Roni Bani

Guru SD, dari Kab. Kupang - NTT Menulis Mana Suka ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Inikah Pentigraf?

Pelatihan menulis dalam jaringan yang dikomandoi oleh Wijaya Kusumah, cs, memasuki materi kedua. Materi kedua ini berjudul Pentigraf. Teorinya dimulai oleh Dr. Tengsoe Tjahjono. Pentigraf sendiri sesungguhnya satu akronim dari cerpen tiga paragraf.

Menurut penemu teori sederhana ini pentigraf merupakan fiksi mini yang hanya terdiri atas 3 paragraf.

Saya sangat terlambat mengikuti materi ini sehingga saya perlu bertanya kepada admin grup yang mengirimkan potongan-potongan materi. Saya tidak sempat membaca secara utuh berhubung waktu yang makin mepet berhubung telah larut sementara kelihatan sekali aliran tulisan tiga paragraf makin meluncur masuk ke dalam grup. Maka, saya beranikan diri untuk menulis seperti yang nampak di bawah ini:

Di Pinggir Sungai Kecil itu Seorang anak tiba di sungai kecil itu. Ia duduk di pinggirannya lalu melepas pandang bagai hendak merenung. Di tangan kanannya ada sebatang kayu yang ujungnya diikatkan tali. Pada ujung tali dipasangi mata kail. Di tangan kirinya ia memegang sebentuk benda barang anyaman. Isinya beberapa ekor cacing yang akan dipakai sebagai umpan di mata kail. Ia masih duduk di sana. Apakah akan memancing atau tidak memancing? Pikirannya melayang sebentar. Ia tidak dapat segera memutuskan berhubung sungai kecil itu dipenuhi sampah-sampah plastic di permukaannya. Ia membatin, “Apakah mungkin ada ikan di dalam sungai kecil ini? Alirannya sangat kotor?” Sementara berpikir demikian, satu unit pikap membawa sampah. Dua orang yang berada di pikap itu menurunkan sejumlah besar sampah dari bak pikap itu. Keduanya lalu meninggalkan tempat itu. Si anak masih duduk di sana. Ia telah buntu pikirannya setelah melihat peristiwa itu.

Sesudah saya post, sempat mendapat evaluasi kurang dari satu menit oleh pemateri. Lalu, selang beberapa detik kemudian Pemateri menyampaikan salam perpisahan sambil mengingatkan untuk membuat resume dan mengirimkan kepada Tuan Wijaya Kusumah pada alamat surat elektroniknya.

Sementara Pematerinya "off" saya perhatian postingan-postingan yang masuk. Saling koment antar para peserta sendiri.

Dari sana saya berkesimpulan bahwa menulis dalam tiga paragraf sebagai satu cerita utuh memang terasa seperti sangat singkat sehingga mudah. Padahal, seorang penulis mesti dapat mengemas kata dan diksi secara tepat sehingga tepat makna dan tepat pula pada sasaran pembacanya. Mengapa?Karena pembaca pentigraf beragam. Anak-anak, remaja, kaum muda, hingga orang dewasa. Makin ringan teks dengan pesan yang mudah diambil, kelihatan sekali untuk anak-anak dan seterusnya makin sulit apalagi diintersepkan ke dalam tulisan itu maknanya, maka pentigraf itu disasarkan kepada pembaca dewasa.

Kira-kira demikian resume saya.

Heronimus BaniSD Inpres Buraen, Amarasi SelatanKabupaten Kupang - NTT29 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih ilmunya, pak Roni

29 Mar
Balas

Pentigraf..menarik Pak. Harus ada twist dalam endingnya ya.

26 Feb
Balas



search

New Post