Safiroh

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Jump Rope, It’s Fun!

Jump Rope, It’s Fun!

Melihat keceriaan anak sejak masuk gerbang sekolah adalah sebuah keindahan. Mempertahankan keceriaan itu hingga mengantar mereka pulang adalah sebuah tantangan. Suasana hati bahagia sangat mendukung kesiapan anak belajar. Bila mereka senang, mengikuti kegiatan apapun akan berkesan. Kesan itulah yang terukir dalam sanubari.

Selasa, di pagi yang cerah itu, telah kusiapkan tali karet gelang. “Siapa yang mau ikut main?” tawaranku pada sekumpulan anak yang baru datang. Tanpa suatu instruksi, barisan kereta yang terdiri dari lima anak mengikutiku. “Kereta apiku laju dengan cepat, bla bla bla….” nyanyian riang diselingi celoteh dan tawa terus mengalun.

“Ayo mulai!” Kuikatkan ujung tali karet pada sebuah tiang. Sedang ujung satunya kupegang. Kuaawali dari 15cm. “Ayo anak-anak, lompat ya!” Satu per satu melompat dengan riang. Setelah melompat, barisan pun terbentuk di arah seberang. “Ayo sayang, pasti bisa!” kuberi semangat Wiwi yang tampak ragu-ragu. “Ayo berikutnya!” Dengan semangat Fani start agak jauh. “Ups! Kakinya terjerat karet dan jatuh. “Aduh sakit.” Kubantu berdiri, merapikan bajunya sambil memastikan kondisinya. ”Ayo, Fani hebat. Nggak papa kan? Ia pun menuju antrian dan kembali bermain. Sesekali kuminta seorang anak untuk menggantikanku memegang tali. Sembari aku menjadi model, memotivasi anak-anak yang baru mengenal atau mencoba permainan ini pertama kali.

Kuperhatikan dengan seksama. Ada yang sudah sangat PD, ada yang masih takut tapi mau mencoba, ada yang harus ditemani, dan adapula yang kustimulasi dengan mengangkat badannya. Asal jangan yang gendut banget aja. Selanjutnya, ada yang langsung lari dan berhasil melompat, ada yang larinya cepat, kemudian berhenti di depan karet, lalu melangkah, adapula yang lewat sambil berjalan saja. It’s okey. Lucu, dan so pasti seru!

Betul! Untuk melakukan suatu lompatan dengan ketinggian tertentu dibutuhkan keberanian. Emosi berperan untuk membuat suatu keputusan besar. Lompat atau tidak? Saat bermain pun, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa dan bergerak.

Variasi lompat dengan ketinggian samapun tetap dinikmati anak-anak. Melompat dengan satu kaki, melompat dengan dua kaki, melompat sendiri, berdua, bertiga, atau bahkan lebih. Ragam ekspresi menyatu dalam kebersamaan. Aku bahagia, melihat keceriaan mereka.

Ya begitulah, permainan berlangsung bergiliran. Anak-anakpun semakin ramai. Hingga setelah anak yang terakhir melompat, lalu keberi tantangan. Siapa mau coba lebih tinggi?

Tentu berbeda bila memainkannya dengan anak sebaya SD. Seperti aku dulu. Jadi teringat masa kecilku. Dulu tubuh mungilku ini terbilang jago lompat tali. Permainan ini tergolong favorit di sekolah. Saat bel istirahat berbunyi, sontak, semua berhamburan ke halaman. Hamparan rumput yang empuk menjadi alas bermain yang aman.

Aku bermain tanpa mengenal kelas. Saat aku masih kelas empat pun, bermain dengan kaka-kakak kelas, enjoy saja. Bahkan ketika aku bisa melompat lebih lincah dari mereka, ada rasa bangga dan kepuasan bersatu. Woow, amazing, aku bisa! Dimulai dari setinggi lutut, pinggang, dada, telinga, kepala, sejengkal di atas kepala, dua jengkal, dan terakhir sehasta pemegang tali. Nah posisi itulah disebut dengan ‘merdeka’. Karenanya di daerah tertentu, permainan ini disebut juga “Tali Merdeka”

Teringat pula, ada yang nyorakin atau tepuk tangan saat berhasil melewati rintangan demi rintangan. Tentu aku makin PD. Kalau teringat itu, terbetik dalam benakku, bahwa lompat tali juga bisa meningkatkan percaya diri anak. Manfaat lainnya juga banyak. Buat teman-teman yang mau mengukur peningkatan PD anak dari jumping rope ini , bisa dibuat PTK tuh! Hayuk!

Wah, ternyata jadi seru juga nulisnya. WA grup wali murid juga ramai. Mama Aira komen, “Senangnya dengar cerita Aira hari ini, main lompat tali ya, Bu, tadi. Aira minta dibelikan karet segala nih Bu.”

Tak berakhir pada keasyikan bermain lompat tali, kegiatan menganyam karet pun menarik perhatian mereka. Kuperlihatkan bagaimana karet-karet gelang itu dianyam. Agar kuat, kuambil masing-masing dua karet. Satu juga bisa sih. Cara menganyamnya dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga memanjang sekitar 3-4 meter. Karet mudah didapat dan murah. Menghibur dan menyehatkan.

Ayo main!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Beruntung anak-anak punya bu guru Safiroh.

16 May
Balas

Satu dari sekian pengalaman serunya main di sekolah alam ya, Pak. Share dong.

16 May
Balas

Betul, Bu. Bagi mereka bisa jadi sesuatu yang fun banget.

02 Jul
Balas

Mbayangin senyum mereka saat berhasil melompat... sangat membahagiakan ya bu... kebahagiaan yang bermakna..

02 Jul
Balas



search

New Post