Roni Bani

Guru SD, dari Kab. Kupang - NTT Menulis Mana Suka ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Dokumen menjadi Sofi?

Dokumen menjadi Sofi? Semalam kami mete sehubungan dengan peristiwa kematian seseorang di dalam wilayah desa kami. Suatu peristiwa kematian pastilah mengundang rasa duka, empati dan simpati. Berduyun dan berbondong warga desa melayat. Kerabat dan sahabat dari jauh dan dekat berdatangan dengan maksud yang sama. Sangat lumrah bila seseorang meninggal ditangisi dan diratapi. Dalam suasana tangis dan ratap, sering pula ada yang menempatkan barang sesuatu atau bahkan dalam jumlah yang cukup hingga memenuhi ruang peti jenazah. Semua yang ditempatkan di sana, dalam budaya Atoin' Meto' disebut sofi. Di antara sofi yang ditempatkan itu, hampir selalu ditemukan dokumen-dokumen, bahkan buku hingga kitab suci. Beberapa minggu yang lalu, di suatu tempat dimana saya turut melayat atas suatu kematian dalam satu keluarga, di dalam peti jenazah ditempatkan 3 eksemplar kitab suci. Ketiganya masih teramat baru karena baru saja dibeli. Berkali-kali saya temukan hal seprti ini. Sungguh sangat disayangkan. Saat saya melayat itulah saya menyempatkan melihat adanya dokumen berupa surat-surat gerejawi. Surat-surat itu mereka tempatkan di dekat kepala dari jenazah yang dibaringkan di dalam peti jenazah itu. Saya ambil keluarkan. Beberapa saat kemudian saya berinteraksi dengan salah seorang anak dari orang yang meninggal dunia. "Saya lihat biasanya orang menaruh hal begitu. Kami hanya mengikuti kebiasaan saja." urainya. Saya kemudian memberi penjelasan dengan beberapa contoh. Satu di antaranya saya urai bahwa dokumen yang dimiliki, sebaiknya tidak ditempatkan di dalam peti jenazah. Mengapa? Karena dokumen-dokumen itu bersejarah bagi keluarga ini. Keluarga ini akan berketurunan dan menyebar ke mana-mana. Bila suatu ketika pada puluhan hingga seratus tahun di depan, bukankah mereka dapat menemukan dokumen itu dan mereka akan berkata, "Wah... ternyata kita pernah punya leluhur yang namanya Z, ya!" Jadi, dokumen apapun sebaiknya tidak perlu ditempatkan di dalam peti jenazah. Jika yang ditempatkan misalkan ijazah/STTB, apakah hal itu hendak memeteraikan bahwa ia pernah lulus sekolah X ketika masih hidup, dan karena itu ia bawa ke dunia orang mati sehingga di sana para roh akan menyambutnya dengan sukacita? Akh... Dokumen apapun jangan pakai sebagai sofi. Barang mas pun, jangan pakai sebagai sofi. Bolehlah sebagai sofi, tempakan pakaian yang akan hancur dimakan rayap di dalam tanah bersama dengan hancurnya tubuh yang telah dikubur tertelan perut bumi. Dokumen biarkan tetap ada di tangan orang hidup. Dokumen akan bercerita tentang siapa dan bagaimana? Kapan dan dimana? Mengapa dan oleh karena itu? Koro'oto, 17 Maret 2020 Heronimus Bani
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post