Saeful Hadi

PROFILE PENULIS Laki-laki bernama lengkap Saeful Hadi, S.Sos. ini lahir di Tasikmalaya pa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ketika Logika Nafsu Hancurkan Mahligai
Ketika Logika Nafsu Hancurkan Mahligai

Ketika Logika Nafsu Hancurkan Mahligai

Ketika Logika Nafsu Hancurkan Mahligai

Saeful Hadi

Kartijo sudah bulat dengan keputusannya untuk menikahi Lasiti. Kedekatan keduanya sudah terjalin sejak bulan kedua bekerja di sebuah perusahaan di sebuah kota. Kebetulan mereka masih berasal dari satu kabupaten. Nyaris sudah tiga tahun mereka pacaran dan penuh dengan romantisme, apalagi kedua orang tua mereka menyetujui hubungan keduanya.

Setelah Kartijo mampu mengumpulkan uang dalam tabungannya untuk membuka usaha mandiri, dia memilih mundur dari perusahaan dan Kartijo pun mulai merintis bisnis kuliner. Potensi dalam keahlian mengolah makanan, dia salurkan dengan membuka usaha cilok goang dengan rasanya yang khas. Hal tersebut juga didukung oleh sang kekasih, yang saat Kartijo resign dari tempatnya bekerja, Lasiti masih bekerja di perusahaan tempat mereka bertemu dan menjalin ikatan cinta. Tak jarang dalam berbagai kesempatan selama Kartijo ada waktu luang, laki-laki yang sudah berkepala tiga tersebut sering mengantar atau menjemput pulang kerja Lasiti.

Perkembangan usaha kulinernya lama kelamaan meningkat dan banyak konsumen yang jatuh hati dengan makanan khas yang disajikan warung milik Kartijo. Setiap dibuka warungnya, para penikmat kuliner nyaris selalu antri untuk membeli makanan tradisional tersebut. Tidak jarang, Lasiti pun saat pulang bekerja ikut membantu di warung milik Kartijo.

Kondisi yang sudah mapan, akhirnya banyak saudara dan teman-temannya menganjurkan agar Kartijo segera menikahi Lasiti. Orang tua keduanya pun demikian, berharap mereka segera membina rumah tangga. Perkembangan usaha yang semakin meningkat, tentu lebih mudah dalam mengelola jika mereka menikah. Namun Kartijo selalu berdalih belum siap, sementara Lasiti masih ingin menikmati masa muda dengan sepuas mungkin memaksimalkan potensi keterampilannya di tempat kerja.

Nyaris beriringan kemajuan usaha Kartijo, begitu pula disertai karir yang bagus dari Lasiti. Akibatnya lama kelamaan mereka menjadi jarang berinteraksi dan komunikasi secara langsung. Namun mereka sepakat untuk menjaga kesetiaan dan yakin pada akhirnya mereka akan sampai pada mahligai indah cinta mereka.

Adanya gawai dan media sosial selalu menjadi andalan dan kebutuhan bagi Kartijo dan Lasiti dalam berkomunikasi walaupun jarang. Orang tua kedua belah pihak sudah sering mengingatkan agar mereka berdua segera menikah dan membina rumah tangga. Namun jawabannya selalu sama, keduanya belum siap dan ingin menikmati semua proses perkembangan karir dan bisnis mereka berdua.

Lasiti karena kinerjanya bagus akhirnya mendapatkan promosi jabatan menjadi manajer divisi. Tentu saja karir tersebut membuatnya semakin sibuk dan harus mengawasi banyak sekali anak buahnya yang nyaris berjumlah ratusan. Sistem kerja pun semakin terfokus dan nyaris jarang berkomunikasi dengan pihak luar, selain dengan lingkungan manajemen perusahaan. Tak jarang chat dari Kartijo selalu telat dia balas atau sambungan telepon jarang dia jawab secara cepat, karena situasi kerja harus fokus. Pendapatan Lasiti pun semakin meningkat dan hidup semakin mapan, sehingga dia tampak berpenampilan lebih dari biasanya.

Sementara itu, usaha kuliner cilok goang milik Kartijo pun pula semakin berkembang dan mampu melebarkan sayap dengan membuka oulet di daerah lain, selain yang dekat rumahnya. Memantau unit-unit usaha yang semakin berkembang tentu saja dibutuhkan energi dan fokus, akhirnya Kartijo pun menjadi jarang berkomunikasi dengan Lasiti. Hal tersebut membuat orang tua Kartijo bukan hanya senang dengan perkembangan usaha anaknya, namun pula merasa khawatir karena belum ada tanda-tanda anaknya akan segera menikahi kekasihnya, Lasiti.

“Jo, tolonglah jangan membuat khawatir kami, hubunganmu dengan Neng Lasiti sudah lebih dari empat tahun, belum juga ada tanda-tanda kami mendatangi rumah keluarganya untuk memastikan kalian menikah! Segeralah, Ibu dan bapakmu khawatir!” Sang ibu mencoba mengingatkan Kartijo. Sang ayah pun mengiyakan perkataan ibunya.

“Tenang saja, Bu! Kami sudah saling sepakat, bahwa pasti nanti ada saatnya untuk ke pelaminan, doakan saja, ya Bu, Pak!” Kartijo tetap merasa yakin bahwa pada akhirnya mereka berdua akan menikah.

“Ya udah, terserah kalian, kami orang tua hanya mengingatkan! Hati-hati saja, tidak baik menunda-nunda urusan berumah tangga, jika kalian secara usia dan keadaan ekonomi sudah layak!” Sang ayah pun ikut mengingatkan. Namun hanya dibalas oleh Kartijo dengan senyuman sambil kembali ke lahan bisnisnya yang saat itu sedang ramai-ramainya.

Akhirnya waktu pun tiba ketika ada kesempatan pertemuan keluarga Kartijo dengan keluarga Lasiti untuk merencanakan pernikahan. Mereka pun bersepakat pernikahan akan dilaksanakan dua bulan ke depan. Segala hal kemudian dipersiapkan oleh kedua belah pihak termasuk membuat surat undangan. Kedua keluarga pun sudah memesan berbagai macam kebutuhan pernikahan yang resepsinya akan dilaksanakan di rumah Lasiti.

Kurang lebih dua minggu menjelang pernikahan dan segala hal sudah dipersiapkan termasuk rencana menyebarkan undangan, entah mengapa tiba-tiba ada hal yang tidak nyaman dalam hati Kartijo. Hal tersebut terutama ketika ada kesempatan Kartijo mau berkunjung ke rumah Lasiti karena ada hal yang ingin didiskusikan menjelang lima hari pernikahan mereka, namun oleh sang kekasih ditolak karena ada kepentingan yang tidak bisa diganggu. Walaupun bisa menerima dan maklum karena hal tersebut biasa sejak Lasiti mendapatkan karir yang tinggi di perusahaannya, namun untuk kali ini ada perasaan yang tidak nyaman dalam diri Kartijo.

Kartijo pun segera berangkat menuju rumah Lasiti sore itu saat cuaca terlihat agak mendung. Sementara urusan bisnisnya, dia serahkan sementara pengawasannya kepada sang keponakan yang memang bekerja di unit usaha miliknya. Saat di perjalanan, perasaan Kartijo semakin berkecamuk dan merasakan kekhawatiran yang luar biasa.

Setibanya beberapa puluh meter menjelang sampai di rumah Lasiti, tiba-tiba dia melihat sang kekasih keluar rumah dan berboncengan dengan seorang laki-laki. Kartijo cukup heran karena sepengetahuan dia, tidak ada laki-laki di keluarga calon isterinya tersebut, kecuali ayahnya. Kondisi ayahnya yang tidak bisa membawa kendaraan roda dua, membuat hati Kartijo berdegup kencang. Lebih merasa tidak karuan perasaan hati Kartijo ketika pegangan tangan Lasiti begitu sangat erat terhadap sosok laki-laki yang mengemudikan kendaraan dan membonceng calon isterinya tersebut.

Kartijo dari kejauhan membuntuti terus kemana arah pergi Lasiti dan betapa kagetnya ketika calon isterinya tersebut dibawa ke sebuah hotel yang berjarak hanya beberapa kilometer dari rumah calon isterinya tersebut. Dia pun menghentikan kendaraannya dan segera kembali ke rumah Lasiti. Kartijo kemudian meminta izin keluarga calon mertua dan mengajak agar mengikutinya dengan dibantu saudaranya bersama-sama untuk menuju hotel yang menjadi tempat tujuan Lasiti bersama sosok laki-laki yang mengajaknya pergi.

Dibantu salah seorang aparat dan juga disaksikan kedua orang tua Lasiti, petugas hotel setelah diajak berunding untuk melakukan tindakan kemudian membuka pintu kamar dan…

Ternyata di dalam kamar terlihat pemandangan tidak pantas antara Lasiti dengan sesosok laki-laki yang kini terlihat jelas wajahnya. Betapa hancur hati Kartijo melihat kenyataan bahwa calon isterinya tega selingkuh saat menjelang hari pernikahannnya yang sudah sangat dekat. Begitu pula orang tua Lasiti tampak malu dan marah melihat kelakuan puterinya. Sang ibu pun pingsan dan harus dibawa keluar kamar.

“Berapa lama kau melakukan tindakan memalukan ini, Siti? Kau benar-benar telah menghancurkan martabat keluarga kita! Ya Allah, tega kau Siti mempermalukan ayahmu!” Sang ayah tak kuasa menahan amarah. Beruntung ketua RT dan petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang hadir menahan tindakan ayah Lasiti yang tadinya mau menampar puterinya.

Sambil terisak dan terbata-bata, Lasiti pun mengatakan kalau hubungan itu dilakukan dalam hitungan tiga hari ke belakang. Kartijo yang terduduk di sudut kamar dalam kepedihan yang mendalam hanya bisa geleng-geleng kepala. Ternyata firasat hatinya benar, ada sebuah peristiwa yang akan terjadi. Dan itu sangat pahit bagi hidupnya.

“Bagaimana kalian bisa berkenalan dan menjalin hubungan?” Ketua RT bertanya kepada laki-laki selingkuhan Lasiti dengan mimik wajah geram.

“Di media sosial!” Lirih laki-laki selingkuhan Lasiti menjawab dalam suasana ketakutan.

“Tobaattt! Astagfirullah! Dimana warasnya kalian, ketika nafsu membuat nalar logika berpikir kalian terserat! Astagfirullah, kalian benar-benar parah..duuuhh! Sabar Kartijo! Allah sudah menunjukkan kau selamat menjelang pernikahanmu dibukakan sebuah fakta seperti ini, Allah lebih tahu yang terbaik! Seberat apapun kenyataan, Allah sayang sama kamu, dan membuka semuanya! Sabar ya Nak saleh! Insyaallah kau akan menemukan jodoh yang lebih baik dan setia!” Ucapan Ketua RT sambil wajah memperlihatkan mimik tidak percaya mencoba menenangkan Kartijo dan membesarkan hati pemuda tersebut. Sementara ayah Lasiti kemudian bersimpuh di hadapan Kartijo dan dalam linangan air mata meminta maaf atas kelakuan puterinya.

“Maafkan saya juga, Pak! Allah juga mungkin menegur saya kenapa melama-lamakan proses pernikahan dulu! Maafkan saya, Pak! Dan detik ini, saya batalkan pernikahan dan menyerahkan kembali Lasiti ke bapak!” Kartijo dengan sekuat tenaga menahan pilu menanggapi permohonan maaf ayah Lasiti dan menyerahkan calon isterinya tersebut kembali kepada ayahnya dengan membatalkan rencana pernikahan.

Entah mengapa senja itu demikian berkabut dan tidak lagi menampakan warna warni yang indah. Sepertinya semesta ikut merasakan kegetiran suasana hati seorang pemuda yang harus kandas kisah cintanya. Di bukit tandus dekat rumah Kartijo tampak mengepul asap dari sebuah tungku perapian yang terlihat ada tumpukan beberapa surat undangan yang mulai hangus dibakar api. Kartijo luruh dalam kepiluan di depan ceceran surat undangan yang mulai menjadi abu dibakar api yang menyala dan menjadi saksi ketika logika nafsu menghancurkan semua mahligai harapan indahnya.

*TAMAT*

Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, 2 Juni 2023

Inspirasi dari sebuah kisah nyata

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post