Gila, benar-benar gilaaaaa. Pengkhianat, teman makan teman, laki-laki buaya, astuti... asli tukang tipu. Aku benar-benar kalap, sumpah serapah berhamburan dari bibirku. Kemarahan, kekecewaan, kesedihan, kejengkelan, dan mungkin kecemburuan, meluap-luap di hatiku. Masih untung, aku hanya memukul-mukul kasur dengan tinjuku, untuk melampiaskan semua emosiku. Barang-barang di kamarku masih selamat, tidak beterbangan.

Semua emosiku dipicu masalah asmaraku yang baru kandas. Tetapi masa iya, baru dua bulan putus denganku, Ryan sudah mau menikah. Jangan-jangan sebelum putus, sebenarnya aku sudah diduakan. Gilanya, calon istrinya adalah Sisi. Teman SD ku, yang kebetulan rumahnya juga bersebelahan dengan rumahku. Bahkan jendela kami saling berhadapan, terpisah kebun sempit. Memang tidak ada calon lain apa ya.

Senyum manis kupersembahkan ke kedua mempelai. Pengantin laki-laki agak kikuk, Sisi tersenyum penuh kemenangan. Aroma persaingan sejak SD terasa lagi. Orang tua mempelai perempuan basa-basi mengajakku untuk among tamu. Aku penuhi permintaannya, sebagai wujud tata krama antar tetangga. Malam harinya, aku santai tiduran di kamarku. Tak berapa lama terdengar keributan dari kamar pengantin, bak bik buk , prangggg, jedeeeeer, entah barang-barang yang dilempar, atau badan kena tinju. Aku tersenyum manis, membayangkan kemarahan Sisi kepada mantan pacarku. Barang-barang pemberian Ryan selama pacaran denganku, ku kembalikan sebagai kado perkawinan. Sepatu, tas, kaos bertuliskan namaku dan Ryan, Saputangan bersulam namaku dan nama Ryan, kalung yang ada foto kami berdua, dompet berisi karcis-karcis biokop, dan boneka bear bertuliskan my sweet love,