedua putraku, yang saat itu baru duduk di kelas enam dan kelas empat.

Aku berjualan makanan anak-anak, sesekali menjadi buruh cuci pada tetanggaku. Putraku yang sulung sangat rajin membantuku, berjualan. Bagiku penanaman nilai agama itu sangat penting. Itulah sebabnya, aku berusaha meluangkan waktu salat berjamaah dan mengaji bersama kedua putraku. Bahkan aku selalu selipkan sebuah kisah tentang kebaikan dalam salat dan mengaji.

Alhamdulillah, kedua putraku sangat saleh, terutama si kakak. Ia tak pernah meninggalkan salat lima waktu dan selalu mengaji. Selain itupun sangat aktif mengikuti kegiatan di mesjid. Putraku dikenal anak yang ramah, gemar membantu dan rajin ibadah. Aku sebagai ibunya bangga dan bersyukur.

Fisik putra sulungku sangat berbeda dengan adiknya. Yah, si kakak miliki riwayat penyakit maag kronis. Tubuhnya kurus dan terlihat lemah. Namun ia tak pernah mengeluh. Meski kondisi kurang sehat, tak pernah ia absen sekolah. Sangat rajin puasa Senin Kamis. Putraku ingin menjadi orang yang sukses dan membahagiakan ibu dan adiknya.

Tak terasa, enam tahun sudah aku menjalani kehidupan tanpa suami. Putra sulungku kini sudah duduk di bangku SMK kelas XII. Jelang ujian praktik, putraku alami sakit pada perutnya. Aku membawanya ke puskesmas. Saat disuruh istirahat tidak sekolah dulu, putraku keberatan. Kakak tidak apa-apa, Bu. Nanti kalau tidak sekolah, kakak tidak punya nilai ujian praktik sebagai syarat kelulusan. Tapi nak ..., ibu tenang saja yaaa. Semua baik-baik saja kok.Begitu ucapnya.

Akupun mengiyakan. Begitulah putraku. Selama satu Minggu ujian praktik, ia tak mengeluh apa-apa. Bahkan terlihat sehat. Namun usai ujian praktik, dihari terakhir, sesampainya di rumah pingsan. Aku kaget dan panik sekali.

Dengan bantuan tetangga, putraku dilarikan ke rumah sakit. Setelah ditangani dokter, putraku harus dirawat. Aku sangat cemas dan takut sekali. Bibirku bergetar tak henti berzikir sementara jari jemariku berpacu dengan tasbih. Ya Allah, selamatkan putraku, sehatkan ia kembali.

Hari kedua perawatan, aku dipanggil ke ruangan dokter. Aku diberitahu kalau ada pembengkakan diusus putraku, dan itu sangat berbahaya sekali. Putra ibu termasuk kuat, menahan rasa sakit untuk waktu lama. Ibu berdoa saja ya, semoga ada mukjizat dari Allah. Ibu harus siapkan diri segala kemungkinan yang terjadi, hal terburuk sekalipun.

Jleb, jantungku terasa berdebar begitu kencang, sesak rasa nafasku. Aku tidak kuat. Di depan dokter aku berusaha tegar. Begitu aku keluar dari ruangan dokter, aku tumpahkan air mataku mengalir deras tanpa henti. Semua serasa gelap. Bayangan suamiku yang sudah lama pergi menyelinap. Astaghfirullah.

Sore hari, guru dan teman satu kelasnya datang membesuk. Putraku tersenyum dan terlihat bahagia. Mereka memberi penguatan dan semangat, kamu pasti sehat, ucap guru dan teman - temannya. Tiba - tiba putraku alami sesak nafas dan kritis. Dokter segera memeriksa dan memasang kembali semua peralatan medis.

Karena jam besukpun sudah habis, guru serta teman-temannya pulang. Tinggallah aku seorang diri bersama putra kecilku.

Doa tiada putus kupanjatkan, zikirpun selalu kuucapkan, lantunan ayat sucipun aku kumandangkan. Semata menenangkan jiwa ini yang hampa. Mungkin aku terlalu lelah, aku tertidur di lorong ruang tunggu pasien.

Tiba-tiba, putra kecilku membangunkan aku. "Ibu dipanggil dokter" katanya. Akupun segera menuju ruangan dokter.

Dokter menyuruh aku mendampingi putraku. Karena sejak tadi manggil-manggil ibu terus. Lalu dokter mengajak aku menemui putraku. Disana putraku tidak sedang menggunakan alat medis. Aku bingung. Melihat itu, dokterpun menjelaskan, tidak apa-apa, Bu. Putra ibu ingin ngobrol sama ibu. Jadi saya lepas dulu alat medisnya. Begitu ucap dokter.

Aku seperti mendapat kekuatan darimana, entahlah. Aku begitu tegar. Dengan senyum, kusapa putraku. Kucium keningnya. Putraku tersenyum. Ia membisikkan ketelingaku, kalau ia sayang sama ibu dan adik. Ia bilang kangen sama almarhum bapak. Sekarang bapak ada disini. Kakak ingin ikut bapak. Aku tersadar, perkataan dokter. Apakah ini pertanda, Ya Allah.

Akupun membalasnya dengan membisikkan ketelinga putraku. Pergilah nak, dengan tenang. Kubimbing putraku mengucap kalimat tauhid. Putraku mengikuti dengan fasih dan lancar. Terus dan terus mengucap. Sampai akhirnya ...

Innalillahiwa'innaillaihiroji'un.

Malaikat kecilku pergi dengan tenang. Tepat dihari kelulusan sekolah. Seluruh dewan guru dan teman satu sekolah tumpah ruah di rumah duka sekaligus mengantar ketempat peristirahatanmu yang terakhir.

Semoga Husnul Khotimah.

Alfatihah. Aamiin YRA.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Haturnuhun, Bu Vivi. Itu kisah nyata, keponakanku.

08 Feb
Balas

Masyaallah, merinding aku membacanya. Semoga husnul khatimah. Tiada kata terucap, hanya doa terpanjat, agar ia tenang di sisiNya. Sukses selalu dan barakallah

08 Feb
Balas

Innalillahi Wa Innaa Ilaihi Roji'un Merinding membacanya Ikut merasakan apa yang dirasakan si ibu

08 Feb
Balas



search

New Post