ORANG ITU, TERNYATA KEPALA SEKOLAH
Cuaca pagi itu sangat cerah. Mentari pagi menyinari alam dengan sinar yang masih hangat terasa dibadan. Udara begitu segar ketika merasuk hidung, menambah keindahan suasana pagi hari di ibu kota. Sayang, penomena itu hanya sekejap dirasakan, karena sebentar lagi suasana kebisingan ibu kota mulai sesak dengan udara –udara kotor yang keluar dari berbagai mesin yang memenuhi berbagai sudut diibu kota. Lain halnya dengan suasana pedesaan sana. Kesegeran di pagi hari dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lumayan lama... ya seblum matahari berada diposisi diatas kepala manusia.
Aku adalah seorang ayah dari empat anak. Dua laki-laki dan dua perempuan. Sehari-hari mengajar disebuah madrasah yang cukup ternama di ibu kota. Sehari-hari aku dipanggil oleh murid-muridku dengan ustadz Ruyat. Ya ..Ustadz adalah sebutan bagi seseorang yang sedikit tahu tentang agama dan mengajarkannya kepada orang lain, baik di tempat formal yaitu sekolah atau madrasah, maupun di tempat non formal, mushola atau majlis taklim. Ya, Itulah istilah yang sudah cukup mendarah daging di Indonesia, khususnya, di kawasan perkotaan. Meskipun di perkampungan atau di daerah tertentu, masih banyak yang menggunakan istilah–istilah lokal. Seperti, ajengan, kiai, dan lain-lain yang bukan bahasa arab. Padahal kata ustadz itu berasal dari bahasa arab, yang digunakan untuk seorang guru besar atau profesor di sebuah kampus atau unversitas. Tapi entahlah..kenapa di Indonesia menjadi seperti itu.
Kalau berbicara tentang dunia pendidikan yang aku geluti, Spesialisku dalam mengajar adalah matapelajaran akidah akhlak. Mata pelajaran yang dikatagorikan ke dalam mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). Spesialisku itu dinobatkan sejak delapan tahun yang lalu, ketika adanya program sertifikasi bagi para guru yang sudah mengampu minimal lima tahun di sebuah madrasah atau beberapa sekolah, yang jumlah jam mengajarnya sudah mencapai minimal duapuluh empat jam. Padahal aku ini, sebenarnya, bukan jebolan fakultas tarbiyah atau pendidikan, yang mempelajari tentang tatacara mengajar dan mendidik dengan mata pelajaran tertentu, mempelajari berbagai metode pembelajaran, bagaimana cara membuat perangkat pembelajaran dan segala macamnya yang ketika tamat mendapatkan gelar S.Pd., gelar sarjana pendidikan yang siap mengajar disebuah sekolah atau madrasah. Tapi aku ini jebolan fakultas usuhuludin jurusan tafsir di sebuah universitas ternama di dunia. Ya tentunya, melenceng dari aturan. Tapi, karena sudah kejebur menjadi pengajar dan aku menyukainya, ya sudahlah, aku nyaman juga jadi guru.
Untuk menambah ke-PD-anku jadi seorang guru, akupun dapat legalitas mengajar dengan mengikuti kuliah akta IV di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Dengan beberapa kali menghadiri perkuliahan dan mengikuti ujian akhir, Ijazah akata IV pun berhasil diperoleh. Disitulah, dengan memperoleh Ijzah akta IV, kecendrungan untuk mengabdikan diri ke dunia pendidikan semakin kuat. Akhirnya pad tahun 2010, statuspun menjadi ASN (Aparatur Sipil Negera) dengan keluarnya Surat Keputusan Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi DKI Jakarta. Aku mendapat tugas untuk mengajar di madrasah yang berada di Pondok Pinang Jakarta Selatan.
Madrasah tempat aku mengajar ini, berdiri pada tahun 2000, atas kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan sebuah lembaga pendidikan yang sangat terkenal dan tertua di dunia, yang berada di negera Arab Mesir, yaitu Al-Azhar Asy-Syarif. Karena kerja sama dengan Al-Azhar Asy-Syarif Mesir, maka madrasah inipun dinamakan dengan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Al-Azhar Asy-Syarif Indonesia, yang kemudian disingkat menjadi MINASI. Atas kerjasamanya dengan Al-Azhar Kairo Mesir, madrasah ini mempunyai tiga kurikulum; kurikulum Kemenag, Kemendiknas, dan Al-Azhar .
Mulai bergabung dan mengajar di MINASI ini, pada tahun duaributiga. Berawal dari ajakan seorang teman yang lebih dahulu bahkan dia termasuk para pendiri MINASI ini. Aku dengan teman itu, satu kosan di Jalan Pupan, Pondok Pinang. Waktu itu aku kos, karena sedang mengikuti kuliah S2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yun Yun, itulah nama panggilan temanku. Aku dan dia sebenarnya sudah lama berteman dan memang berasal dari satu daerah di Bandung.
Masih teringat waktu itu, tahun duaributigaan, aku tinggal disebuah kosan jalan pupan pondok pinang, bersama temanku Yunyun itu, dan satu lagi teman dari Karawang. Kedua teman itu, dulu sama-sama kuliah di Al-Azhar Kairo. Yat..! panggil temanku ini dengan wajah serius tidak seperti biasa sambil menutup pintu kosan, karena baru pulang dari sekolah tempat mengajarnya. Yah..ada apa? Sahutku langsung. Gimana sudah selesai kuliahnya? Tanya dia tentang kuliahku. Alhamdulilah sudah selesai perkuliahanmah, tinggal buat tesis nih. Jawabku dengan nada santai. Eh,, mau ngajar ga? Tanya dia sambil menawarkan lowongan di sekolah tempat dia mengajar. Ngajar ? sahutku sambil balik tanya sama dia. Emang ada lowongan yun? Iyah nih lagi nyari guru Al-Qur’an. Jawab dia dengan pasti dan meyakinkan. Mau engga nih? Tanya lagi dia. Ya maulah... jawabku dengan setengah yakin. Karena dalam fikiranku masih terbayang tugas tesis yang begitu berat dan pasti menyita waktu. Bagaimana mungkin bisa ngerjain sambil bekerja mengajar, apalagi di sekolah yang full day. Oke siap yah ! lanjut dia memastikan kemauanku. Saya mau bilang nih ke kepala madrasah sekarang. Lanjut dia sambil mengambil Hpnya siap-siap mau menelpon kepala sekolahnya. Iyah insya Allah siap. Jawabku berusaha untuk meyakinkan dia. Oke sip.. kata dia sambil meneruskan menelpon kepala sekolahnya.
Setibanya Waktu semester dua, tahun 200tiga, aku mendapatkan surat panggilan dari pihak MINASI, dengan perantara temanku Yun Yun yang menjabat sebagai Dikjar waktu itu. Maka akupun datang memenuhi panggilan pihak sekolah. Setibanya di sekolah, Aku ketemu dengan seorang yang berpakaian safari rapi warna biru sambil duduk di kursi lengkap dengan meja kerjanya. Selamat pagi pak? Sapa dia sambil angkat berdiri dari duduknya dan menawarkan tangan kananya untuk bersalaman. Pagi pak... jawabku sambil menerima tawarannya untuk bersalaman. Ada yang perlu saya bantu pak? Lanjut security bertanya dengan senyum simpul memeperlihatkan kesantunannya dalam menghadapi tamu. Iya pak, saya mau ketemu sama kepala sekolah, apakah beliau ada di tempat? Aku menjawab sambil balik tanya. Oh ada pak, tapi maaf dari siapa, dan sudah ada janji sebelumnya? Jawab security sambil balik tanya lagi. Saya pak, dengan Ruyat, saya datang karena ada surat panggilan dari sekolah, ini suratnya. Jawab aku sambil memperlihatkan sepucuk surat yang dikeluarkan dari amplop yang berkorp sekolah. Baik pak, mari ikut saya ke ruangannya? Kata security yang sangat hati-hati sekali dalam meerima tamunya, apalagi kepada tamu yang mau bertemu dengan pimpinannanya. Baik pak, terimakasih. Akupun menyambut sambil mengikuti di belakang dia sampai masuk ke ruangan yang bertuliskan di atas pintunya, “Ruang Guru dan TU”. Pintu raunganpun dibuka security kemudian dia mempersilahkanku untuk duduk di sebuah sofa yang posisinya mengahdap ke meja yang ditempati seorang perempuan yang sedang asyik berhadapan dengan PC nya. Silahkankan duduk dulu pak! Kata security sambil mempersilahku. Baik pak, terimakasih. Jawabku sambil meletakkankan tasku di sampingku.
Setelah beberapa menit kemudian, jeblak... suara pintu disampingku ada yang membuka, kemudian ada yang masuk...ehh ternyata temanku Yunyun yang mungkin aku fikir dia baru kelar mengajar dari kelas. Eh..Yat...! dah lama? sapa temanku. Yah.. lima menitan lah. Jawabku sambil berdiri nyambangin temanku. Bu duroh.! Kenalkan nih teman kosanku, satu kampung juga dari Bandung. Temanku mendadak mengenalkan aku dengan seorang perempuan yang sejak tadi sibuk dengan pekerjaannya. Oh iyah pak yun.., maaf aku tidak sempat menyapanya. Karena sibuk nih, lagi buat laporan. Jelas perempuan yang dipanggil bu Duroh oleh temanku. Maaf yah pak? Dia menyapaku dengan minta maaf. Oh... gapapa bu, orang sibuk namanya juga. Jawabku sambil memandang perempuan itu. Aku pikir mungkin perempuan ini pegawai tatausahanya sekolah. Karena dari tadi kesibukannya mengetik. Oh iyah... ayo yat aku kenalkan ke kepala sekolah. Ajak temanku Yun Yun untuk mengenalkan aku ke kepala sekolah. Ayo..sahutku sambil mengikuti dia dari belakang menuju ke sebuah ruangan. Akupun masuk. Di ruangan itulah bertemu dengan seorang laki-laki yang usianya kira-kira masih 45 tahunan. Dengan kemeja coklat serta dasi abu-abu yang dipakenya, sangat serasi dengan kulitanya yang sawo matang. Rambutnya aga kriting ikal menyesuaikan dengan bentuk wajah yang tidak begitu asing bagiku. ya orang ini kayanya sering aku lihat tapi dimana yah? Tanya aku dalam hati, sambil mengingat-ngingat.
Pak Wan ! ini teman saya yang siap mengajar di sini. Sahut temanku ke kepala sekolahnya sambil mengenalkanku. Assalamu’alaikum pak! Saya Ruyat pak. Aku ucapkan salam sambil mengenalkan namaku. Walkikumsalam warohmatullahi wabaraktuh. Jawab dia sambil mengangkat badan dari kursinya. Oh.. iyah saya Pak Wawan, silahkan pak Ruyat. Sambut dia sambil mengenalkan nama dan mempersilahkanku duduk di sebuah kursi yang posisinya langsung berhadapan dengan dia Di situlah aku mulai berbincang-bincang seolah-olah aku diwawancarai dengan berbagai pertanyaan yang semuanya terkait dengan kesiapanku untuk bekerja mengajar di sekolah ini. Sambil aku mengingat-ngingat orang ini yang sangat tidak asing di mataku. Oh iyah.. terbesat dalam ingatanku.. dia kan sering ketemu di jalan Pupan setiap pagi. Iyah..iyah... aku ingat. Dia selalu aku temui ketika turun di angkot di jalan pupan dan aku melihatnya sambil menunggu angkot karena mau pergi kuliah.
Jadi gimana pak Ruyat, .. siap dan setuju yah dengan aturan yang saya jelaskan? Tanya dia akan kesiapan dan persetujuanku. Oh iyah... insya Allah saya siap dan setuju pak. Jawabku dengan rasa meyakinkan kepala sekolah yang bernama Wawan itu. Ternyata dia orang sunda Banten. Karena waktu wawancara tadi terkadang suka bertanya dengan bahasa sunda. Ya aku pikir dia sudah tahu aku orang sunda juga karena temannya pak Yun Yun. Baik pak Ruyat kalau begitu, hari senin besok sudah bisa masuk yah! Karena pembelajaran semester kedua ini sudah berjalan satu minggu, dan kebutuhan guru Al-Qur’an sangat mendesak. Sahut kepala sekolah yang pernah mengajar di Madrsah Pembangunan UIN ini. Baik, siap pak, saya akan mulai datang megajar hari senin besok. Sekarang saya mohon izin mau pamit dulu. Permisi pak... Assalamu’alaikum? Izin aku sambil mengakat badanku berdiri menjabat tangan . Baik pak Ruyat, sampai jumpa di hari senin yah. Sambut kepala sekolah yang bernama wawan Munjiani ini, sambil tersenyum menjabat tanganku bersalaman.
Akhirnya akupun meninggalkan ruangan kepala sekolah dan menuju ke pintu dan langsung pegangan pintu yang berwana keeamsan itu megang erat-erat dan sedikt mengeluarkan tenaga, terasa pintu itu aga berat, karena dipasang engsel besi dab berlapis tralis. Wesshhh... tenyata diluar cuaca sangat panas, apalagi stelah merasa dinginnya AC di ruangan kepala sekolah itu, badan terasa terhiuk api. Tas selempang yang aku tenteng dari dalam ruanganpun, aku selendangkan ke bahuku. Karena terasa nyaman dan mudah untuk bergerak jalan cepat. Yat ...! Gimana sudah ngobrolnya? Ugghh...kaget perasaanku ketika ada yang manggil dari belakang. Ternyata temanku Yun Yun. Oh ..kaget. iyah udah Yun, jawab aku dengan yakin dan sedikit membuat dia merasa yakin, bahwa aku memang berminat untuk bekerja mengajar di sekolahnya. Oke...lah entar ngobrol lagi di kosan yah. Lanjut Yunyun sambil nepuk bahuku pelan, terasa dalam hatii, ternyata temanku sekamuung ini sangat peduli. Oke .. ana pulang duluan yah, kalau gitu? Sahutku.
Aku pun di pulang langsung ke kosan. Kebetulan hari itu, aku tidak punya agenda kemana-mana. Apalagi ke kampus, Perkuliahan sudah selesai. Kalau ke Pepustakaan juga hampir sudah tutup, karena ini adalah hari jumat, apalagi perpustakaan Iman Jama Pasar Jumat yang dekat dengan kosanku. Ya udah deh... pulang aja, hatiku berkata, sambil membelokkan badan ke arash kiri pintu gerbang sekolah dan langsung berjalan agak cepat. Tadinya aku fikir akan ketemu sama securiity lagi yang tadi memandu ke ruangan kantor sekolah. Eh,,ternyata tidak ketemu lagi. Mungkin aku fikir dia sudah menuju ke Masjid untuk melaksanakan salat jumat. Aku pun tidak terasa, jalan kakiku ternyata sudah mau hampir sampai ke kosanku. Alhammdulillah akhirnya sampai. Akupun membuka tasku yang sudah aku tarik dari bahuku, untuk mengambil kunci kosan. Cklek, cklek... pintupun terbuka. Akunpun masuk dengan tas yang dijingjing. Tasnya ku taro disamping kasur tempat tidurku. Lalu ku ambil handukku yang tergantung dijemuran luar belakang. Sambil mengeringkan dulu keringat yang masih membasahi badanku, akupun sedikit mengingat kembali kejadian tadi disekolah beretmau dengan kepala madrasah yang mewawancaraiku ternyata orangnya itu, yang aku sering ketemu di depan jalan pupan. Oh itu namanya pak wawan yang sering diobrolin sama temanku Yunyun.
“Oh... masya Allah... tidak terasa, jam sudah menujukan pukul 11.30” setelah ku tengok jam dinding di atas kasurku. akupun segera mandi untuk persiapan salat jumat. Bismilllahirrahmanirrahim...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pertemuan yang berkesan...
terimakasih bu atas Follownya, mudah2an bisa istiqomah
Keren pakk...
terimakasih bu atas Follownya, mudah2an bisa istiqomah