Ikhlas Tanpa Batas

Aku terdiam kaku, dari sudut mataku mengalir bola-bola bening membasahi pipi. Berkilau dibawah sorotan cahaya lampu membasahi lesung pipit dan penutup auratku. Goresan pena dalam lembaran kertas-kertas yang kuterima dari kurir Pos siang tadi kulipat kembali mengikuti garis-garis lipatan sebelumnya. Ku angin-anginkan bagian kertas yang terlanjur basah. Air mata pilu mengalir membasahinya.

Goresan dalam lembaran-lembaran yang kuterima siang tadi membuat pilu hati ini. Kebahagiaan yang sudah terbayang di depan mata harus pupus, hilang terbawa sang bayu di tengah malam yang sunyi. Keinginanku mengakhiri masa lajang terbantahkan entah sampai kapan.

Goresan itu membuat diriku seperti terdakwa pada sidang koruptor kelas kakap, atau bak teroris yang siap dengan putusan hakim, hukum mati!.

Aku berusaha memejamkan mata, menghilangkan bayang-bayang goresan halus kasar yang melukai kalbu. Namun tak kunjung bisa.Tubuh kurus kurebahkan diranjang kesayangan yang selalu setia menjadi teman disaat lelah bekerja.

Duh,! aksara yang terukir pada lembaran kertas biru itu semakin tergambar jelas di pelupuk mataku yang terpejam. Surat yang kuterima dari lelaki yang menjadi pendamping hidup beberapa bulan ke depan seakan melarangku untuk terlelap di keheningan malam.

Goresan-goresan itu terukir jelas di relung hati ini, seakan tak ingin hilang. Ya, keputusan yang telah ditetapkan sepihak dari lelaki berkulit putih, berambut keriting yang meminang diriku satu bulan lalu. Ku goreskan disini.

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, semoga kita senantiasa sehat dalam lindungan Allah subhanawata’ala. Selawat berangkaikan salam teruntuk Rasulullah Sallallahu’alaihi Wasallam, semoga kelak kita mendapat syafaat Baginda, aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Sejak keluarnya surat keputusan pengangkatan abang sebagai karyawan pimpinan BUMN, keluarga abang punya banyak pertimbangan untuk meneruskan hubungan kita ke jenjang pernikahan.

Mengingat: Abang sebagai pegawai PTPN akan selalu pindah-pindah tugas sementara adik sebagai PNS sulit sekali mengurus perpindahannya, maka pihak keluarga abang keberatan jika saat telah menikah nanti kita harus berjauhan.

Menimbang: Pernikahan itu bukanlah memadukan hubungan kita berdua saja melainkan adanya persetujuan keluarga dua belah pihak yang nantinya akan menjadi keluarga besar kita, maka abang,

Memutuskan: Kiranya hubungan kita cukup sampai disini saja, dan anggablah rencana yang telah kita rembukkan itu hanya sebagai cerita biasa.

Abang berharap adik dapat menerima dan memaklumi keputusan ini, sebagai bakti abang kepada ibunda yang telah melahirkan dan membesarkan diri ini. Salam dari abang.

Sulit bagiku menerima keputusan ini, aku pasrah dalam tangisan bathinku. Harapan dalam genggamanku musnah tanpa kemampuan untuk menolaknya. Yang bisa dilakukannya hanya menggantungkan harapan pada yang menguasai hati.

Munazatku di keheningan malam, dibawa lembayung menerobos dingin embun. Kupacu jiwa penuh harapan hilangkan gundah yang tertanam dihati. Aku yakinkan diri, takdir Ilahi amatlah indahnya dengan keikhlasan jiwa menerimanya. Ikhlas tanpa batas

Oleh: Rosmalinda Ika Kesumawaty Br. Kembaren, M.Pd

#TanHake-246

#LawanCorona

#BelajarDariRumah

#KeluargaAsaLawanCorona

#FinniSembuh

KWS, 2020-09-16. Alhamdulillah. Salam sehat. Salam literasi!