Safrida Lubis

Seorang yang belajar dari membaca dan mendengarkan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Sang Pendamping Haji Lansia #10

Kisah Sang Pendamping Haji Lansia #10

Pada kisah sebelumnya saya menuliskan satu kenangan bersama salah seorang panitia yang tiba-tiba mengalami stroke persis didepan kami semua para peserta manasik. Kini, saya akan melanjutkan...

10. Berusaha atau berserah diri!

“Bukan hal yang mudah menjaga larangan selama ihram. Dilarang memakai wangi-wangian, tidak boleh memotong kuku, memburu binatang, mencukur atau mencabut bulu, kawin/nikah, bercumbu, bertengkar dan beberapa larangan lainnya., Apabila melakukannya dengan sengaja maupun tidak, maka masing-masing dari larangan itu ada denda yang telah ditentukan.”

Penjelasan seorang Ustazah tentang materi ‘Manasik Haji Wanita’ tadi cukup menguras pikiran saya. Walau pada pertemuan minggu-minggu yang lalu para tutor telah menjelaskan sebagian besar tentang larangan selama ihram, tapi ini menyangkut masalah wanita, terutama bagi wanita yang masih mendapatkan haid. Sembari melajukan sepeda motor dengan pelan, omongan beberapa peserta manasik saat istirahat tadi terngiang kembali.

“Bagi wanita yang haid saat di Mekkah, apabila berangkat haji gelombang kedua, maka tetap mandi sunat ihram, memakai pakaian ihram dan berniat umrah untuk melaksanakan haji Tamattu’, tetapi tidak bisa mengerjakan shalat sunat,” kata seorang peserta manasik yang biasa saya panggil kakak karena usianya yang lebih tua dan satu pengajian dengan saya setiap selasa sore di salah satu Dayah. “Jadi otomatis tidak bisa melaksanakan tawaf. Nah, dalam keadaan seperti itu pakaian ihram tetap dijaga, karena pantangan ihram masih berlaku, makanya berada di dalam kamar aja sampai masa haid berakhir,” jelasnya lagi kepada temannya di sebelah kanan mengulangi apa yang telah dijelaskan oleh Ustazah.

Saya yang tepat berada di belakang tempat duduk mereka menyimak sambil menikmati kue.

“Alhamdulillah sudah setahun ini saya tidak dapat haid lagi, jadi tidak jadi masalah, tapi nggak tau juga ya! Tiba-tiba nanti ada datang lagi,” kata lawan bicaranya.

“Kalau saya masih ada, tapi nanti saya tunda dengan pil aja! Kita kan kesana—haji, mau beribadah, jadi bisa sempurna!” kata kakak tadi sambil menikmati kue, lalu memalingkan wajahnya pada saya. “Rencana adek apa?” tanyanya pada saya. “Bagusnya minum aja obat dek untuk tunda haidnya, atau suntik juga bisa!” sarannya memberikan pilihan.

“Ngh.. nggak tau kak! Nanti saya lihat dulu!” jawab saya sekenanya.

Ah… jadi berangkat apa tidak aja masih belum jelas, untuk apa dipikirin,’ saya membatin. ‘Tapi kalau jadi berangkat bagaimana? Apa yang harus saya lakukan? Minum obat atau suntik untuk menjaga agar tidak mendapat haid selama pelaksanaan haji?’

Terjadi perang pikiran di kepala saya. Memutuskan mana pilihan yang terbaik membuat saya teringat kembali cerita-cerita yang pernah saya dengar dari jamaah sepulangnya mereka dari haji. Ada dari mereka yang mengalami pendarahan serius dalam perjalanan pulang di pesawat sampai menuju asrama haji. Atau dari mereka yang mengalami sakit perut yang luar biasa karena kotoran selama haid tidak keluar. Saya bergidik mengingatnya. Merasakan sakit sebentar saat menjelang haid saja sudah membuat saya jungkir balik, itu dengan status haid yang selalu teratur, konon lagi untuk penundaan disengaja selama kurun waktu yang lama. Ah… Entahlah, Laa ilaaha illa anta subhaanaka innii kuntu minnaddhalimin. Doa nabi Yunus ‘alaihi salam saya ucapkan berulang kali. Karena saya teringat akan pesan dari seorang Tengku, “Jika doa itu diucapkan oleh siapa saja dalam keadaan kesulitan, niscaya Allah akan menghilangkan kesulitannya.”

***

Malam merayap menjemput gulita. Dua bintang bersanding dengan bulan dalam balutan cahaya matahari yang menampakkan sosoknya sebagai purnama. Duduk di teras depan rumah sambil menikmati desau angin menjadi pilihan dalam beberapa bulan ini. Mungkin karena perasaan yang tidak menentu sedang melanda, menjadikan saya mencintai aktivitas ini.

Waffa sudah dari tadi terlelap. Rasa lelah bermain pada sepanjang pagi dan siang menjemput dengan segera rasa kantuknya. Suami saya masih setia duduk di sajadahnya sambil melantunkan ayat-ayat Alquran dengan suara indah.

Setelah menatapi beberapa awan yang menghiasi langit malam, saya bergegas masuk. Mengambil buku catatan selama kegiatan manasik, sebuah kalender, sebuah pulpen, gunting dan selotip bening. Duduk di lantai sambil bersandar menjadikan saya segera hanyut dalam pekerjaan.

Suara lantunan ayat-ayat alquran yang dibacakan suami saya telah berganti dengan salawat. Dengan melangkah pelan, dia membuka lemari kaca menyimpan Alquran disana dan kemudian mendekati saya.

“Lagi buat apa dek?” tanya suami saya.

“Ngh..” jawab saya yang masih menggunting kalender meninggalkan bagian tanggalnya saja. “Ini, adek mau lihat jadwal nanti kalau berangkat haji bulan Agustus sama September!” jawab saya tanpa melirik.

Suami saya berlalu menuju kamar sambil melipat sajadah di tangannya.

“Abang! Kalau Idul Adha disini berarti yang ini hari Arafah kan?” tanya saya sambil melihat suami saya yang hampir menghilang dibalik pintu kamar.

Sambil berbalik kearah saya, suami saya sedikit membungkukkan badan, memperhatikan letak telunjuk kanan saya pada sebuah tanggal yang tertera di bulan September. “Iya!” jawabnya singkat dan kembali berlalu.

Berarti kalau haidnya belum putus di tanggal delapan Dzulhijjah ini, tetap mandi, berpakaian ihram dan berniat, tapi niatnya ihram untuk melaksanakan haji. Dan jangan lupa niat hajinya diubah, dari haji Tamattu’ menjadi haji Kiran, serta bersiap-siap untuk berangkat ke Arafah,’ Bisik pikiran saya mengulang-ulang penjelasan dari Ustazah tadi pagi. ‘Tapi, sama aja ya! Waktu Arafahnya tidak bisa memperbanyak shalat sunat. Ah… yang lebih parah lagi kalau pada saat jadwal untuk tawaf Ifadhah nanti masih dalam keadaan haidnya belum putus. Tawaf Ifadhah adalah salah satu rukun haji, kalau tinggal rukun haji, maka hajinya tidak sah. Ada sih cara lain! Nunggu sampai haidnya putus, tapi bisa-bisa ditinggal jamaah lain dan dititipkan pada kloter selanjutnya. Bagaimana ya! Mamak nanti pasti tidak suka dengan keadaan yang diluar rencana, apalagi tiba-tiba, pasti kecemasannya jadi naik.’

Kembali saya terpekur pada tanggal-tanggal yang tersusun rapi di kalender. Memperhatikan dua bulan, Agustus dan September tahun dua ribu enam belas yang telah saya sandingkan dengan bantuan selotip—menjadikan mudah dalam melihat urutan tanggal keduanya.

Sambil membuka buku catatan selama kegiatan manasik, lembar jadwal haid yang saya tulis atas saran dari dokter sebagai tutor pemberi materi ‘kesehatan dalam melaksanakan ibadah haji’ pada dua bulan yang lalu, menjadikan pandangan saya terpaku disana. ‘Jadwal haid yang sudah berlalu memiliki siklus mundur enam sampai delapan hari, jadi untuk bulan depan dan seterusnya saya harus melihat keadaan siklus ini, berubah atau tidak. Dengan demikian, mungkin saya bisa memprediksikan kedatangan haid bertepatan dengan musim haji,’ bisik hati saya dengan perasaan mantap. Saya telah memilih, bahwa akan berserah diri kepada Allah dalam hal mengambil keputusan seperti yang selama ini saya lakukan, termasuk tidak akan menunda sesuatu yang sudah lumrah pada hakikatnya terjadi.

Dengan membereskan seluruh benda yang menemani pekerjaan saya dan bersiap untuk beristirahat, berulang kali ayat kedelapan puluh dua dari surat Yaasiin menggema di hati, ‘Sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “jadilah!” maka terjadilah ia.’###

Terima kasih telah membaca : )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow asyik, dan tak ada yg kebih asyik dari kisah bertamu ke rumahNya

16 Aug
Balas



search

New Post