Romdonah Kimbar

Guru SD yang suka membaca, sedang belajar menulis, ingin menularkan virus membaca dan menulis kepada anak sendiri dan anak didik ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Prahara Melanda Rumah Tanggaku (11)

Prahara Melanda Rumah Tanggaku

Aku sedang duduk santai bersama istriku di ruang depan. Saat itu aku berada di rumah. Aku libur tidak masuk kerja setelah piket masuk malam selama lima hari. Setelah sarapan kami berbincang berdua di rumah yang kami tempati sejak setahun yang lalu. Meskipun kecil, tetapi rumah yang disediakan oleh perusahaan tempatku bekerja cukup nyaman. Anakku yang bungsu sedang bermain dengan temannya, Rio, anak tetangga sebelah. Dua anakku yang lain tinggal bersama nenek dan kakeknya di kampung.

Rumah berdinding papan dan berlantai semen itu memang tidak senyaman rumah milik kami di kampung. Tentu saja aku tetap berterima kasih kepada pihak perusahaan yang telah menyediakan tempat tinggal untukku selama aku bekerja di rantau jauh dari kampungku. Aku tidak perlu membayar uang kontrakan, uang listrik dan juga air. Semua fasilitas sudah disediakan oleh perusahaan.

“Kring...kring...kring....” Suara panggilan di ponselku berdering. Aku ambil ponsel yang tergeletak di sebelah kanan tempat aku duduk lesehan.

“Halo,”

“Ya, halo juga, Maaf, kalau aku mengganggu,” Aku mendengar suara di ponselku yang belum selesai, tetapi ponsel itu sudah berpindah ke tangan istriku.

“Ini siapa, ya?”

“Maya? Maya siapa?” Istriku bertanya menyelidik dengan nada tinggi.

“Saya teman Mas Aden. Mas Deny Wijaya, maksud saya.” Kudengar Maya menjawab pertanyaan istriku dengan menyebut nama lengkapku. Aku jelas mendengarnya karena loudspeakernya diaktifkan. Tetapi Maya segera menutup teleponnya karena istriku masih bertanya dengan nada tinggi penuh emosi. Aku melihat ada cemburu di wajah istriku.

“Kenapa harus ada wanita lain, Mas?” Tanya istriku dengan air mata yang tak bisa dibendungnya lagi.

“Wanita lain yang lain mana?

“Maya.”

“Maya, yang tadi menelepon. Kamu berselingkuh lagi, kan? Kamu tidak pernah bercerita tentang temanmu yang bernama Maya.”

“Ingat, Mas. Kita berangkat merantau ke sini untuk memperbaiki hidup kita, demi keluarga kita.”

“Iya,” sahutku singkat.

“Ingat juga janjimu, Mas. Tak kan ada lagi orang ketiga di antara kita.”

“Siapa yang jadi orang ketiga?”

“Maya itu kakak kelasku, manalah mungkin dia jadi orang ketiga. Dia temanku di facebook. Dia tinggal di kampung satu kota dengan kita. Mana mungkin aku selingkuh dengan dia. Ketemu saja belum. Hanya kebetulan saja dia dulu satu sekolah denganku, tapi beda jauh. Dia lulus sebelumku. Kita berteman, karena dia berteman dengan temanku di facebook juga. Apakah aku salah?” Aku mencoba menjelaskan panjang lebar tentang Maya, teman baruku di facebook.

Istriku tetap saja belum mau percaya. Ia terus saja mencercaku dengan pertanyaan tentang Maya. Ia terus saja mengungkit masa laluku tentang perempuan-perempuan yang pernah dekat denganku. Meskipun sudah kubilang masa lalu itu sudah lewat, ia tak mau begitu saja percaya. Apakah semua perempuan begitu? Tidak bisa melupakan dan mengubur sesuatu yang sudah hilang?

Aku memutuskan untuk ke luar rumah saja agar tidak terpancing amarah istriku. Kupikir tidak ada gunanya menjelaskan apa yang terjadi kepada Wiji, istriku, saat emosinya melambung tinggi. Kubiarkan dirinya mencerna kalimatku, yang juga belum dipahaminya, walaupun aku sudah menjelaskan berulangkali kepadanya. Aku menyesal kenapa aku lupa memberi tahu saat aku di rumah jangan menghubungiku.

Aku menuju pos satpam perusahaan yang letaknya tidak jauh dari rumah tempat tinggalku. Jarak pos itu sekitar 500 meter dari rumah. Aku hanya cukup berjalan kaki ke sana sembari olahraga meregangkan otot-otot di tubuhku. Pagiku yang sumpek di rumah kubuang di pos satpam dengan bermain catur bersama Pak Takim, Satpam yang jaga saat itu.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap, Bu! Cerpen hebat! Saya senang membacanya

02 Jul
Balas

Terima kasih Bu Mimin. ada masukan?

02 Jul

Keren bu . Lanjutkan

02 Jul
Balas

Terima kasih Pak Ali

02 Jul

segera lanjutkan kalau njen sdh fit dan fresh ya Bu?

05 Jul
Balas

Ya, Bu. Semoga

08 Jul

Pagi yang cerah, kubaca cerpennya Ibu Romdonah, waah penasaran jadinya!

15 Jan
Balas

Ditunggu kelanjutannya

02 Jul
Balas

okey Bu Dyahni, di tunggu ya.

02 Jul

Luar biasa, jadi pingin kelanjutannya....Bu ?

02 Jul
Balas

Terima kasih sudah berkunjung dan berkomentar di sini

02 Jul

Luar biasa, jadi pingin kelanjutannya....Bu ?

02 Jul
Balas



search

New Post