Saifi Yunianto

Pengabdi di SMPN 2 Rembang Kab. Pasuruan dan pencari Cahaya di atas cahaya-cahaya ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dari Pemikiran Sampai Pengamalan
MGMP: Semangat kolaborasi menggeser kompetisi perlahan. (dok.mgmp)

Dari Pemikiran Sampai Pengamalan

(Sehelai Ringkasan Pemimpin Pembelajaran)

Oleh: Saifi Yunianto (*

Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handyani. Pandangan Ki Hajar Dewantara (KHD) dengan filosofi Pratap Triloka tersebut jelas mempunyai pengaruh yang mendasar bagi murid-murid dan rekan-rekan sejawat, khususnya di lingkungan pembelajaran. Apalagi, sebagai pemimpin pembelajaran yang mempraktikkannya niscaya berdampak pada sekitarnya. Mengapa? Alasannya beragam.

Salah satunya yang paling sederhana adalah keterampilan meniru atau mengimitasi masing-masing pribadi menjadi modal dasar untuk dapat memfasilitasi diri menemukan potensinya. Dengan bekal tersebut, setidaknya dia dapat terinspirasi dan tergerak untuk bertindak apa yang dilihat, dirasa, dan diamati. Apalagi, tindakan tersebut berkaitan dengan apa yang disenangi. Tanpa menunggu kata lelah, dia dapat berbuat dan melakukannya sepenuh hati.

Hal tersebut tidak berlebihan, jika dia lantas melakukan apa yang dianut dan dipahami. Tanpa menunggu intstruksi pun, dia dapat menuntaskannya. Maka, ketika menjadi pemimpin pembelajaran, dia bisa saja melakukan lebih baik daripada apa yang ditiru dan lebih bermakna dibanding apa yang dicontoh. Bahkan, dasar yang dianut dapat menjadi pijakan awal untuk bergerak dan melangkah lebih jauh.

Kemudian, paparan di atas merupakan satu cara bagaimana menanamkan nilai-nilai dalam diri yang mampu berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang diambil dalam suatu keputusan. Semisal, penyedia konten media sosial (medsos) yang banyak peminat pasca pandemi berlalu. Sadar atau tidak, mulai balita sampai manula dapat menikmatinya sesuai hobinya. Lambat laun, apa yang ditonton secara terus-menerus bisa menjadi ‘nilai-nilai’ yang diyakini pantas. Tak heran, bila tontonan tersebut berubah sebagai tuntunan.

Dari data yang diakses di laman Kementerian Komunikasi dan Infromasi (Kemenkominfo), pengguna internet mencapa 63 juta orang dengan 95 persen menggunakan internet untuk mengakses medsos. Secara ranking, menurut kontan.co.id (10/2/2022), lima besar medsos dari laporan yang berjudul Daftar Media Sosial yang Paling Populer 2022 adalah WhatsApp, Tiktok, YouTube, Instagram, dan Facebook. Kelima platform tersebut menjadi wadah berinteraksi maya bagi penggunanya. Lantaran mereka dapat membagi, mengunggah, dan menonton apa yang menjadi ‘nilai’ dalam diri yang diminati.

Lantas, medsos seolah menjadi media internalisasi nilai yang efektif bagi mereka. tak terkecuali remaja berusia belasan. Dalam praktik coaching yang penulis lakukan, misalnya, salah satu coachee yang notabene siswa kelas IX mengungkap bahwa gawai dengan medsosnya menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan. Artinya, satu platform medsos yang disebut sebelumnya merupakan wadah ekspresi baginya untuk menyatakan unek-unek yang dirasa dan dialami. Kemudian, dia menemukan jalan keluarnya sendiri untuk tidak sesering mungkin bergawai dan bermedsos dengan tidak bijak.

Bermula dari hal tersebut, kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusannya. Saat perencanaan pembelajaran dilakukan, sang guru dapat menyusun aspek sosial emosional yang diplih sesuai dengan kebutuhan murid-muridnya. Misalnya, kasus coachee di atas dapat difasilitasi dengan menyajikan video tentang manfaat dan dampak penggunaan medsos. Sehingga rasa simpati atau empati, misalnya, dapat dipertajam dan diasah. Dengan harapan, mereka menemukan nilai yang seharusnya dan tidak seharusnya diambil dan diputuskan.

Begitu pula, nilai-nilai yang dianut guru sebagai seorang pendidik juga tidak terlepas untuk merefleksikan apa yang dilakukan. Tidak sedikit studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika kembali yang kerapkali dialami. Dengan pola pakem 4-3-9, dia dapat mengambil keputusan yang minim kontroversi dan diterima banyak kalangan. Bukan tidak mungkin, kompetensi profesional dan kepribadiannya tampak dari cara yang dipilih tersebut. Konsekuensinya, tidak menimbulkan masalah lain tapi memecahkan masalah yang ada. Ending-nya jelas pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.

Selanjutnya, kesulitan-kesulitan yang dihadapi saat mengambil keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika dapat diurai satu per satu. Kendati tidak mudah, maka ada jalan yang dapat mempermudah untuk melaksanakannya. Alternatif yang dibahas pada modul 3.1 ini adalah memilih empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah. Pola 4-3-9 dalam pengambilan keputusan tersebut paling tidak dapat membantu meringankan apa yang dialami dan dilakukan di lingkungan belajar dan berkarya. Sekali lagi, kembali ke masalah perubahan paradigma menjadi jalan keluar yang realistis.

Memang pengambilan keputusan yang diambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid tersebut tidak serta merta berubah segalanya. Namun, pengaruh yang timbul dari pembelajaran yang memenuhi kebutuhan mereka setidaknya membuat lingkungan belajar yang merdeka. Ibarat sepetak sawah yang disemai biji-biji padi yang tumbuh berkembang sesuai tahapannya. Hal tersebut sejatinya menorehkan pengalaman dan meninggalkan kesan mendalam bagi mereka kelak. Jika pengalaman tersebut diinggat lagi, mereka minimal dapat mendapat ide dan inspirasi yang mengarahkan menuju hal positif baru juga. Apalagi, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, ketika mengambil keputusan dapat dipengaruhi oleh pengalaman dari proses perjalanan kehidupan sebelumnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa apa yang dipelajari dan dialami saat ini, baik bagi para guru maupun murid-murid mereka menjadi referensi yang tidak percuma. Bagaimanapun, materi dari modul ke modul tidak jarang saling melengkapi satu sama lain. Sebagai suatu entitas, pembelajaran modul kali ini tidak berdiri sendiri. Kesimpulan akhirnya, mereka dapat menarik keterkaitannya dengan modul-modul yang dipelajari sebelumnya. Sebagai pemimpin pembelajaran yang (hendak) menerapkan filosofi KHD tersebut, pemahaman dan keterampilan mereka dapat menunjukkan bukti nyatanya. Salam dan bahagia!

(*: Guru SMPN 2 Rembang yang juga Peserta Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 4 Pasuruan 70-B.

https://wordpress.com/page/coraksaifi.wordpress.com/2

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya, pak Saifi. Salam sukses selalu!

18 Oct
Balas

Mantul ulasannya pak, salam sukses dan sehat selalu

17 Jun
Balas



search

New Post