SOSIOLOGI BICARA KEBUDAYAAN (BAGIAN I)
SOSIOLOGI BICARA KEBUDAYAAN (BAGIAN I)
TANTANGAN MENULIS HARI KE-15
#TantanganGurusiana
Adakah diantara Anda yang membaca tulisan ini tidak mengenal kata “budaya” atau “kebudayaan”? Pasti Anda minimal mengenal kata tersebut. Pakar-pakar ilmu sosial pula termasuk sosiologi pasti akan “melirik” budaya ini dalam analisisnya yang berkaitan dengan perilaku manusia dan kehidupan masyarakat. Sosiolog Soerjono Soekanto (dalam Soekanto dan Sulistyowati, 2014) menyampaikan bahwa orang tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang melihat, mempergunakan dan bahkan kadang-kadang merusak kebudayaan. Lalu mengapa sosiologi juga belajar tentang kebudayaan?
Salah satu objek kajian utama sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat seperti penjelasan awal-awal tulisan-tulisan tentang sosiologi ini disebutkan adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Oleh karena itu, menurut Soerjono Soekanto (dalam Soekanto dan Sulistyowati, 2014) menyampaikan bahwa tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dua antropolog terkemuka, Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski (dalam Soekanto dan Sulistyowati, 2014) menyebutkan bahwa hampir segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut (Cultural Determinism). Kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus, walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. Lalu apa yang dimaksud kebudayaan? Mengapa begitu penting dalam masyarakat?
Seorang antropolog E.B. Taylor (dalam Soekanto dan Sulistyowati, 2014) menyebutkan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Pengertian tersebut memberikan gambaran luas dan kompleksnya cakupan yang termasuk kebudayaan dan yakin ada beberapa diantaranya anda pernah melihat, menyimak, mengalami bahkan mungkin melanggar apa yang termasuk dalam pengertian tentang kebudayaan. Misalnya siapa yang tidak pernah melihat pegelaran wayang? Siapa yang tidak pernah melihat kebiasaan ibu-ibu di kampung kegiatan pengajian? Siapa yang sama sekali belum pernah melihat atau menonton upacara adat perkawinan?
Menurut Bapak Sosiologi Indonesia Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1974) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh masyarakat untuk mengusai alam sekitarnya, agar kekuatannya serta hasilnya dapat diabadikan pada keperluan masyarakat. Misalnya alat-alat pertanian, alat-alat kelautan dan semacamnya. Rasa yang mewujudkan segala norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur kehidupan dalam arti luas, misalnya agama, ideologi, kesenian, dan semacamnya. Sedangkan cipta adalah merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-orang yang hidup bermasyarakat misalnya filsafat dan beberapa ilmu pengetahuan yang akhirnya berwujud karya dan diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh masyarakat.
Penjelasan di atas diperkuat oleh antropolog terkenal Indonesia, Koentjaraningrat (2015) bahwa kebudayaan terdiri dari tiga wujud, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud ini yang memberi jiwa dalam kehidupan masyarakat. Adat atau adat istiadat dalam bentuk jamak merupakan wujud ideal dari hal ini. Misalnya makna-makna simbolik yang terdapat dalam rangkaian upacara adat pada pernikahan Etnis Sunda.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Ini yang disebut dengan sistem sosial, yaitu tindakan berpola dari manusia itu sendiri yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Hal ini bersifat konkret dan terjadi di sekeliling kita sehari-hari, misalnya bagaimana adab sopan santun anak dengan orang tua, guru dengan murid, transaksi pedagang dengan pembeli, atau rutinitas kegiatan warga dalam mempererat kebersamaan.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Disebut dengan istilah kebudayaan fisik karena keseluruhan hasil fisik dan aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, berupa benda-benda atau hal-hal yang bisa dipegang, diraba, dilihat dan difoto. Misalnya andong, becak, cangkul, sampai alat-alat modern seperti komputer, pesawat terbang dan lain-lain.
Nah sekarang hampir bisa dipastikan gambaran penjelasan konseptual di atas pernah Anda temui dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Koentjaraningrat (2015) ketiga wujud di atas tidak bisa dipisahkan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Yang perlu menjadi perhatian adalah apakah kebudayaan yang berkembang di lingkungan Anda merupakan warisan nenek moyang yang bertahan lama atau kebudayaan baru? Mengapa kebudayaan lama yang bertahan? Apakah bermanfaat bagi Anda ataupula justru Anda sudah meninggalkan kebudayaan tersebut dan kini dihadapan atau yang dikerjakan Anda adalah kebudayaan baru dan sudah meninggalkan kebudayaan lama? Menarik bukan? Nantikan episode kedua berikutnya tentang kebudayaan ini! Terus belajar sosiologi agar hidup Anda lebih bermakna!
Salam sosiologi ! Salam literasi !
Ruang Literasi Pribadi, Langensari, 29 Januari 2020
Saat gelisah dengan hujan angin yang menakutkan dan aliran listrik mati!
Saeful Hadi, S.Sos.
Member MediaGuru No. 20190808-000037
Sumber Referensi :
Koentjraningrat. 2015, Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi, Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono dan Sulistyowati, Budi. 2014, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaeman.1974, Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap artikelnya. Penuh dan sarat ilmu Makasih pak ilmunya
Alhamdulillah... Samasama Bu, semoga berkenan!!