Safrida Lubis

Seorang yang belajar dari membaca dan mendengarkan...

Selengkapnya
Navigasi Web

Badai saat Arafah 2018 menjadi renungan

Puncak haji adalah saat di Arafah. Seluruh jamaah berangkat keluar dari hotel masing-masing untuk di antar pada suatu padang gurun yang kini telah dilengkapi tenda dan berdiam sesaat disana.

Waktu wukuf di Arafah adalah tergelincir matahari hingga terbenamnya, bahkan ada juga ustad yang menerangkan dari kitab hingga tengah malam, di kala itulah seluruh jamaah membenamkan diri dalam doa untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena seyogyanya Arafah adalah sebuah penantian layaknya Padang Mahsyar tempat berkumpulnya seluruh manusia sebelum kembali berangkat melanjutkan perjalanan.

Tidak diperlukan pangkat dan jabatan disini, status sosial menjadi evose, titik nol, harta, anak keluarga telah engkau tinggalkan, dan kini para jamaah pun dalam keadaan berihram.

Setelah menghabiskan waktu wukuf di Arafah, maka para jamaah akan meninggalkan tempat itu dan bertolak ke Muzdalifah melalui jalur bus, dan berangkat sesuai nomor urut maktab masing-masing.

Ingatlah!

Arafah, merupakan perjalanan yang panjang, jadi jangan terlalu membawa barang yang banyak. Karena seyogyanya dirimu akan kembali....

Setelah para jamaah diantarkan pada sebuah lapangan yang memiliki pintu masuk, maka berjalanlah jamaah itu menuju pintu keluar diseberang lapangan itu. Kini tugasnya adalah mengutip batu kerikil untuk dijadikan senjata dalam melontar jamrah esok hari. Ambillah batu secukupnya dan simpan dia ditempat aman, karena besok kau pasti membutuhkannya untuk sebuah kesempurnaan.

Di Padang inipun para jamaah tidak lama. Tenggang waktu yang ada hanya menunggu sampai lewat pukul 12 malam, selanjutnya jamaah bergerak kembali sesuai nomor antrian maktab untuk naik bus menuju Mina.

Jadi, kalau sehabis maghrib dari Arafah, hanya kurang lebih 30 menit sampai di Muzdalifah. Jauh? Tidak. Tapi karena jutaan manusia berkumpul disana, maka padang yang biasanya tak ada orang itu, kini penuh dan padat. Sebagian jamaah dari negara asing dan lokal lebih memilih berjalan kaki dan mereka memenuhi badan jalan. Setelah itu, tiba di Muzdalifah saat waktu Isya, waktunya istirahat saat menunggu lewat jam 12 malam. Inilah masa yang hanya beralaskan bumi dan beratapkan bintang ditambah lagi mereka sedang berihram, banyak larangan yang harus dijaga.

Jadi, jika Allah mencoba para jamaah dengan angin badai dan cuaca yang ekstrem, semoga saja seluruh jamaah mempunyai kekuatan lebih, karena, perjalanan ini bukan terkhusus bagi jamaah yang sehat, bagi yang sakit sekalipun harus melalui rute ini, jika tidak, apalah gunanya telah sampai disana, pada musim haji pula!

Jika ingin berangkat ke Mina, maka jamaah harus bersabar dalam antrian panjang ratusan orang dalam barisan yang tertib. Tak boleh menyenggol orang lain, menyakiti, atau bahkan curang, bersabar yang banyak, karena diri jamaah sendiri kini yang menjadi timbangan akan semua sikapnya. Yang mengetahui sedikit banyak larangan yang sudah di langgar adalah diri jamaah sendiri dan disaksikan Allah.

Menanti dalam barisan dan kemudian bergerak kembali naik bus untuk di antarkan ke Mina. Tempat dengan tenda seadanya juga, tapi sedikit bagus dari tenda selama di Arafah.

Perjalanan Arafah, perjalanan yang mengatur kelabilan diri agar mencapai stabil.

Ditambah lagi dengan alam yang didesain Allah harus seperti ini tahun 2018, maka Allah adalah sebaik-baik pemilik rencana.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post