ROHMAH WATI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
AKU DIBUANG IBU

AKU DIBUANG IBU

AKU DIBUANG IBU

( ROHMAH WATI )

Seperti biasa saya menjalankan tugas di sekolah. Tidak ada yang istimewa di hari itu. Diawali dengan doa, membaca surat pendek dari al qur’an, menyanyikan lagu Indinesia Raya dan shalat dluha di masjid sekolah. Murid-murid tampak riang karena pasti ada cerita yang bakal mereka dengarkan dari pelajaran hari ini.

Sekembali dari masjid mereka berebut menuju ke meja saya. Mereka ingin menjadi the first-pupil menyampaikan bahwa dirinya yang mendapatkan bintang. Sebagai bentuk reward saya memberikan tanda bintang besar bagi murid-murid yang shalat dhuha di rumah dan di sekolah sebelum bel berdering dan bintang kecil bagi murid-murid yang shalat dhuha di sekolah setelah bel berdering. Karena mereka sudah patuh pada guru. Satu, dua, tiga… tigapuluh empat. Lengkap sudah presensi tertandai.

Pelajaran dimulai. Murid-murid sibuk membaca, menggarisbawahi kalimat-kalimat penting, mendengarkan keterangan yang di dalamnya ada cerita saya sisipkan dan dilanjutkan dengan mengerjakan lembar kerja. Semua tampak sibuk kerja sama dengan kelompok masing-masing. Sementara saya menyibukkan diri menilai Pekerjaan Rumah mereka yang sudah menggunung di meja saya. Mengajar di kelas unggulan memang sangat beda dengan kelas biasa. Lebih cepat, lebih mudah, lebih kondusif. Dan hasilnyapun lebih baik.

Dari sekian anak yang sibuk menyelesaikan tugas, ada seorang anak yang Nampak murung. Sepertinya menyimpan berjuta masalah. Sambil menilai saya sesekali melirik mereka, siapa-siapa yang sekiranya tidak serius mengerjakan tugas. Ada yang sambil nulis tangan kirinya kotekan ( memukul bangku), ada yang menguap, ada yang jail colek-colek teman di sebelahnya dan masih banyak kelucuan lain yang mereka lakukan. Kalo sudah begini, saya biasanya mengingatkan dengan tidak melihat/menyebut nama yang bersangkutan biar tidak malu dengan temannya. Tapi kalau keterlaluan, masih saja belum merasa bersalah, baru saya sebut namanya dan dia akan malu sekali.

Tiga jam pelajaran berlalu, bel sekolah berdering tanda pelajaran harus diakhiri. Ketua kelas mempersiapkan untuk berdoa dan memberi salam pada gurunya. “Berdoa dan memberi salam!” ketua kelas memberi aba-aba. “Bismillahirrohmanirrohim. Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu anlaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik. Assalamualaikum warohmatullahi wa barokatu” pelajaranpun berakhir.

Seperti biasa sebelum keluar kelas, saya selalu bertanya pada anak-anak. “Ada pertanyaan ? Siapa yang mau qishosh (membalas perbuatan dengan perbuatan yang sama) hari ini? Mumpung belum saya diqishosh malaikat.” “Tidak ada Bu..” jawab anak-anak. “Ikhlassss???” Tanya saya lagi. ”Ikhlasssss Buuuu…”sahut mereka. “Oke kalau ikhlas berarti jangan diulangi lagi yang jelek-jelek ya,,,?!” “ya Bu” “Silakan istirahat. Semoga pelajaran hari ini dibarengi dengan hidayah Allah SWT. Amin.”

Setelah bersalaman, mereka berhamburan menuju kantin sekolah. Sementara saya merapikan perangkat. Tiba-tiba anak yang terlihat murung tadi menghampiri saya dan menangis. “Bu…” Panggilnya lirih. “Ada apa sayang???” sambil menitikkan mutiara di sudut matanya dia melanjutkan kata-katanya. “ Saya boleh curhat Bu?” “Kenapa Ibu saya tidak sayang saya Bu???” saya jawab sambil memegang jemarinya yang lentik. “Ada apa nak?” Tanya saya lagi. “Kenapa orang tua saya tidak sayang dengan saya Bu?” “Kata siapa?” hibur saya lagi. “Iya Bu, saya tidak boleh ikut ibu. Sepertinya saya dibuang. Saya dititipkan pada nenek.” Dengan rasa kesal dia meluapkan kebencian hatinya. Saya berdiri dan memeluknya. Semakin deras dia mengalirkan air matanya.

Saya angkat tangannya .dan bertanya “Coba pean (jawa:kamu) lihat. Siapa yang membelikan cincin ini? Nenek atau Ibu pean?” “Ibu.” jawabnya sambil tersenyum. “Tiap hari pean dapat uang saku dari mana?” saya Tanya lagi. “Dari Ibu lewat Nenek.” Lagi-lagi dia menyunggingkan senyuman. “Itu pean bilang tidak sayang?” Ibu pean itu melarang pean yang cantik datang ke villa itu karena saking sayangnya Ibu Bapak pada pean. Mereka tidak mau anaknya yang cantik ini melihat hal-hal yang tidak diinginkan di villa itu sayang,,, Kalau Bapak Ibu tidak sayang pean, tidak mungkin mengirimi uang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Iya nggak???” “Iya Bu, kalau gitu saya minta maaf Bu, sudah mengganggu waktu Bu Rohmah, Saya permisi Bu” Dia mengakhiri keluhan hatinya.” Oke. Tidak masalah. Bu Rohmah juga minta maaf ya sayang kalau ada salah.” Jawab saya sembari melangkahkan kaki menuju teacher office.

Pasuruan, 25 Agustus 2017

#sagusabupasuruan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bu,jadi ikut meeteskan air mata baca cerita ini.

27 Aug
Balas

Mendidik dengan hati dan logika, benar-benar hebat. .....

27 Aug
Balas

Anak mencontoh dari yg apa dilihat. Didengar. Hati2 didepannya. Sipp.

27 Aug
Balas

mks. itu potret anak2 sy Bu

27 Aug
Balas

Atas izin Alloh SWT Bunda

27 Aug
Balas

insyaAllah begitu nggih,,, mks

27 Aug
Balas



search

New Post