Rumanti,S.Pd

Kegiatan menulis itu sebuah keajaiban. Tak ada alasan apapun bagi mereka yang sudah terjun di sana untuk berhenti dari aktivitas menulis. Seperti halnya aktivit...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dari Home Visit ke Home Visit
Dari Home Visit ke Home Visit

Dari Home Visit ke Home Visit

Dari Home Visit ke Home Visit (3)

Hari pertama ulangan semester gasal. Ada seorang anak laki - laki yang tidak berangkat sekolah untuk mengikuti ulangan. Wakil kepala sekolah menginformasikan hal itu kepada saya mengingat saya adalah wali kelas. Beliau menyarankan agar saya melakukan home visit, mendatangi rumah anak tersebut untuk mengecek keberadaannya. Okelah, tidak masalah saya home visit ke anak itu. Yang menjadi masalah, saya belum tahu rumahnya. Akhirnya, saya bertanya kepada siswa kelas tiga yang tahu rumahnya.

"Pakai motor saya, Bu. Tolong Pak Yadi yang mengantar."demikian instruksi kepala sekolah kepada saya. Sepertinya, Pak Yadi agak canggung akan memboncengkan saya dengan motor terkesan antik ( sepertinya sejenis motor CB zaman itu. Mengingat ini adalah tugas, maka mau tidak mau mesti dilaksanakan. Kasihan masa depan anak itu bila berhenti sekolah. Setelah ulangan semester gasal, jarak menuju ujian sekolah dan ujian nasional sangat dekat. Jika tidak selesai SMP, sayang dengan perjuangan 2,5 tahun bersekolah akan sia - sia. Demikian pemikiran saya waktu itu.

Sebenarnya, sepanjang perjalanan perasaan saya sudah was - was. Hal itu mengingat Pak Yadi menyetir motor kurang fokus. Kelihatannya beliau takut juga menyetir motor di jalanan terjal yang belum pernah dilewatinya. Apalagi, dengan motor yang tidak biasa dan memboncengkan seorang wanita. Padahal, jalan juga agak licin karena semalam turun hujan di daerah yang dilalui.

Sesuai dengan informasi siswa yang rumahnya berdekatan tadi, kami mesti melewati jembatan yang posisinya curam dan menikung tajam. Rasa takut semakin menjadi - jadi. Saya memutuskan untuk minta turun saja dan memilih jalan kaki sampai panjatan.

"Begitu, Bu. Ya udah tak turunkan di sini ya'" kata Pak Yadi.

Saya berjalan mendahului, sementara Pak Yadi masih menstarter motornya. Saat saya sudah sampai di seberang jembatan dan menoleh ke belakang, Pak Yadi belum bisa menstarter motornya.

"Semangat, Pak." Seru saya sekenanya.

Akhirnya motor itu bisa dijalankan. Saat hampir sampai di tengah jembatan, motor itu sedikit oleng karena jalan yang licin. Mungkin karena kurang keseimbangan, motor itu miring dan hampir roboh. Wajah Pak Yadi kelihatan pucat pasi, mungkin takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.. Beruntunglah ada orang lewat dan mau membantu mengarahkan posisi motor.. Alhamdulillah, sang motor dan Pak Yadi bisa sampai ke atas walaupun dengan susah payah.

( Bersambung)

Bandar Batang,

14 Oktober 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post