Mala Fikaby

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Sepenggal cerita dari bis desa

Hari itu pulang kerja seperti biasa aku menunggu bis langgananku di tempat biasa. Sebuah simpang yg sudah hampir 6 thn aku lalui. Sudah bnyk cerita sidah aku lalui, mulai dari senang, marah,sedih, susah bahkan kecewa. Seperti biasa bermacam aktivitas aku lakukan di tempat ini. Mulai dari sekedar makan, minum sampai mengecek hp jikalau ada pesan ataupun telpon masuk dari suamiku utk sekedar menanyakan keberadaanku. Namun terkadang suamiku lupa hal ini. Seandainya dia tahu, ini adalah hal yg paling tunggu dari sekedar gaji ataupun tunjangan yg cair tiap bulannya. Tapi ya..... hal ini sangat aku maklumi krn dia jg berkerja. Terkadang aku memaklumi namun terkadang jg aku berontak mengapa keadaanku seperti ini.

Seperti saat siang ini, terbesit rasa bersalahku sebagai seorang ibu yg tidak mampu berada didekat anak2ku ataupun sekedar menuangkan nasi untuk makan siang suamiku. Lagi-lagi aku harus ingat dgn satu kata yg bisa buat aku segera move on dr keadaan ini, yakni kata bersyukur.

Dan seketika aku tersentak, biz yg aku tunggu datang juga. Tak terasa hampir 1 jam ku habiskan percuma hanya utk menunggu biz ini. Seperti biasa aku memilih tempat duduk yg bisa membuat aku nyaman, yakni yg paling pojok. Dimana aku bisa, tidur, ikut bernyanyi dengan iringan lagu yg mungkin sudah hampir semua aku hafal. Dan tidak lupa, untuk mengotak atik hp jikalau ada pesan atau sekedar kata2 perhatian dari suamiku. Namun lagi2 pil pahit ku telan. Tidak ada notifikasi, entah dia cuek atau apalah aku jg tak mengerti. Padahal sering ku utarakan bahwa aku butuh yg seperti ini. Bahkan pernah hal ini menjadi api dalam biduk rumah tangga kami. Hufff walaupun ini berulang tetaplah seperti ini keadaannya, mungkin sudah sifat kali ya.

Tanpa kusadari mataku tertuju pada sosok yg membuat aku miris sekaligus prihatin. Sosok laki dg pakaian seadanya yg melekat dibadan dan sandal yg mungkin di rumahku sudah layak utk dibuang yg dengan repotnya memangku bayi yg bisa ku taksir usianya 4-6 bulan. Sesekali anak ini merengek namun dgn segapnya bpk ini bercanda hnya utk sekedar membuatnya tertawa. Sedikit fikiranku melayang jikalau aku berada di posisi seperti ini, mungkin dg naluri wanitaku utk meminta bantuan suamiku utk mendiamkannya dan pasti terbayang kesiruannya seperti apa. Namun tidak dgn bapak ini, dia tetap tenang cukup dg dekapan dan tatapan yg hangat mampu membuat anaknya tertawa seakan melupakan susahnya. Pandangan bergeser kesebelahnya, dg sosok wanita yg dengan wajah tampa beban menikmati perjalanan yg ada. Dan aku pastikan bahwa itu adalah istrinya.

Setelah hampir 1 jam bis berjalan singgahlah bis untuk berhenti utk sekedar makan ataupun memenuhi hasrat biologis penumpangnya. Akupun berjalan keluar bis utk menunaikan kewajiban panggilan sholat zhuhur. Sambil berjalan itu tanpa sengaja lagi2 aku melihat pasangan suami istri yg tadi. Namun yg ku lihat ini makin membuatku sedikit kesal, marah dan jengkel. Mengapa tidak, lagi2 bpk tadi hnya sibuk menggendong bayi mereka dan sedangkan istrinya enak2an makan. Disini hatiku mulai bergumam, kalau aku di posisi ini pastilah kan ku marahi istriku yg enak2 makan sedangkan aku repot mengasuh. Masih dg perasaan kesal akupun lanjutkan melangkah utk menunaikan kewajibanku tadi. Setelah selesai aku sengaja mencari tempat duduk hanya untuk lagi2 mengecek notifikasi hp ku apakah ada panggilan dari suamiku, namun nyatanya masih zonk. Tak karuan rasa yg ada dlm hati ini.

Tanpa ku sadari berdirilah bpk masih dg bayinya disampingku. Entah sudah makan atau belum aku juga tidak tahu. Namun kalau aku lihat, belum sepertinya. Sesekali bayinya merengek, namun sesaat itu pula dia mampu mendiamkannya. Dan sesekali nampak pula dia melihat ke arah istrinya yg nampaknya selesai makan. Tak ada rasa lelah ataupun marah. Akupun mulai merasa aneh. Seperti biasa kenek sopir menyapa kami untuk segera masuk ke dalam bis, bahwa bis akan segera berangkat. Karna banyaknya pertanyaan diotak ini, akhirnya aku memberanikan diri utk hanya sekedar bertanya kemana tujuan bpk tersebut. Ke pulau jawa, begitulah bapak ini menjawab. Dan lagi2 ini membuat aku membayangkan kerepotan selama perjalanan dg membawa baik. Tanpa ku sadari berjalanlah sosok ibu2 yg ku pastikan tadi istri bpk ini dengan kaki kanan yg sepertinya sulit sekali dia gerakkan, dan posisi tangan yg kaku yg ku lanjutkan ke wajahnya tg tidak lagi simetris yg bisa ku asumsikan ini gejala stroke. Disitu mataku seperti terbelalak bahwa apa yg ada dlm otakku tadi semua salah.Semua yg terbesit adalah rasa egoisku yg lebih besar dari segalanya. Sambil menggapai tempat duduk ku tadi tersadarnya aku bahwa perhatian suamiku yang ku anggap segalanya bagiku belum seberapanya dari pasangan suami istri ini. Inilah perhatian sesungguhnya. Tak terasa mengalir bulir air disudut mata ini, bahwa bahagia itu jangan menunggu sempurna. Terkadang dengan ketidak sempurna bisa melahirkan kebahagian.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam literasi dan sukses pak

15 Nov
Balas



search

New Post