Pendidikan Abad 21 dan Revolusi Industri 4.0 sedang menjadi perbincangan yang hangat, apalagi di kota-kota besar. Namun untuk kami pendidik yang ada didesa terpencil sekalipun tidak ingin ketinggalan demi meningkatnya kualitas pendidikan.

Di zaman yang serba canggih saat ini kamI masih berhadapan dengan kondisi geografis yang harus dihadapi setiap akan melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, lumpur terkadang menjadi sahabat yang selalu menemaniku disaat musim hujan dan debu yang sangat tebal juga selalu mengikutiku setiap hari dimusim panas.

Aku selalu menempuhnya dengan senyum, senang, bahagia walaupun sesekali aku sering terpeleset, tergelincir diatas lumpur sepanjang 25 km. Aku selalu mengelap dahiku ketika debu setebal 30 cm menempel di musim panas.

Niatku mengabdi di dunia pendidikan tidak akan terganjal dan terhenti sebatas itu, karena dibalik lumpur dan debu banyak generasi emas yang menungguku di sekolah, walaupun terkadang letih, lelah, jaket penuh percikan lumpur yang tadinya berwarna hitampun menjadi coklat, inilah niatnya menjadi pendidik.

Sekolahku jauh dari jaringan internet, dimana siswa bisa mengakses materi dengan mudah, tapi semangat dari kami lah yang menjadi mereka harus memiliki pengetahuan yang sama dengan sekolah di kota.

Kami memulai pendidikan anak kami dengan penanaman nilai moral, akhlak dan motivasi. Barulah kami memulai dengan pengetahuan serta keterampilan.

Kami menamakan anak kami "anak lumpur menjadi generasi emas", karena tekad serta niat mereka begitu kuat. (M. Iwan)