EEP SAEPUL HAYAT

GPAI di SMPN EKOLOGI KAHURIPAN PAJAJARAN Kabupaten Purwakarta. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Yayasan Ulil Albab, Ketua MGMP PAI SMP Kabupaten Purwakarta, ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kelas di Dalam Jam Dinding
Kelas di Dalam Jam Dinding” bukan sekadar cerita aneh tentang siswa yang terjebak waktu. Ini tentang kita—yang sering lupa bahwa belajar bukan soal mengejar waktu, tapi menghidupi setiap detiknya. Masih sering nanya: “Jam berapa pulang?” Mungkin saatnya kamu baca cerita ini sampai akhir…

Kelas di Dalam Jam Dinding

Setiap hari pukul 06.30 pagi, bel sekolah berbunyi. Tapi sejak hari Senin kemarin, sesuatu yang aneh terjadi. Seluruh murid dan guru SMP Cahaya Bangsa mendadak terhisap masuk ke dalam jam dinding besar yang tergantung di ruang guru. Mereka tidak berteriak. Mereka hanya... menyusut seperti pasir yang disedot lubang kecil, lalu hilang.

“Di dalam jam dinding, sekolah tetap berjalan—tapi waktu tidak.”

Hari Senin berlangsung selama tiga tahun. Para murid terus belajar, tapi tidak pernah bisa pulang. Setiap kali jam menunjukkan pukul 07.01, jarumnya bergetar lalu kembali ke pukul 07.00. Guru-guru panik, tapi tetap mengajar, karena “mengajar adalah tugas suci,” kata kepala sekolah sambil membuat kopi yang tak pernah habis.

Di kelas 8C, siswa bernama Lino mulai curiga, “Apa ini hukuman karena kita sering pura-pura sakit pas pelajaran?” Temannya, Dini, menjawab, “Mungkin ini ujian akhirat dalam bentuk eksperimental.”

Tahun keempat di dalam hari Senin, para siswa mulai kehilangan kemampuan dasar: lupa cara tidur, lupa nama ibu mereka, bahkan lupa cita-cita.

Namun Lino menemukan sesuatu aneh. Ia melihat tulisan kecil di balik jarum detik:

"Untuk keluar dari waktu, berhentilah menghitungnya." Lino pun melakukan hal yang tak pernah dilakukan siswa di jam pelajaran: ia berhenti memperhatikan jam.

Dia mengajak teman-temannya duduk diam, menikmati pelajaran tanpa bertanya “Jam berapa sekarang?”, “Masih lama nggak?”, atau “Kapan istirahat?”

Dan tiba-tiba… Mereka semua keluar dari jam dinding, kembali ke dunia nyata. Sekolah berjalan seperti biasa. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi—kecuali mereka yang sekarang menghargai waktu, bukan karena takut terlambat, tapi karena akhirnya tahu bahwa waktu bukan untuk dikejar, tapi untuk diisi.

Di ruang guru, jam dinding itu masih tergantung. Jarumnya bergerak pelan. Di balik kacanya, sesekali, terlihat bayangan seseorang sedang menghapus papan tulis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post