Muhammad Rusli Harahap

Pria kelahiran Medan, kini aktif di IPPSU (Ikatan Pendidik Penulis Sumatra Utara)...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Hari ke-12:  SATU SISWA 1 KILOGRAM
Ilustrasi kantong plastik. (DAJ/Thinkstock). https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia: Ilustrasi kantong plastik. (DAJ/Thinkstock)

Tantangan Hari ke-12: SATU SISWA 1 KILOGRAM

Jangan salah persepsi dulu, Judul di atas tak ada kaitannya dengan program pelatihan menulis buku yang diselenggarakan Mediaguru. Meski istilah Sasisabu atau Satu Siswa Satu Buku atau Sagusabu, Samasabu dan lainnya sudah tidak asing di telinga kita. Tapi tidak ada kaitannya.

Judul di atas hadir ketika saya membaca laman Green Preace Indonesia. Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan. Pikiran saya terusik.

Begini isi tulisannya :

#PantangPlastik

Plastik terus mencekik planet kita. Bisakah kamu membayangkan dunia tanpa plastik? Plastik sekali pakai terus mengotori lingkungan kita bahkan sudah sering kita lihat gambaran satwa-satwa di sekitar laut yang matik akibat memakan plastik.

Tidak hanya satwa, plastik pun masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk mikroplastik lewat makanan, minuman, bahkan udara yang kita hirup. Ya, memasuki tubuhmu!

Web : https://www.greenpeace.org/indonesia

Sebagai pengelola Sekolah Sepak Bola (SSB), saya belum bisa membayangkan apa media alternatif buat minum pemain ketika kehausan di lapangan. Tak mungkin pemain mengisi cangkir untuk mengambil kesempatan minum di sela pertandingan atau mengisi cangkir ketika ‘water break’. Kecuali ketika sesi latihan, masih bisa menggunakan galon air minum dengan cangkir yang bisa digunakan kembali (tidak sekali pakai).

Sebagai pecinta lingkungan, ini menjadi perhatian kita bersama. Semoga pembaca juga turut memberi masukan dalam upaya bersama menyelamatkan bumi kita.

Upaya awal yang dapat kami lakukan bersama pendukung kegiatan (sponsor) dengan cara melibatkan pemain untuk mengumpulkan dan menyerahkan sampah plastik sebagai syarat pendaftaran tim mengikuti kompetisi. (Tulisan di tantangan hari ke-8).

Itu jumlahnya sedikit. Di Sumatera Utara ditargetkan 330 tim. Jika satu tim satu kilogram membawa sampah plastik berarti yang terkumpul baru 330 kg.

Beda halnya, jika gerakan ini diadopsi lembaga pendidikan. Di Sumatra Utara misalnya, berdasarkan data Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, jumlah SMA/SMK sebanyak 2.038 sekolah. Andai ketika PPDB tahun 2020, masing-masing sekolah menerima siswa baru 200 orang. Berarti ada sebanyak 407.600 siswa baru tahun ini.

Itu baru jenjang SLTA diluar Madrasah Aliyah. Jika setiap siswa membawa satu kilogram sampah plastik maka akan terkumpul sebanyak 407 ton. Berefek kah terhadap lingkungan kita? Bagaimana jika siswa SMP dan SD juga melakukan hal yang sama ?

Ini bukan gagasan ‘muluk’ alias mustahil. Pernah dengarkan, beberapa sekolah mensyaratkan siswanya membawa 1 batang pohon ke sekolahnya. Demi bumi kita tidak ada yang keberatan kan ?

Jika kita merasa bahwa sampah plastik sudah menjadi ancaman seluruh pihak mestinya turut mengambil peran dan memberikan langkah strategis terhadap masalah ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut. Indonesia memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diduga mencemari lautan. Malu rasanya, negara kita disebut sebagai negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia. China memimpin dengan tingkat pencemaran sampah plastik ke laut sekitar 1,23-3,53 juta ton/tahun.

Padahal kalau boleh dibilang, jumlah penduduk pesisir Indonesia hampir sama dengan India, yaitu 187 juta jiwa. Namun tingkat pencemaran plastik ke laut India hanya sekitar 0,09-0,24 juta ton/tahun dan menempati urutan ke 12. Artinya memang ada sistem pengelolaan sampah yang buruk di Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-86420/sebegini-parah-ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia

Ini bukan masalah kecil. Ini bukan masalah mereka yang menggunakan kemasan plastik saja. Tapi peran kita semua.

Produksi industri plastik juga tak bisa dihentikan. Kita masih membutuhkan tetapi baru tahap mengurangi. Agar volumenya tidak bertumbuh, solusinya dengan mendaur ulang (recycle) sampah plastik sambil mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai.

Sekolah mana yang mau memulai tahun ini ?

Wallahu A’lam Bisshowab…
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post