Saeful Hadi

Kecelakaan tidak bisa dihindari. Ferjuno harus terjatuh dari kendaraan roda duanya akibat menghindari tabrakan. Saat itu sangat ramai orang yang berbelanja kurma di sebuah pasar. Beruntung kondisinya tidak terlalu parah. Sementara azan Magrib sudah terdengar, dan tiba-tiba ada sosok perempuan yang menawari Ferjuno air minum dan segenggam kurma untuk berbuka puasa. Ferjuno berterima kasih dan selanjutnya pulang dengan sedikit menahan rasa sakit.

Ferjuno cukup terganggu dengan permintaan ibunya agar segera menikah. Usia menjelang kepala tiga, sarjana dan sudah punya pekerjaan, tetapi belum ada tanda-tanda punya calon pasangan hidup. Harapan sang ibu bulan Syawal depan dia sudah punya menantu dari anak pertamanya tersebut. Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya ada yang mengajak berbesanan dari teman dekat almarhum ayahnya Ferjuno. Ferjuno pun akhirnya ikhlas menerima keputusan sang ibu.

Ferjuno segera mempersiapkan diri. Dia tidak ingin ibunya kecewa, apalagi sang ayah sudah lima tahun lalu meninggal dunia. Kesedihannya karena sang ayah tidak bisa menyaksikan dia wisuda dan menikah berharap luruh. Hari lamaran pun tiba dan Ferjuno bersama sang ibu ditemani kedua adiknya mengunjungi rumah sang perempuan. Setelah prosesi awal selesai dan tiba saatnya calon mempelai perempuan keluar dari kamar, seketika Ferjuno terkejut dan berkata, “Bukankah Teteh yang memberi segenggam kurma saat saya kecelakaan di pasar?” Senyum manis sang perempuan memberi sebuah jawaban indah.

Langensari, Kota Banjar, 13 Maret 2024

Ngabuburit setelah datang dari Tasik