Roni S. Wahid

Roni S. Wahid, S.Kom penulis buku "Berjuanglah Masa Mudaku". Pernah ikut menulis skenario Kian Santang, dll. Lelaki yang belum menikah ini aktif di yayasan al f...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lelaki yang tidak Diizinkan Mengeluh
Gambar disesuaikan dengan keperluan cerita

Lelaki yang tidak Diizinkan Mengeluh

Pagi itu acara pentas seni perpisahan dimulai. Dewan guru atas titah kepala sekolah diminta untuk menampilkan penampilan yg berbeda di atas panggung. Satu persatu dewan guru menampilkan keahliaannya. Ada yang menyanyi, menari, membaca tilawah, free style futsal, sulap, stand up, mutar pulpen dan kartu, berpuisi, dan bahkan ceramah.

Hampir semua guru maju, dan sudah menunjukan kelebihannya. Aku yang semula berniat menyanyi dan berpuisi sudah didahului. Aku pun menyiapkan penampilan lain. Kehabisan ide Aku bersiap untuk pura-pura punya ilmu kebal dan kesurupan.

Sahabat disebelahku adalah orang yang sangat aku hormati. Dia tidak pernah mengeluh atau lari dari tanggung jawab. Dia selalu tersenyum dan berlapang dada. Bahkan pernah suatu hari ia diberikan banyak pekerjaan yang semua itu bukan tugasnya bahkan tidak di bayar. Dan yang paling parah dia sering diminta memperbaiki kesalahan orang lain. Ia juga terkadang terkena omelan yang bahkan bukan kesalahannya.

Meski sesuatu yg buruk menimpanya, dia tetap sabar. Tersenyum dan percaya terhadap apa yang Tuhan takdirkan padanya.

Aku menaiki panggung lalu menampilkan adegan pura-pura kebal dan kesurupan. Penonton tertawa karena apa yang aku suguhkan berupa pertunjukan jenaka. Dalam hati aku bergumam, selamat.

Kini tiba gilirannya untuk menaiki panggung. Ia pun berdiri sambil membawa gitar. Salah satu guru yang memakai kerudung warna kuning hari itu menghalanginya dan mengatakan akan menampilkan permainan musik. Sahabatku diminta untuk menampilkan yang lain.

Pria yang berkemeja putih itu meletakkan gitar lalu melepas kemejanya. Ia mengalah. Ia menaiki panggung mengenakan koas bertuliskan. I life so i write. Ia melihat sekitar, tersenyum. Lalu memegangng microponhe dengan tenang. Setelah menarik napas ia mulai biacara,

"Aku tidaklah berbakat. Meskipun diumur segini aku sering merepotkan banyak orang. Aku sangat ingin memberitahukan perasaanku yang sebenarnya. Tapi aku juga tidak pandai merangkai kata. Terkadang aku bertanya-tanya apa yang sedang aku lakukan. Tapi aku sadar berada di atas panggung ini tidaklah buruk. Meski aku payah, aku akan tetap hidup dengan berbuat baik,"

Setelah mengatakan itu, sahabatku itu kembali duduk. Tepuk tangan paling meriah hari itu diberikan padanya. Lagi-lagi ia hanya tersenyum. Dia memang terkenal jarang biacara. Ia pun memakan lagi sncak yang sudah disiapkan panitia.

Mc mengatakan itu adalah penampilan mengeluh dengan gaya, tapi menurutku itu justru deklarasi bahwa ia sudah mengambil sikap. Setelah acara ini usai, ingin rasanya aku bertanya ke rekan-rekan yang lain apa yang sebenarnya sahabtku ini lakukan...

Pajar bulan, 10 februari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masa temen2 gurunya spt itu? Hmmm... Sabar memang tak berbatas.

12 Feb
Balas

Sangat menarik,

11 Feb
Balas

Setiap orang punya style dan rahasia masing-masing. Mungkin sahabat ingin melakukan sesuatu yang dia mampu. Salam bahagia.

11 Feb
Balas

Mantul cerpennya.

10 Feb
Balas

Terimakasih bu telah membacanya...

10 Feb



search

New Post