Gemuruh Asa Hitam Putih(episode 30)
Tantangan Hari ke 239
#tantanganGurusiana
#menuju-365
Gemuruh Asa Hitam Putih(episode 30)
Keadaan babah Zhang sudah semakin baik, lalu dr. Justinus mengijinkan babah Zhang untuk dipindahkan ke ruang perawatan. Dari enam pintu ruang VVIP yang tersedia di Rumah Sakit Utama, Ny. Fang Yin meminta suaminya dirawat di kamar no. 2 yang menghadap ke jalan raya.
Hari itu aku menjaga babah Zhang menggantikan Ny. Fang Yin agar dapat beristirahat. Kesempatan hanya berdua, digunakan oleh babah Zhang untuk berbincang denganku.
“Bali, owe minta maaf!”, kata babah Zhang mengawali perbincangan.
“Maaf?, mengapa babah meminta maaf?”, kataku heran.
“Selama ini owe memperlakukan lu olang hanya sebagai kalyawan, bukan sebagai menantu owe!”, kata babah Zhang lagi.
“Lu olang ada lasa benci sama owe?”, tanya babah Zhang.
Aku memandangi wajah babah Zhang sambil menggelengkan kepala.
“Lu olang baik, Bali!”, babah Zhang mengatakannya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Lu olang selalu mau tolong kelualga owe!, apa lu olang kagak malah sama owe?”, tanyanya lagi.
“Umak selalu mengajarkan kepadaku agar tidak menaruh dendam pada orang lain, bah!, apalagi ajaran agama Islam sangat melarang adanya rasa dendam itu. Kalau dapat kita menolong orang lain mengapa tidak, walaupun mereka telah menyakiti hati dan perasaan kita”, kataku menjelaskan panjang lebar.
“Owe lega, anak owe punya suami yang baik dan tanggung jawab. Owe sedih, kalo Jia punya suami macam Kenzo, selalu kasal sama olang bini ( kasar dengan perempuan).”, kata babah Zhang pula.
“Owe senang lu olang jadi suami Jia, Lu olang sabal dan ulet bekelja. Owe pelcayakan usaha dagang sahang owe, lu olang yang kelola. Owe akan tambah gaji lu olang, supaya bisa tambah-tambah beli susu cucu owe”, kata babah Zhang.
“Terimakasih, bah!”, jawabku.
“Owe titip anak pelempuan owe yang satu-satunya dan juga cucu owe. Badan owe sudah semakin tua, tellambat tlanfusi saja sudah langsung ngedlop, jadi kalo Tuhang panggil owe, owe sudah paslah, maapin owe, yah”, kata-kata babah Zhang membuatku terharu.
“Sudahlah, bah. Ini babah sedang upaya pengobatan. Babah akan sembuh, insha Allah. Dan terimakasih babah telah ikhlas menerimaku menjadi menantu, suami dari Jia dan ayah dari Alif. Semua itu aku jalani karena aku benar-benar mencintai Jia, apa adanya. Sejak awal pertama aku mengenal Jia, aku sudah jatuh cinta. Aku hampir saja putus asa, saat harus kehilangan Jia karena menikah dengan koko Kenzo. Tapi pada akhirnya aku bisa mendapatkan cintanya ...”, Sampai disini terhenti kata-kataku, lidahku terasa kelu, aku terharu ...!?!.
Selalu saja aku menitikkan air mata bila harus mengenang masa itu. Kala itu aku nyaris ingin mengakhiri hidupku, namun aku masih ingat pada Allah SWT dan aku masih memiliki umak yang sabar dan baik, umak yang selalu ada dipelupuk mata manakala aku akan melakukan sesuatu yang tidak baik. Selain itu agamaku sangat melarang bunuh diri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bu. Kesabaran dan perjuangan akhirnya mendapatkan seperti yg diinginkan
Terimakasih apresiasinya ibu Herniwati, sehat dan sukses selalu ...
Perjuangan utk.mendapatkan cinta sejati meski berliku akan indah pd akhirnya, keren bu
Terimakasih apresiasinya ibu Yurlina c
Trims para Admins ... love you