Roni Bani

Guru SD, dari Kab. Kupang - NTT Menulis Mana Suka ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Covid-19 Mengumpet Ilahi

Covid-19 Mengumpet Ilahi

Di kesibukan mayapada, covid-19 si maut bermakhota turun ke bumi. Ia berlari di belakang sang Khalik Ilahi. Tanpa pamit ia mengenakan makhota kematian di kepalanya. Menggelinding ketika tiba di atmosfer. Deburan angin meniup dia hingga tiba di sarang kalong penunggu malam. Bagai peronta ia masuk tertawan dalam raga kalong ketika mereka menuju tukik batang berbuah ranum dimana mangsa duduk terpekur di situ kalong melahap girang. Seorang pemuda berhasil memerangkap kalong berisi. Ia tak pernah mengetahui di dalam daging sang kalong bermuatan covid-19 bermakhota kematian. Berpesta rianglah kaum di pasar-pasar tradisional melahap daging bernutrisi alamiah dari hutan. Kerongkongan dan gergantang mulai berhiasan makhota lendir. Percikan lendir menempal tapak hingga menukik di mana tempat tangan menjamah. Kini, ia masuk menggerayang badan dan menggerogot isinya. Bergilir perlahan dari gergantang hingga batang pipa pengantar makanan dan air jernih. Organ berbungkus kulit badan mulai digergaji menggunakan makhotanya. Satu per satu berguguran justru ketika tiba di ICU hanya dalam limit waktu terbatas belaka. Covid-19, terlaknat dari Ilahi. Ia telah hadir membunuh ribuan orang dan menyerang bagai sedang mendapat izin menabuh gong perang. Di Lorong-lorong ia terus menjelajah. Di celah-celah sempit ia terus mengantar terror kematian pada anak negeri banyak bangsa. Kecemasan diciptakannya. Kepanikan ia kreasikan. Penunggu malam terus berbiak di sana, sambil digonggong kaum berakhlak sebagai penyebab murkanya semesta pada mereka. Pemerintah bangsa-bangsa menyerukan perang pada penyebar terror maut ini. Pemutusan jaringan kehidupannya hanya dapat terjadi bila semua insan bergerak menjadi insan terisolir. Menjaga jarak menjadi kebiasaan umat, padahal menjaga jarak hanya boleh pada lalu lintas jalan darat. Tak menyapa berkontak badan, padahal dunia menghendaki sentuhan manis bila bercinta. Gugur bunga di taman permai sudah biasa secara alami. Gugur pekerja di area karya dengan angka menaik yang mendongakkan mata, aduhai, gerangan apa kehendak si covid-19 bermakhota ini? Tidakkah ia mengetahui bahwa jiwa-jiwa sedang meronta kesakitan manakala mereka harus melepas cinta dan kerinduan di ICU dan Isolasi?
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post